Jangan Katakan Ini Soal Pola Makan Anak

 

1. “Makanan enak begini, kenapa tidak mau? Coba lihat tuh, kakak saja makan, kok, kamu tidak?”
Apa yang ditangkapnya: Aku memang tidak sehebat kakakku. Buktinya, Mama bilang begitu.
Yang sebaiknya dikatakan: “Mama tahu kamu sedang belajar suka sama makanan ini. Nggak apa-apa, pelan-pelan saja. Nanti lama-lama juga ketemu enaknya di mana.”
Ini alasannya: Dalam hal apa pun, membanding-bandingkan si kecil dengan anak lain bukanlah cara yang ideal untuk membuatnya melakukan sesuatu. Sebaliknya, cara ini malah bisa membuat anak merasa rendah diri, sehingga semakin tidak termotivasi untuk mencoba hal-hal baru.
 
2. “Kamu, kan, biasanya doyan apel. Kenapa, sih, sekarang hobinya pilih-pilih makanan?”
Apa yang ditangkapnya: Ya, memang aku selamanya akan jadi anak yang hobi pilih-pilih makanan.
Yang sebaiknya dikatakan: Apa saja, selama tidak memberinya label ‘hobi pilih-pilih makanan’. Alih-alih demikian, lebih baik Anda mengajaknya menikmati apel dengan cara baru yang menyenangkan: dicelup cokelat, dikupas lalu dipotong dadu, dan sebagainya.
Ini alasannya: Ada saatnya si kecil akan menyatakan pilihannya soal makanan yang ingin disantap dan yang tidak. Ini adalah tahap perkembangan normal yang akan dialami semua anak. Jadi, hindari memberikan label yang berpotensi menetap seumur hidup.

Baca juga: Strategi Hadapi Anak Picky Eater

3. “Berapa kali Mama harus bilang, kamu tidak boleh makan es krim!”
Apa yang ditangkapnya: Nasibku malang sekali, selama-lamanya tidak akan pernah makan es krim!
Yang sebaiknya dikatakan: Berikan penjelasan kepada si kecil mengenai penyebab ia tidak diizinkan makan es krim pada saat itu, entah karena sedang batuk, terlalu dekat dengan waktu makan siang, dan sebagainya. Katakan kepadanya bahwa ia boleh makan es krim besok atau pada saat lain yang Anda sepakati bersamanya.
Ini alasannya: Anak-anak—terutama anak yang lebih kecil, sering kali mengartikan kata ‘tidak’ sebagai suatu hal yang final dan berlaku permanen. Karenanya, berikan penjelasan bernada positif untuk membuatnya tenang dan memudahkan ia menangkap maksud perkataan Anda.
 
4. “Nasi masih sebanyak ini, kok, bilang kenyang? Ayo, habiskan paling tidak separuhnya, baru boleh selesai makan.”
Apa yang ditangkapnya: Tiap hari aku baru boleh selesai makan kalau piringnya sudah separuh kosong.
Yang sebaiknya dikatakan: Boleh saja kalau mau berhenti makan sekarang. Tapi kamu yakin sudah cukup kenyang? Waktu makan berikutnya masih lama, lho, harus menunggu sampai waktu makan (pagi, siang, atau malam).
Ini alasannya: Meski Anda tahu bahwa si kecil pura-pura kenyang (bisa jadi karena menu yang kurang menggugah selera), berikan kepercayaan kepadanya untuk mengatur sendiri porsi makanan yang disantapnya. Kepercayaan ini akan membuatnya lebih bertanggung jawab dalam mengatur asupan makanan secara lebih efektif di masa depan.
 
5. “Kalau sayurannya sudah dihabiskan, baru Adik boleh makan kue ini.”
Apa yang ditangkapnya: Oh, jadi kalau mau makan kue harus makan sayur dulu? Ya sudah, nanti aku nggak mau makan kue ini lagi.
Yang sebaiknya dikatakan: Daripada mengancam ataupun mengiming-imingi anak dengan camilan supaya mau makan sayur, lebih baik Anda menyediakan menu sayuran yang rasanya cocok dengan lidah si kecil atau menunjukkan kepadanya (dengan perbuatan) betapa Anda doyan makan sayur.
Ini alasannya: Makan dalam kondisi tertekan akan membuat si kecil lebih membenci sayuran di lain waktu. Karenanya, hindari mengasosiasikan kegiatan makan sayur dengan suasana intimidatif yang bisa membuatnya kapok.
 
Baca juga: 7 Resep Pilihan Agar Anak Mau Makan Sayuran


 


Topic

#keluarga #kesehatan #gizikeluarga #pickyeater

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia