Pregobesity dan Risikonya

Para calon Mama atau Mama yang sedang hamil kedua atau mungkin ketiga, pada umumnya mengalami kenaikan berat badan yang cukup drastis. Faktor yang memiliki pengaruh paling besar dari kenaikan berat badan berlebih selama kehamilan itu datang dari asupan dan pola makan. Khususnya jika wanita yang sedang hamil banyak mengonsumsi karbohidrat sederhana yang kadar gula dan indeks glikemiknya tinggi.

Kebanyakan Mama berpikir bahwa saat sudah melahirkan nanti, berat badan akan kembali normal seiring dengan menjalankan aktivitas sehari-hari sekaligus mengurus anak. Tapi, tidak jarang para Mama malah hamil lagi dan akhirnya mengalami kenaikan berat badan lagi, padahal berat badan dari hamil pertama belum kembali normal.

Persoalan badan yang tetap menggelembung walau bayinya sudah lahir itu bukan hanya soal penampilan. Kegemukan apalagi obesitas dapat meningkatkan risiko Mama mengalami hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, bahkan penyakit jantung stadium dini. Komplikasi kehamilan seperti pengentalan darah, hipertensi, preeklampsia dan diabetes gestasional juga lebih tinggi risikonya pada Mama yang mengalami kenaikan berat badan berlebih di masa hamil. Gangguan kesehatan tersebut bisa mengancam nyawa Mama dan bayinya.

Beberapa penelitian juga cenderung menyimpulkan ada hubungan antara kenaikan berat badan Mama selama hamil dengan peningkatan risiko si bayi menderita asma dan alergi di kemudian hari. “Ketika Anda kelebihan berat badan apalagi obese, tubuh mengeluarkan lebih banyak insulin yang bisa meningkatkan peradangan dan dicurigai berdampak pada perkembangan kognitif bayi,” ujar Jill Baley, M.D., Pediatric Professor di Case Western Reserve University School of Medicine.

Dan semakin ‘besar’ tubuh Anda mendekati tanggal perkiraan persalinan, semakin besar juga kemungkinan Anda terpaksa menjalani bedah Caesar. “Soalnya, berat badan berlebih pada Mama dapat mempengaruhi berat badan bayi. Dikhawatirkan bobot bayi juga besar sehingga sulit dilahirkan melalui proses normal,” jelas dr. R.Bonti Tri H.Shanti, SpOG dari Sam Marie Family.

Sebuah penelitian terhadap 66.500 mama di Amerika Serikat pun menemukan bahwa Mama baru yang obesitas lebih kecil kemungkinan menyusui bayinya dibanding Mama baru yang berat badannya normal. Alasan pasti kenapa terjadi hal demikian memang belum ditentukan. Tapi ilmuwan menduga itu karena Mama yang kegemukan butuh sehari lebih lama untuk lancar mengeluarkan ASI dibanding Mama berbobot normal.

Akibatnya mereka lebih kesulitan memberi ASI di hari-hari pertama setelah melahirkan dan lebih cepat beralih ke susu formula. Para konsultan laktasi juga mengungkapkan bahwa Mama yang obese sering bermasalah dengan posisi menyusui, tak jarang lemak payudara menutupi hidung bayi saat menyusu sehingga bayi selalu melepaskan isapannya. Mama pun malah menganggap bayi tak mau menyusu dan beralih ke susu botol.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia