Kapan Anak Boleh Pakai Parfum?

Seiring modernisasi zaman, produk anak yang mengandung wewangian pun ikut berkembang. Tak cukup dengan perawatan dasar seperti sampo, sabun atau bedak, kini rak di toko juga dipenuhi jajaran produk seperti baby cologne, body lotion, body spray, body splash, hair lotion, hair mist, bahkan Eau de Toilette dan parfum.

Tapi, orang tua perlu teliti sebelum membelikan wewangian atau produk kosmetik mengandung parfum, walaupun itu ditujukan untuk anak-anak. Tak semua memang cocok untuk anak-anak.

“Beberapa aroma memiliki manfaat, seperti peppermint yang mampu menguatkan fokus, serta vanilla dan lavender yang menenangkan. Namun harus diperhatikan juga kandungan dan kadar keharumannya, jangan sampai terlalu keras dan berbalik menjadi berbahaya untuk anak-anak,” kata Rina Poerwadi, seorang Pakar Aromaterapi dari Holistic Aromatherapy Center, Jakarta.

Tak pernah ada catatan yang benar-benar akurat mengenai sejarah awal munculnya produk wewangian anak. Yang pasti memang telah berlangsung lama, mengingat salah satu pelopor parfum anak, yaitu Coty, telah mengeluarkan EDT bernama Little Miss Coty pada 1959, yang kemudian diikuti oleh brand besar lainnya, seperti Avon, Givenchy, Guerlain dan Bvlgari.

Disney, Barbie dan Marvel misalnya, itu hanyalah sebagian dari nama-nama besar yang ikut meramaikan pasar. Hadir dengan kemasan menggemaskan, penuh warna dan berhiaskan karakter favorit anak, seperti Mickey Mouse, Princess dan Tinkerbell jelas membuat anak ingin menggunakannya.

Banyak perdebatan terjadi ketika menyinggung produk wewangian untuk anak, terutama EDT dan parfum. Tak sedikit yang mempertanyakan fungsi sesungguhnya untuk anak. Rina pun tidak terlalu menganjurkan penggunaan produk wewangian pada anak usia di bawah dua tahun. Untuk bayi dan anak-anak, disarankan yang menggunakan produk alami, bukan sintetis.

“Jika produk tersebut mengandung bahan sintetis, bisa memicu reaksi alergi pada kulit dan memengaruhi mood anak, akibatnya anak jadi rewel. Apalagi banyak masalah kesehatan anak yang baru terdeteksi secara akurat saat mereka berusia di atas dua tahun,” papar Rina.

Benar jika dikatakan bahwa aroma terbaik untuk anak, terutama bayi, adalah aroma dirinya sendiri, dan tentunya aroma sang mama. Tapi, sedikit stimulasi pada indera penciuman anak juga bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan. Penggunaan secara ringan dan bertanggung jawab bisa jadi solusinya.

Mungkin kita pun perlu mengubah cara pandang terhadap wewangian: bukan sebagai cara agar anak selalu wangi, tetapi lebih kepada memberikan kesempatan bagi hidung mungilnya untuk menjelajahi sesuatu yang baru.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia