Perkembangan Otak pada Anak

Dari usia tiga sampai sembilan tahun, otak menggunakan lebih banyak energi dibanding kurun waktu lain dalam hidup. Inilah saatnya perkembangan otak pada balita terjadi.


Pada otak anak usia 3 tahun, terbentuk milyaran sel disebut neuron, yang mengirim dan menerima informasi. Tugasnya lima tahun ke depan adalah mengelola neuron ini jadi jaringan sambungan berkecepatan tinggi yang mengontrol emosi, pikiran, dan gerakan. Pengelolaan seperti ini butuh seabrek upaya: Dari usia tiga sampai sembilan tahun, otak menggunakan lebih banyak energi dibanding kurun waktu lain dalam hidup.


Para pakar mendeskripsikan otak anak seperti ‘plastik’. Artinya, otak  sangat elastis alias luwes dalam perubahan, dan pengalaman itu secara fisik mengubah, atau mengarahkan, perkembangan sambungan antara bagian otak yang berbeda. (Ini terjadi pada orang dewasa, juga, tapi dalam tahap yang jauh berbeda.) Sambungan yang paling sering digunakan–seperti yang membuat anak berjalan dan berbicara–meluas dan menguat. Sementara itu, perubahan fisik lain terjadi sehingga pesan-pesan dalam otak yang dikirimkan makin cepat sampai dan lebih efisien. Hasilnya: Tindakan anak Anda butuh lebih sedikit pikiran, dan pikiran itu sendiri jadi lebih cepat. 


“Anda bisa tahu jika sambungan otak jenis ini mulai terbentuk,” kata Jane Healy, Ph.D., penulis dari Your Child’s Growing Mind: Brain Development and Learning From Birth to Adolescence. “Tiba-tiba anak mulai menanyakan hal-hal  baru dan menggunakan kata-kata baru.”


Pada usia dua sampai tiga tahun, ada peningkatan aktivitas pada dua area utama otak yang memroses bahasa, hal ini terbukti dari meningkatnya secara drastis kosa kata anak prasekolah–mulai dari sekitar 900 kata sampai 2.500-3.000 kata sebelum mencapai umur lima tahun.


Di saat bersamaan, sambungan saraf yang tidak digunakan akan mati dalam proses yang dikenal sebagai pruning. Kedengarannya sih seram, tapi pruning merupakan proses alami dan perlu. Awalnya, otak manusia memiliki jauh lebih banyak sambungan dari yang dibutuhkan anak (atau orang dewasa), termasuk, umpamanya, yang berkaitan dengan kemampuan melafalkan bunyi semua bahasa di dunia. Dan, jangan pikir ekstra sambungan berarti makin tingginya kecerdasan: Bila sambungan yang tak terpakai itu tidak dibuang, otak pun kacau dan tidak bisa berfungsi dengan baik, kata Healy. 


Pengalaman Miranda Gunawan, ibu Kristo (enam tahun) dan Karin (delapan tahun), yang bermukim di Bintaro, Jakarta Selatan, cukup menarik disimak. “Sejak usia lima tahun, Karin sangat pintar ‘menarikan’ jari-jemari mungilnya di atas keyboard. Sementara Kristo, sudah setahun lebih les musik, tapi tidak menunjukkan perkembangan berarti. Tapi, dalam urusan olahraga, seperti bulutangkis, Kristo benar-benar berbakat. Tidak demikian halnya dengan Karin,” ceritanya. 


Faktanya nih, tiap anak akan mengembangkan keunikan otak masing-masing. Semua jenis keterampilan (bermain musik atau olahraga), plus setiap pikiran, perasaan, dan pengalaman akan berinteraksi dengan bekal genetis yang dimiliki dan menciptakan jaringan otak tersendiri.      

Baca juga: Berdansa untuk Perkembangan Otak Bayi

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia