Anak Juga Bisa Takut Punya Luka yang Berbekas



Namanya anak-anak, mereka biasanya akan menangis setiap kali terjatuh. Pertanyaannya di sela-sela tangisan, “Berdarah nggak? Bisa hilang nggak bekas lukanya?”

Ya, anak pun bisa takut memiliki luka yang berbekas. Mungkin karena anak selalu melihat boneka Barbie yang memiliki kulit mulus. Menurut psikolog Ratih Ibrahim, kesadaran penampilan pada anak umumnya terjadi pada rentang usia 2,5 hingga 3,5 tahun, seiring dengan semakin meningkatnya kelihaian berjalan dan berbicara anak. Di rentang usia itu, biasanya anak mulai keluar dari ‘cangkang’egosentrismenya untuk membentuk diri menurut apa yang telah mereka pahami. Dalam hal penampilan, pemahaman yang didapat anak berasal dari hal-hal yang terjadi sehari-hari di rumah, misalnya dari iklan di televisi yang menghadirkan anak-anak berpenampilan menarik dan mulus, atau komentar keluarga bernada pujian terhadap penampilan tertentu, misalnya berkulit mulus akan menuai pujian ‘cantik’ atau 'ganteng'.
 
Konsep ini akan menguat seiring anak mulai berinteraksi dengan teman sebaya, baik di lingkungan rumah maupun di sekolah. Hal ini karena stimulus perihal penampilan yang didapat dari rumah, bisa berbeda dengan yang didapat dari teman-temannya. Terlebih anak usia ini juga mulai suka bermain berkelompok. Jika menurut kelompoknya anak yang cantik itu adalah yang berkulit mulus, maka bisa jadi anak akan menganggap kulit yang memiliki bekas luka itu jelek, sehingga anak akan merasa malu dan tak percaya diri atau minder.

Saat itulah bantuan Anda, sebagai orang tua, dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan diri anak, dan memberikan pemahaman yang tepat tentang konsep 'cantik' atau 'jelek' yang sebenarnya. Bantu anak dengan melakukan beberapa hal di bawah ini, Ma:

Minta ia menjelaskan alasan mengapa takut luka dan memiliki bekas luka. Jika jawabannya takut jelek, kuatkan dirinya dengan mengatakan hal ini, “Tak apa-apa memiliki luka, yang penting kamu sudah berani mencoba. Itu artinya kamu anak yang pemberani, lho!”

Berikan pengertian bahwa jatuh, luka, dan memiliki bekas luka adalah bagian dari proses menjadi anak yang hebat. Mungkin Anda bisa mengingatkan bagaimana ia berusaha untuk bisa menguasai laju sepeda saat sedang belajar naik sepeda roda dua. Walau sempat terjatuh, akhirnya ia bisa menguasainya.

Katakan dan perlihatkan semua orang pasti punya bekas luka, misalnya Anda punya luka bekas terkena knalpot panas di betis.

Jangan menanamkan ide berlebihan pada anak – khususnya anak perempuan – untuk memiliki kulit mulus tanpa noda, sampai-sampai ia khawatir berlebihan kulitnya tidak mulus. Menjaga kebersihan dan kesehatan kulit itu penting, tapi dalam batas sewajarnya dan tidak sampai menghambat peluang anak belajar dan bertumbuh kemban

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia