Penyebab dan Gejala Penyakit Autoimun


Nyeri sendi di kaki dan tangan yang dirasakan Sarah berbulan-bulan, tak kunjung sembuh, meski sudah dipijat dan diberikan obat oles pereda nyeri persendian. Pada waktu bersamaan, ia juga sering merasa tenaganya seperti terkuras habis. Setelah diperiksa dokter umum dan diberikan obat, sakit sendi hanya berkurang sementara. Setelah itu, rasa nyeri yang dirasakan justru makin menyebar ke seluruh tubuh sehingga menganggu aktivitasnya. Sarah tidak menyangka bahwa keluhan ini adalah perjalanan panjangnya berjuang menghadapi artritis rheumatoid (AR), salah satu jenis penyakit autoimun.

Pengalaman mendapatkan diagnosis tepat dari keluhan yang dirasakan juga dialami Dika. Sariawan terus-menerus ia alami, hilang timbul. Beragam cara sudah ia lakukan untuk menyembuhkan keluhan itu, mulai dari menjalani pengobatan tradisional, mengonsumsi obat sariawan yang dijual bebas, ke dokter umum, hingga dokter spesialis gigi dan mulut. Akhirnya, salah seorang dokter gigi menyarankan ia berkonsultasi ke dokter spesialis autoimun. Ternyata, ia didiagnosis terkena sindrom behcet, salah satu penyakit autoimun.

Itu baru dua dari ribuan pengalaman pengidap penyakit autoimun. Menurut laporan sejumlah pasien, dibutuhkan lebih dari 3,5 tahun dan hampir 5 dokter untuk menegakkan diagnosis penyakit itu secara tepat. Faktanya, memang tidak sedikit orang dengan penyakit autoimun merasa kebingungan dengan gejala-gejala awal yang timbul. Misalnya, suatu hari badan terasa fit, keesokan hari kondisinya bisa menurun, mengalami insomnia, depresi, hingga rasa kesepian yang ekstrem. Sebenarnya apa, sih, penyakit autoimun, dan bagaimana cara mendeteksinya?

Sebagai benteng pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh berfungsi melawan dan menghancurkan zat-zat asing yang masuk ke tubuh dan membahayakan tubuh Anda, seperti bakteri dan virus. Namun, ada kalanya sistem kekebalan tubuh itu mengalami gangguan dan penyimpangan fungsi, sehingga keliru menyerang sel-sel tubuh itu sendiri, ibarat istilah “senjata makan tuan”. Itulah yang dikenal dengan sebutan autoimun. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit autoium, simak sejumlah tanya jawab berikut ini.

Bagaimana autoimun bekerja?
Sistem kekebalan tubuh bekerja dalam dua langkah, yaitu:
  • Membedakan sel-sel asing dengan sel-sel tubuh sendiri, kemudian mengambil tindakan terhadap sel-sel asing.
  • Jika langkah pertama tak sukses, diambil langkah kedua, terdiri dari 2 kemungkinan: Pertama, sistem kekebalan tubuh diredam dan tubuh tak lagi mengenali sel-sel asing, seperti pada kasus HIV-AIDS, di mana sistem kekebalan tubuh melemah. Kedua, sistem kekebalan tidak diredam sehingga menyerang sel-sel tubuh sendiri maupun sel-sel asing tanpa kecuali. Ini terjadi pada kasus penyakit autoimun. Saat itu, sistem kekebalan tubuh Anda menjadi benar-benar berada di luar kendali.
Apa sebab seseorang terkena penyakit autoimun?
Sejauh ini belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi, antara lain:
  • Genetik atau keturunan. Salah satu faktor risiko penyakit autoimun adalah genetik, artinya ada kecenderungan seseorang mengalami penyakit autoimun, jika dalam keluarganya terdapat salah seorang pengidap autoimun —namun bukan berarti penyakit ini pasti akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
  • Lingkungan, temasuk gaya hidup tidak sehat, misalnya terpapar berbagai zat kimia.
  • Hormon. Terdapat asumsi bahwa penyakit autoimun terkait dengan perubahan hormon, seperti saat hamil, melahirkan, atau menopause.
  • Infeksi. Gejala autoimun juga dapat dipicu atau diperburuk infeksi tertentu.
Apa gejala-gejala penyakit autoimun?
Penyakit autoimun bisa berdampak pada banyak bagian tubuh. Ada lebih dari 100 jenis penyakit autoimun, mulai dari yang ringan sampai berat. Karena sangat beragam, maka gejalanya pun bervariasi. Namun, beberapa penyakit autoimun memiliki gejala-gejala yang sama. Itu sebabnya autoimun sering disebut sebagai penyakit dengan seribu wajah.
  • Nyeri di sekujur tubuh. Nyeri yang membuat badan seperti ditusuk-tusuk.
  • Nyeri sendi. Bagian sendi yang paling sering diserang adalah sendi lutut, sendi di pergelangan tangan, punggung tangan hingga buku-buku jari. Nyeri ini terjadi di kedua sisi kiri dan kanan. Nyeri ini juga sering diiringi pembengkakan dan/atau kekakuan, sehingga membuat Anda sangat kesakitan dan sulit bergerak.
  • Fatigue, yakni rasa lelah berlebihan dan berkepanjangan, seperti Anda habis berlari jauh, membuat energi tubuh seperti terkuras habis. Bahkan untuk mengangkat badan dari tempat tidur saja terasa berat.
  • Timbul demam ringan. Bila dipegang oleh orang lain, badan akan terasa agak hangat, namun ketika diperiksa dengan termometer, suhunya masih normal (pada batas atas), sekitar 37,4 - 37,5 derajat Celsius.
  • Rambut mengalami kerontokan parah.
  • Sering terkena sariawan.
  • Brain fog. Disebut demikian karena otak sewaktu-waktu seperti tertutup kabut, sehingga untuk sesaat Anda kehilangan memori, fokus, dan konsentrasi, entah sedang menulis maupun saat berbicara.
Kapan perlu memeriksakan diri ke dokter?
Bila Anda mencurigai terkena autoimun dengan gejala antara lain seperti di atas, cobalah memeriksakan diri ke dokter. Anda bisa ke dokter umum terlebih dahulu. Jika dokter umum mencurigai ada autoimun, tetapi belum tahu jenisnya, Anda akan dirujuk kepada spesialis penyakit dalam, yang akan dirujuk ke dokter yang lebih spesifik. Misalnya, AR dan Sindrom sjogren akan dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam konsultan reumatologi atau konsultan alergi imunologi. Untuk jenis skleroris multipel, Anda akan dirujuk ke dokter spesialis saraf, dan bila dicurigai psoriasis akan dirujuk dokter spesialis kulit.

Pemeriksaan apa saja yang perlu dijalani untuk memastikan anda terkena penyakit autoimun?
Anda akan diminta menjalani pemeriksaan laboratorium (biasanya darah), khususnya pertanda peradangan. Lantas, akan diperiksa lebih sepesifik lagi untuk memastikan jenis autoimunnya, dengan pemeriksaan jenis autoantibodi yang sesuai dengan penyakit Anda. Ada lebih dari 100 jenis autoantibodi, karena itu sebaiknya konsultasikan hal itu terlebih dahulu ke dokter, sebelum melakukan pemeriksaan laboratorium.

Jika Anda positif terkena autoimun, maka perlu pula menjalani pemeriksaan tambahan, yang tergantung dari jenis penyakti autoimun. Misalnya, jika Anda dicurigai terkena skleroris multipel, maka akan dilakukan MRI untuk bagian kepala. Kalau sindrom sjogren, maka Anda akan diperiksa kekeringan mata oleh dokter spesialis mata.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia