Radang Tenggorokan

Hampir setiap anak sakit yang dibawa ke dokter didiagnosis mengalami radang tenggorokan. Padahal, radang tenggorokan bukan diagnosis, melainkan kondisi alias gejala. Radang tenggorokan (tenggorokan lebih merah dari biasanya) bukan indikasi untuk mendapat antibiotika, apalagi kalau antibiotikanya tidak termasuk kelas yang ringan.
   
Radang tenggorokan pada bayi dan anak kecil umumnya disebabkan infeksi virus serta ditandai adanya ingus dengan atau tanpa batuk. Infeksi virus tidak bisa dibasmi dengan antibiotika. Ketika tidak ada kuman jahat yang harus dibasmi, lantas siapa yang dibunuh antibiotika yang dikonsumsi si kecil? Ya... kuman baik yang ada di dalam tubuh, khususnya di usus. Padahal, pemberian antibiotika yang tidak pada tempatnya justru membuat anak kian rentan dan mudah jatuh sakit. Selain itu, kuman menjadi semakin ganas! Jadi, radang tenggorokan si kecil termasuk infeksi virus dan tidak berbahaya. Jauh lebih berbahaya adalah pemberian antibiotika yang berlebihan padanya.
   
Ketika sakit, nafsu makan anak memang menurun. Meski begitu, Anda tidak perlu memberinya suplemen untuk meningkatkan nafsu makan. Berikan saja makanan yang sedap plus segar (kuah sup, buah parut, dan sebagainya), sebab makanan berlemak justru membuat mualnya menghebat. Si kecil menyusu? Nah, salah satu kehebatan ASI adalah anak akan terus menyusu, meski sedang sakit.

Makanya, anak ASI jarang sekali dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Jika ia minum susu formula, terus berikan. Kalau perlu, campur dengan sedikit air buah agar rasa mual berkurang. Selama anak sadar, masih bereaksi terhadap lingkungan, dan pipisnya sering, Anda tak perlu panik. Namun, bila popok tetap kering setelah 6 jam, curigai si kecil mengalami dehidrasi berat. Catatan: Lain kali, mintalah obat bukan puyer pada dokter. Cuma anak-anak di Indonesia yang dikasih puyer.  

PAR 0308

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia