Jaga Jarak Kehamilan dengan Alat KB

Menjaga jarak kehamilan sangat penting terlebih jika Anda masih ingin menambah anak, atau mencegahnya bila Anda memang sudah tidak berencana menambahnya lagi.

Meski begitu, perlu diingat bahwa kontrasepsi tidak mencegah kehamilan 100 persen. Menurut dr. Boy, alat kontrasepsi memiliki risiko kegagalan yang bervariasi antara 1 hingga 5 persen. Spiral, misalnya, memiliki risiko kegagalan antara 2 – 5 persen. Sedangkan pil KB memiliki tingkat kegagalan paling rendah jika dikonsumsi secara teratur setiap hari, yaitu di bawah 1 persen.

Nah, pada kasus kebobolan, dr. Boy melihat bahwa sering kali kesalahan terjadi akibat kelalaian si pengguna kontrasepsi. “Tidak tepat waktu mengonsumsi pil KB (biasanya lewat dari 24 jam dari waktu mengonsumsi pil KB sebelumnya), terlalu cepat melepaskan kondom, lalai kontrol spiral setiap tahun, adalah beberapa jenis perilaku yang bisa menyebabkan kontrasepsi gagal dan akhirnya mengakibatkan kebobolan,” kata dr. Boy.

Bagaimana dengan kontrasepsi alami? Kontrasepsi alami, seperti sistem kalender, coitus interuptus (senggama terputus), atau juga pembilasan vagina, tetap punya risiko kegagalan. Kontrasepsi alami tanpa alat ataupun obat ini banyak dilakukan oleh mama yang kerap merasa bermasalah dengan kontrasepsi memakai alat atau hormon. Setelah kelahiran anak ketiga, Ghina mengaku sempat mencoba metode senggama terputus dengan suaminya. “Cukup berhasil di tahun pertama, dan baru gagal ketika anak ketiga, Rhima, berusia 1,8 tahun,” katanya yang baru saja melahirkan anak keempat, Wilma, 6 bulan yang lalu.

Mengenai kegagalan  kontrasepsi yang kerap dialaminya, menurut Ghina, ia memang menyadari kalau dirinya bukanlah orang yang disiplin. “Mungkin, kegagalan saat mengonsumsi pil KB dulu disebabkan kelalaian saya yang kurang tepat waktu mengonsumsinya. Sedangkan mengenai kegagalan spiral, saya tidak sempat bertanya lebih jauh pada dokter, apakah itu disebabkan oleh letak spiral yang bergeser, atau faktor saya yang terlalu subur hahaha…”

Memilih kontrasepsi itu ibarat memilih pasangan, Ma. Ada fase trial and error, dan selalu ada kemungkinan ketidakcocokan. Misal, gatal-gatal dan iritasi di sekitar kemaluan akibat pemakaian kondom, perdarahan terus-menerus setelah memasang spiral, atau tiba-tiba gemuk dan berjerawat paska suntik atau minum pil KB.

Itu sebabnya, dr. Boy berkali-kali menekankan, pemilihan kontrasepsi sebaiknya didiskusikan bersama-sama antara mama, pasangan, dan dokter. “Ada banyak cara berkontrasepsi. Kalau Anda tak cocok dengan satu jenis kontrasepsi, ada cara lain yang masih bisa dicoba. Jadi, jangan dengan alasan tak cocok dengan satu jenis kontrasepsi, Anda sama sekali tidak berkontrasepsi. Kalau begini, ya kebobolan terus, dong,” katanya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia