Kasus Ini Pancing Orang Tua Menghukum Anak

Berikut beberapa kasus yang seringkali membuat orang tua marah dan terpancing menghukum anak. Psikolog Bukik Setiawan, yang juga penulis buku 'Anak Bukan Kertas Kosong', akan membantu Anda agar tidak perlu menghukum anak.

1. Malas belajar
Pertama, fokus Anda bukan masalah anak tak mau belajar, tapi apa alasannya sehingga ia enggan belajar. Apakah memang pelajarannya sulit? Tidak minat pada pelajarannya? Atau jangan-jangan sedang sakit? Bantulah anak untuk menemukan alasan dan solusi. Jangan marah dan mengatakan, “Mama dan Papa capek bekerja supaya kamu sekolah di tempat terbaik, eh, kamu malas belajar!” Lebih baik ingatkan bahwa belajar adalah kebutuhan anak, bukan orang tua. 0Dia yang akan rugi jika ketinggalan pelajaran dari teman-temannya. Kalau ia mengeluh capek, tawarkan berapa lama dia ingin beristirahat. Jika ia mengatakan 30 menit, maka setelah istirahat itu ingatkan dia untuk konsekuen dengan kesepakatan.

2. Malas mandi
Sudahkah Anda menyadarkannya bahwa mandi itu penting untuk kesehatan tubuhnya sendiri? Bangun kesadaran ini. Bila perlu biarkan ia merasakan konsekuensi natural akibat tidak mandi. Misalnya, badannya jadi bau. Sehingga, ketika ia mau memeluk, Anda bisa katakan, “Mama nggak mau peluk Adek. Adek bau, sih...” Tunjukan pula dengan rajin mandi membuat tubuh Anda terasa segar dan bersih. Di sisi lain, cek kondisi kamar mandi. Mungkin saja anak malas mandi karena suasana kamar mandi yang tak menyenangkan (bau, kotor).

3. Tak mau ibadah
Ibadah menjadi kewajiban sebagai umat beragama. Meski begitu, pemaksaan ibadah, apalagi sampai menghukum atau menakuti-nakuti anak, sebaiknya tak dilakukan. Selain tidak memotivasi anak, ini kegagalan Anda sendiri dalam menanamkan kebutuhan untuk beribadah. Anak mau beribadah, jika ia melihat ibadah sebuah kebutuhan bukan kewajiban yang memaksa. Jadi, tumbuhkan minatnya. Tunjukkan, lewat praktik, bahwa ibadah tak hanya mendekatkan pada Sang Pencipta, tetapi juga membuat kita merasa nyaman dan tenteram.

4. Enggan membereskan barang sendiri
Bikin kesepakatan: Sesuatu yang tidak diurusi, maka pasti akan sulit dicari. Ini berlaku untuk mainan, buku, atau pakaiannya. Anak-anak sering kali tak peduli, sehingga akhirnya karena tak tahan dengan kondisi berantakan, orang tua yang membereskan. Sesekali Anda perlu ‘menyentil’ anak untuk kebiasaannya. Biarkan misalnya dia kelimpungan mencari baju kesayangannya yang terselip entah di mana. Tanyakan, “Kamu cari apa? Sebelumnya di mana? Kamu tahu pengaturannya? Besok lagi biar tak susah dicari, akan taruh di mana? Nanti Mama ingatkan, ya. Boleh, kan? ”Beri contoh, Anda pun tidak sembarangan menaruh barang.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia