Gangguan Kejiwaan Ini Bisa Diturunkan ke Anak



Adakah dalam keluarga Anda yang pernah berupaya bunuh diri, atau meninggal dunia karena bunuh diri? Jika orang tersebut juga memiliki gangguan mood (alam perasaan) berupa rasa gembira berlebihan, bicara melompat-lompat, insomnia, tukang belanja impulsif, terlalu sensitif, atau sulit menyelesaikan pekerjaan, bisa jadi ada riwayat gangguan bipolar (GB) dalam keluarga Anda.

Dalam sebuah diskusi bertema “Gangguan Bipolar dan Fenomena Bunuh Diri di Kota Besar”, yang diadakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan PT Abbot Indonesia beberapa waktu lalu di Jakarta, terungkap bahwa salah satu cara mengenali seseorang mengidap GB adalah ada riwayat GB dalam keluarga. Selain itu, adanya pikiran serta upaya bunuh diri, maupun mengalami perubahan mood yang sangat ekstrem, juga menjadi penguat analisis dokter kejiwaan bahwa seseorang mengidap GB. (Baca juga: Cara menangani anak yang moody)

GB sendiri termasuk jenis gangguan kejiwaan atau psikologis, yang memang mengacu kepada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang, seperti dua kutub (bi-polar) berlawanan, yaitu positif yang berupa rasa bahagia (hipomania/mania) dan negatif berupa rasa sedih (depresi) yang berlebihan.

Saat mengalami hipomania, orang dengan GB akan memiliki pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang menunjukkan ekspresi kegembiraan berlebihan. Misalnya, merasa banyak ide, paling pintar, menggampangkan permasalahan, yang kemudian menciptakan pikiran positif berupa perasaan bahagia berlebihan, tingkah laku terlalu gembira, dan terlihat menonjol. Pada tingkat perilaku hipomania, orang dengan GB masih dapat mengendalikan diri, sementara mereka yang berperilaku mania sudah tidak dapat mengendalikan diri.

Sementara itu, saat mengalami fase depresi, orang dengan GB akan memiliki pikiran yang negatif, putus asa, dan tidak ada ide. Ia akan diliputi perasaan sedih, tidak bersemangat yang berlebihan, cenderung bertingkah laku pendiam, pemalas, dan tidak mau bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahkan terkadang, pada tingkat depresi yang sangat tinggi, timbul perasaan ingin bunuh diri.

Dikatakan oleh DR. dr. Margarita M. Maramis, SpKJ (K), Ketua Seksi Bipolar dan Gangguan Mood Lainnya PDSKJI, juga dokter spesialis kejiwaan dari RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, peluang seseorang mengidap GB semakin besar, jika dalam riwayat keluarga mama dan papa ada yang memiliki GB. “Salah satu saja sudah membuat seseorang berpeluang mengidap GB. Jika ada dari keduanya, maka risiko mengidap GB akan semakin besar,” ungkapnya.

Dari tulisan yang diunggah oleh National Institute of Mental Health (NIMH)-Amerika Serikat tentang Bipolar Disorder in Children and Teens, terungkap bahwa GB dapat dikenali sejak usia anak-anak dan remaja. Beberapa tanda anak berisiko GB, antara lain berperilaku ekstrem (menyakiti diri sendiri atau tiba-tiba senang/sedih), terlalu bersemangat atau berenergi dibandingkan anak-anak seusianya, prestasi serta aktivitas sekolahnya terganggu, sulit fokus, sering berbicara serta berfantasi tentang seks, sering mengeluh sakit perut maupun sakit kepala, makan terlalu sedikit atau banyak saat depresi, ingin bunuh diri, dan orang lain juga mengeluhkan anak Anda terlalu moody atau aktif. Menurut dr. Margarita, tanda-tanda itu akan semakin menguat saat anak mengalami peristiwa traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai, mengalami kekerasan seksual, bullying, maupun pengalaman traumatis lain. 

Kendati masih anak-anak, pengidap GB perlu mendapatkan terapi sejak dini. Pertama, bawalah anak berkonsultasi kepada psikiater (dokter jiwa), sehingga dokter bisa merancang pengobatan sesuai dengan gejala. Menurut para ahli GB dari NIMH, beberapa dokter akan menguji coba beberapa jenis obat dan dosis obat hingga didapat reaksi yang diharapkan.

Berbeda dari penderita GB dewasa, anak-anak menerima obat-obatan dengan dosis yang lebih sedikit.  Selain mendapatkan resep obat untuk anak, keluarga juga akan mendapatkan psikoedukasi untuk memahami GB, serta cara menghadapi fase depresi maupun manik pengidap GB. Psikiater akan menjadwalkan psikoterapi agar anak bisa mengendalikan perilaku, mengenali gejala saat akan kambuh, serta memelihara kepatuhan mengonsumsi obat.

(LAILI)

 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia