Alasan Melakukan Operasi Caesar



Ada sejumlah indikasi yang membuat kehamilan mesti diakhiri dengan jalan operasi Caesar, yang terbagi atas indikasi pada tubuh mama dan janin. Apa saja jenis indikasi yang dimaksudkan tersebut? Berikut penjelasan dr. Caroline Hutomo, SpOG, dari Klinik Morula IVF Jakarta, Bunda International Clinic:

Indikasi Mama (Plasenta Previa Sampai Tumor di Rahim) :

KESEHATAN MAMA TIDAK IDEAL
Kondisi kesehatan setiap wanita selama mengandung bisa berbeda-beda. Ada yang menjalani kehamilannya dengan mulus, namun ada pula yang disertai hambatan berupa masalah kesehatan, misalnya sakit jantung, asma, dan kondisi preeklamsia. “Sakit jantung dan asma bisa mengakibatkan ibu hamil tidak boleh melakukan gerakan mengejan, karena berpotensi memperparah masalah kesehatan yang dialami. Karena tidak bisa mengejan, persalinan bisa dilakukan dengan alat bantu forceps – yang bentuknya seperti sendok penjepit besar, atau dengan operasi Caesar,” kata dr. Caroline.

Sedangkan yang disebut pre-eklamsia adalah tekanan darah tinggi dan kelebihan kadar protein dalam urine ibu hamil. Tekanan darah tinggi (biasanya di atas 130/90, yang normal adalah 120/80) baru disebut pre-eklamsia, bila usia kehamilan sudah menginjak 20 minggu ke atas. Kondisi pre-eklamsia harus mendapat penanganan khusus karena bisa membahayakan. Ketika tekanan darah sudah amat tinggi – misalnya mencapai 170 atau 200, satu-satunya tindakan adalah segera mengeluarkan janin melalui operasi Caesar agar tekanan darah Anda kembali normal. Bila tidak, nyawa Anda maupun bayi bisa tak tertolong lagi.

Peluang melahirkan normal: Tak perlu putus asa, jika Anda mengalami gangguan kesehatan selama hamil. Asalkan kondisi Anda selalu dipantau dengan cermat dan tekanan darah mampu dikendalikan – dengan cara mengurangi asupan garam dan makanan

PLASENTA PREVIA
Plasenta atau ari-ari bertugas menyalurkan makanan dan oksigen, memproduksi hormon-hormon kehamilan, serta mengangkut bahan-bahan tidak berguna dari tubuh bayi untuk dibuang melalui urine dan feses mama. Dalam kondisi normal, plasenta tumbuh di bagian atas rahim. Tetapi terkadang plasenta bisa juga tumbuh di lokasi lain, yang dinamakan kondisi plasenta previa. Berdasarkan letak tumbuhnya, plasenta previa bisa dikategorikan menjadi:

Plasenta previa totalis: Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada kondisi ini, persalinan secara normal menjadi tidak bisa dilakukan karena risiko terjadi perdarahan yang amat hebat.
Plasenta previa parsialis: Bila hanya sebagian saja plasenta yang menutupi jalan lahir. Persalinan normal masih tetap tidak bisa dilakukan, karena masih ada risiko terjadi perdarahan hebat.
Plasenta previa marginalis: Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Dengan kondisi ini masih mungkin melahirkan secara normal, meski ada risiko terjadi perdarahan.
Low lying placenta (plasenta letak rendah): Bila letak tumbuhnya plasenta hanya berjarak beberapa milimeter atau sentimeter dari jalan lahir. Persalinan secara normal amat mungkin dilakukan karena risiko terjadi perdarahan yang kecil. Peluang melahirkan normal: “Plasenta previa totalis adalah kondisi mutlak yang mengharuskan Anda menjalani persalinan dengan operasi Caesar,” kata dr. Caroline. Untuk jenis plasenta previa lain, menurut dr. Caroline, masih bisa dipantau kondisinya selama kehamilan. Jika memang memungkinkan, misalnya letak plasenta previa marginalis bergeser seiring pembesaran perut Anda, maka persalinan secara normal masih bisa dilakukan.

TALI PUSAT MELILIT JANIN
Kondisi ini sebenarnya cukup sering dijumpai dalam persalinan normal, dan cenderung bukanlah kondisi mutlak Anda harus melahirkan lewat operasi Caesar. Hanya saja, jika lilitannya sampai berkali-kali, apalagi kalau tali pusatnya pendek, maka dikhawatirkan tali pusat akan melilit terlalu erat, sehingga bayi kesulitan mendapatkan oksigen. Kian pendek tali pusat (normalnya sekitar 50-60 cm), maka semakin tinggi kemungkinan lilitan akan menjadi bertambah erat saat terjadi kontraksi, lantaran posisi kepala bayi yang kian turun menuju mulut rahim. Bahaya lilitan yang terlampau erat tersebut adalah terjadi penekanan pada pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi akan berkurang sehingga bayi berisiko mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen.

Peluang melahirkan normal: “Sebenarnya, lilitan tali pusat bukanlah kejadian yang mutlak membutuhkan penanganan operasi Caesar. Bahkan, jika tali pusat terlilit sampai tiga kali sekalipun, Anda masih bisa melahirkan secara normal, meski dengan risiko yang semakin tinggi,” kata dr. Caroline. Yang penting, Anda memeriksakan kondisi kehamilan secara seksama kepada dokter. Jika lilitan tali pusat relatif longgar dan tidak menimbulkan masalah pada bayi, maka persalinan normal bisa dilakukan. Sebaliknya, jika lilitannya terlampau erat, maka Anda mesti mempertimbangkan betul berbagai risikonya, sebelum mengambil keputusan.

PANGGUL SEMPIT
Ukuran panggul yang sempit bisa menyulitkan pengeluaran bayi dari rahim melalui persalinan normal. Luas panggul yang lebih sempit dibandingkan ukuran kepala bayi itu disebut dengan kondisi Cephalopelvic Disproportion (CPD). Menurut penelitian, calon mama dengan tinggi badan di bawah 145cm berpotensi lebih tinggi memiliki panggul sempit dibandingkan yang memiliki tinggi badan normal. Kondisi CPD bisa diketahui melalui pemeriksaan USG secara intensif. Apabila Anda positif mengalami CPD, jalan paling aman untuk melahirkan adalah melalui operasi Caesar. Pasalnya, meski otototot dan jaringan ikat panggul relatif melunak ketika mendekati akhir masa kehamilan, elastisitasnya tetap terbatas, sehingga akan sulit mengeluarkan bayi yang ukurannya melampaui luas panggul Anda.

Peluang melahirkan normal: Dengan menilik tinggi badan Anda, biasanya dokter sudah bisa memperkirakan apakah jenis persalinan normal bisa dilakukan atau tidak. Tetapi untuk kepastian, mintalah dokter membandingkan ukuran kepala bayi (beserta perkiraan lingkar kepala si kecil kelak pada usia kehamilan 40 minggu) dan luas panggul Anda. Jika secara matematis memang sudah tidak memungkinkan melahirkan secara normal, maka operasi Caesar adalah jalan keluar yang terbaik.

TUMOR PADA JALAN LAHIR
Keberadaan tumor yang menghambat pengeluaran bayi dari jalan lahir, menurut dr. Caroline, juga bisa menjadi salah satu indikasi dilakukannya operasi Caesar. “Kalau tumor berukuran kecil, tidak masalah, bayi masih bisa dikeluarkan melalui persalinan normal. Tetapi
kalau tumornya besar, misalnya sudah mencapai diameter 10 cm, tak bisa lain, persalinan harus dilakukan dengan pembedahan,” jelas dr. Caroline.

Peluang melahirkan normal: Mintalah informasi yang tepat dari dokter mengenai ukuran tumor dan letaknya pada rahim Anda. Jika memang keberadaan tumor mengganggu proses persalinan, maka operasi Caesar menjadi jalan terbaik. Ditambah lagi, jika diperlukan, dokter juga bisa sekaligus melakukan operasi pengangkatan tumor setelah mengeluarkan si kecil dari dalam kandungan.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia