Jogging saat Hamil, Boleh atau Tidak?


Akhir-akhir ini, sepertinya demam jogging atau lari sedang meningkat di Indonesia. Rasanya, semua orang berlomba-lomba memillih lari sebagai olahraga rutin. Lalu, bagaimana dengan ibu hamil? Bolehkah jogging saat hamil? Boleh, kok, Ma, selama memerhatikan enam tips dari dokter olahraga asal Jerman, Dr. Christine Graf ini. Yuk!

1. Sesuai Izin Dokter
Bila Anda tidak memiliki resiko dalam kehamilan, tidak ada riwayat keguguran, dan dokter sudah memberi lampu hijau, berarti, sempurna! Anda dapat melanjutkan olahraga lari,  karena tidak akan membahayakan janin. Namun, tetap tidak diperbolehkan lari dengan tenaga yang berlebihan. Selain itu, tidak diperbolehkan juga lari saat udara sedang panas-panasnya atau terlalu dingin dan crosstraining (lari dengan medan yang terjal). Juga, bukan ide yang bagus untuk memulai karir sebagai pelari ketika sedang hamil. Sebagai pemula, Anda sedang menanggung beban yang tidak biasa jadi sebaiknya berjalan kaki saja.

2. Kurangi Kecepatan
Tempo lari yang sesuai sebaiknya ditentukan dengan pengukur detak jantung. Detak jantung Anda tidak boleh lebih dari 140 detak per menit. Jangan terkejut jika detak jantung Anda saat ini lebih cepat dari sebelum hamil. Penyebabnya adalah, bertambahnya volume darah dan berat badan. Dengan kondisi itu, sebaiknya kurangi kecepatan lari, agar detak jantung Anda tetap aman dan Anda tidak tersengal-sengal.

3. Ukur Heart Rate
Jarak lari yang aman adalah jarak yang sesuai dengan denyut jantung latihan Anda, Ma. Jika Anda memaksakan diri untuk tetap berlari, berisiko terjadi serangan jantung. Untuk mengukur jarak dan denyut jantung saat berlatih, ada beberapa aplikasi yang bisa Mama gunakan, seperti Heart Rate Monitor, iCardio GPS Heart Rate Training, dan iRunner Heart Rate Training.

Baca juga:
Hamil Tetap Boleh Jogging, Ini Aturannya!
5 Tips Olahraga Semasa Hamil


4. Lupakan Maraton
Bila terbiasa berlari jarak jauh, Anda masih bisa melakukannya di bulan-bulan pertama kehamilan. Namun, memasuki trimester kedua ketika beban Anda bertambah, jangan ambisius, Ma. Anda harus mengurangi tempo dan jarak lari. Ibu hamil yang biasa berlari, biasanya dapat memerhitungkan kemampuannya dengan baik. Patokan ilmiah jarak aman adalah 30 menit berlari dengan kecepatan sedang. Anda bisa melakukannya tiga kali seminggu.

5. Perhitungkan Medan
Ada beberapa Mama yang di awal kehamilannya mengalami mual. Namun saat usia kehamilan memasuki usia 4 hingga 6 bulan, kondisi Anda membaik dan itu serta merta juga meningkatkan semangat Anda untuk berolahraga. Namun, dengan beban tambahan di perut Anda medan yang ekstrim menjadi rentan dan meningkatkan risiko cidera.

Hormon-hormon kehamilan biasanya menyebabkan persendian di kaki, lutut, pinggul yang melebar. Ini berfungsi mempersiapkan tubuh jelang kelahiran. Jadi, berlatihlah di atas permukaan yang lebih lembut, serta gunakan sepatu yang baik.

6. Perhatikan Sinyal Tubuh 
Jika Anda merasakan sakit khususnya di bagian lutut, pinggul, dan tulang kemaluan, meski itu hanya sedikit, jangan abaikan. Bagian-bagian ini memang lebih rentan saat hamil. Jadikan ini sebagai "alarm" agar Anda berhenti berlatih dan melakukan pendinginan. Bila rasa sakit menetap, periksakan  dokter.

7. Ubah Jenis Olahraga
Biasanya di usia ke enam kehamilan, banyak ibu yang tak nyaman lagi berlari. Cobalah mengganti jenis olahraga Anda. Misalnya, berjalan kaki, berenang, aquajogging (lari di dalam air). Olahraga air merupakan salah satu yang aman karena air membantu mengurangi berat tubuh yang meningkat. (Irma Purnamasari)

Foto: pixabay


 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia