Anak Belajar dari Pengalaman Buruk

Kadang, orang tua kerap 'melindungi' anak-anaknya dari pengalaman yang tak menyenangkan, seperti jatuh, terbentur, atau berkelahi dengan teman. Sebenarnya, sejauh mana, sih, orang tua boleh melindungi anak?

Menurut Vera, sampai batas tertentu, orang tua sebaiknya membiarkan anak belajar dari kesalahannya sendiri. Misalnya, anak yang jatuh akan belajar cara agar tidak jatuh lagi di lain waktu. Atau, anak yang tertinggal PR-nya di rumah padahal sudah diingatkan oleh mama sejak malam sebelumnya, akan belajar untuk tidak lagi menyepelekan pesan mamanya.

Memang, kadang ada rasa tak tega orang tua melihat si anak kesakitan atau kesusahan. “Anda boleh intervensi melindungi anak untuk hal-hal yang mengancam keselamatannya, seperti mencegahnya memegang kabel listrik atau bermain di pinggir jalan yang ramai kendaraan bermotor,” kata Vera.

Lalu, apa yang perlu difasilitasi orang tua untuk mendukung proses pembelajaran anak ini? Yang paling penting adalah membiarkan anak berekplorasi seluas-luasnya, namun tetap dampingi dia selama proses eksplorasi tersebut. Jangan khawatir saat anak berbuat salah. Biarkan ia belajar dari kesalahannya. “It's okay to make mistakes. Justru dari situ, anak akan merasakan konsekuensi dari perbuatannya,” katanya lagi.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         Nah, mengenai konsekuensi, anak bisa belajar dari konsekuensi yang didapatnya. Sebenarnya, ada 2 jenis konsekuensi, yaitu alami dan logis. Contoh konsekuensi alami adalah ketika anak lupa mengerjakan PR padahal sudah diingatkan oleh mama. Ia akan mendapat hukuman atau PR tambahan dari guru di sekolahnya.

Sedangkan konsekuensi logis adalah konsekuensi yang dibuat sesuai aturan yang telah disepakati. Misalnya, "Kalau kamu terus berteriak-teriak di restoran, kita pulang saja." Atau, "Jika kamu tidak menghabiskan makananmu, mama tidak akan memberikan dessert es krim.” Yang penting, terapkan konsekuensi tersebut dengan konsisten.

Foto: Getty Images

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia