Papa Ini Ajak Anaknya Trekking di Nepal




Menuju Sarangkot
Usai berberes, kami melanjutkan trekking kembali. Kali ini tujuannya adalah Sarangkot, sebuah desa dekat kota Pokhara. Menurut Harka, jarak yang ditempuh lumayan jauh, namun tidak terlalu berat karena rutenya menurun. Setelah siap, kami pun meninggalkan penginapan di Australian Camp dan memulai trekking hari kedua. Sama seperti trekking hari pertama, rute yang kami lalui adalah jalan setapak dengan pohon-pohon besar di kanan dan kirinya dan sepi karena sangat jarang ditemui rumah penduduk. Di perbukitan terbuka, kami beristirahat sambil menikmati pemandangan lembah-lembah. Gunung Annapurna South dan Machhapuchhre masih terlihat jelas karena hari itu cuaca sangat cerah. Beberapa ekor elang beterbangan bebas mencari mangsa.

Selama trekking, kami beberapa kali berpapasan dengan penduduk setempat. Penduduk Nepal terkenal ramah. Saat bertemu mereka, kami mengucapkan “Namaste” yang kira-kira artinya ‘salam’ sambil menaruh tangan di dada. Mereka pun akan balik mengucapkan kata yang sama dengan tersenyum ramah. Kami ajari juga Naya untuk melakukan hal serupa. Kadang penduduk setempat mencandai Naya dengan menanyakan apakah ia mau tinggal di desa itu saja dan menjadi anak mereka (kami tahu ini setelah Harka menerjemahkan omongan mereka). Naya hanya menggeleng sembari tersenyum. Meskipun rute treknya tidak terlalu berat, Harka bilang memang sangat jarang ada orang yang trekking sambil membawa anak kecil, karena biasanya mereka akan kelelahan dan bisa merepotkan. Untung saja, Naya termasuk anak yang tabah. Selama trekking, saya dan istri selalu mengatakan padanya, kalau lelah ia hanya perlu bilang, dan kita akan istirahat. Jujur saja, saya dan istri juga merasa sangat lelah saat trekking, hahaha…. Untuk mengatasi kebosanannya saat trekking, Naya mengumpulkan berbagai jenis batu kecil yang ia temukan dan menurutnya menarik. Ia bilang ingin mengoleksi batu-batuan tersebut.

Setelah 4 jam naik turun perbukitan, melewati desa bernama Dhampus yang juga merupakan jalur trek ke Pokhara, kami tiba di Naudhanda untuk istirahat sekaligus makan siang. Setelah itu kami melanjutkan trekking ke Sarangkot yang masih berjarak 12 km. Dibanding rute sebelumnya, rute trekking Naudhanda-Sarangkot memiliki jalur lebar, karena dilewati juga oleh mobil dan motor. Namun kondisi jalannya sangat berdebu, karena sedang dalam perbaikan. Di sinilah kami bertiga mulai merasa sangat lelah. Belum lagi baju, celana, dan sepatu yang kami pakai semua kotor terkena debu jalan. Saya dan Harka berjalan di depan, sementara istri saya jauh di belakang menemani Naya yang sudah berjalan dengan langkah gontai. Agar jarak tidak terlalu jauh, saya dan Harka kadang berhenti sebentar menunggu mereka. Setelah lebih dari 3 jam berjalan, Naya merasa sangat capek. Ia minta beristirahat. Untungnya Naya tidak rewel, walaupun saya lihat ia sudah meneteskan air mata. Kami pun beristirahat. Buat menyemangatinya, saya berikan Naya bekal cokelat yang sengaja kami bawa untuk ia makan saat istirahat. Kami juga ingatkan kembali janji kami padanya jika ia berhasil melakukan trekking selama tiga hari tersebut, kami akan memberinya reward berupa buku yang sangat ia inginkan saat itu: Harry Potter and the Cursed Child. Naya pun kembali bersemangat, menyeka air matanya, dan melanjutkan trekking kembali. Kami tiba di Sarangkot tidak lama kemudian. Malam harinya, kami melihat pemandangan cahaya kota Pokhara yang letaknya jauh di bawah penginapan kami. Mirip seperti kalau kita melihat kota Bogor dari area Puncak Pass. Setelah mandi dan makan malam, kami pun segera terlelap dalam tidur karena kelelahan trekking hari ini. Saya perkirakan total kami trekking sejauh 20 km, dari Australian Camp ke Sarangkot. Wajar saja, kami langsung capek dan mengantuk. Belum pernah saya dan istri jalan sejauh itu, apalagi Naya, hahaha

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia