Apakah Saya Memiliki PCOS? Cermati Gejala dan Tandanya Ini


Sindrom ovarium polikistik, atau polycystic ovary syndrome (PCOS), mungkin masih asing di telinga Anda. Tak mengherankan karena gangguan keseimbangan kadar hormonal tersebut – tubuh wanita memproduksi hormon laki-laki secara berlebihan (androgen), menurut data WHO pada tahun 2010, memang hanya diderita oleh 3-5 % wanita usia reproduksi (12-45 tahun) di dunia. Bahkan, para ahli pun masih belum memahami banyak hal mengenai PCOS, dan sebanyak 50% dari penderitanya tidak tahu bahwa mereka memiliki PCOS.

Padahal, PCOS dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang yang serius. Menurut dr. Prima Progestian, SpOG, CHt, CBA, CPHR, dalam website-nya, “Wanita dengan PCOS punya kemungkinan lebih besar mengalami diabetes mellitus di kemudian hari, serta memiliki peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung, kanker rahim. PCOS pun diduga menjadi salah satu penyebab utama infertilitas wanita.”

Meski begitu, menurut dr. Prima, adanya PCOS tidak berarti wanita tidak akan hamil. “Tetapi mungkin berarti bahwa Anda akan memerlukan bantuan untuk membuat Anda berovulasi dengan normal,” tulis dr. Prima. Untuk itu, penting bagi wanita mengetahui gejala PCOS, agar mendapatkan pengobatan yang tepat.
Rahayu Savitri, yang memiliki PCOS, berbagi dalam blognya mengenai berbagai gejala sindrom tersebut, yang sejak remaja telah ia alami, dan bagaimana itu semua memengaruhi hidupnya. “Beberapa gejala tersebut sangat terlihat dan memengaruhi penampilan fisik maupun kepercayaan diri saya sebagai remaja. Akibatnya, saya tumbuh sebagai pribadi yang kurang percaya diri,” tulisnya.

Di bawah ini adalah beberapa gejala yang dialami oleh Vitri:

Wajah selalu berjerawat. Seingat Vitri, begitu biasa ia dipanggil, sejak pertama kali berjerawat di tahun terakhir SMP, jerawat tidak pernah hilang dari wajahnya. “Saya hanya berharap dalam hati, setelah lewat masa remaja, jerawat perlahan-lahan akan membaik. I was dead wrong! It gotten pretty worse over the years. I literally have been spending millions of rupiah and a regular visit to dermatologist since I was 20, trying countless of home remedies, and over the counter products with zero success,” keluhnya di blog.

Kegemukan atau obesitas. PCOS cenderung lebih mudah ditemukan pada wanita dengan obesitas dibandingkan wanita langsing. I was always “the chubby” ones. Everyone kept telling me I’m fat and I need to carefully look at what I was putting in my body,” kata Vitri. Meski ia selalu merasa porsi makannya normal, tetapi berat badannya terus-menerus naik. Kurangnya informasi pada masa itu membuat ia akhirnya memilih diet yang tidak sehat tanpa hasil, dan kondisi itu berlanjut hingga dewasa, “Hingga kira-kira 4 tahun yang lalu, saya mulai aktif berlari, dan secara perlahan berat badan mulai turun menjadi normal.”

Kebotakan atau alopesia. “Rambut saya mulai rontok layaknya kebotakan pada pria,” kata Vitri. Mulai dari batas rambut di dahi atas kanan dan kiri, rambut VItri mengalami kerontokan, sehingga bagian itu  menunjukkan bentuk segitiga  Rambut di bagian atas muka juga mengalami kerontokan yang lebih daripada biasanya dan terlihat lebih menipis.

Haid tidak teratur. Sejak pertama kali haid, Vitri mengaku bahwa siklusnya tidak pernah teratur. “Dari mulai tertunda sampai 3 bulan, 6 bulan, bahkan hingga 9 bulan, baru saya mendapat haid,” katanya. Hal itu membuat ia bolak-balik ke dokter kandungan, tetapi tak satu dokter pun yang menyebut soal PCOS. “Dikatakan hanya stres karena terlalu banyak pikiran. Not once the doctor(s) even look for the possibility or tried to conduct test to look further into it,” keluhnya.

Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti di atas, untuk memastikan apakah Anda memiliki PCOS atau tidak, Vitri menyarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dan melakukan sejumlah pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan kadar hormon FSH, LH, estradiol, prolaktin, estrogen, dan AMH. “Setelah itu saya melakukan tes Free Testosteron Index untuk mengecek kadar hormon testosteron,” kata Vitri. “Setelah hasilnya keluar, dokter akhirnya mengkonfirmasi bahwa saya mengidap PCOS.” Ia juga melakukan pengecekan kadar insulin atau glukosa untuk memastikan tidak ada insikasi diabetes tipe 2.

Saat ini, selain mengonsumsi rutin pil KB yang diresepkan oleh dokter, Vitri tetap menjalani pola hidup sehat, seperti berolahraga secara teratur untuk menjaga berat badan tetap stabil, dan menghindari beberapa jenis makanan, seperti makanan dengan indeks glikemik yang tinggi, diet bebas susu, bebas gluten, makanan cepat saji, dll.

Satu hal yang Vitri tekankan, “If you see people with acne or overweight please don’t say anything because you probably don’t know what she is going through, maybe it’s something she cannot control. For ladies out there who experience the same thing, be strong! Get support from your loved ones, honestly I don’t think I can get through this if it weren’t for the support from my husband.”
 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Apakah Saya Memiliki PCOS? Cermati Gejala dan Tandanya Ini

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia