Lakukan Ini Untuk Membesarkan Anak Berjiwa Pemimpin


Menanamkan karakteristik kepemimpinan bisa dimulai ketika anak memasuki usia sekolah. Mengapa? Karena saat itulah anak memiliki banyak kesempatan berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya. Dan di saat itu juga, juga berkesempatan bertemu teman sebayanya.

Momen ini bisa Anda gunakan untuk mengasah leadership anak, misalnya anak akan dipilih oleh teman-temannya menjadi ketua kelas atau ketua kelompok belajar di kelasnya. Yuk, manfaatkan kesempatan ini untuk mulai menanamkan karakteristik kepemimpinan pada anak. Beberapa contoh berikut mungkin bisa jadi inspirasi dalam mengasah jiwa kepemimpinan pada anak:
 
Bangun kepercayaan diri anak dengan cara memberi lingkungan yang nyaman. Anak yang merasa bahagia, disayang, dan percaya kepada lingkungan tempatnya tumbuh dan berkembang, secara otomatis akan menumbuhkan rasa percaya dirinya.
 
Asah kekuatan komunikasi anak. Sebelum anak berumur 1 tahun, Andalah yang lebih banyak berbicara. Nah, setelah anak melewati usia 1 tahun, berikan kesempatan lebih banyak kepada anak untuk berbicara. Hal ini berguna untuk merangsang kemampuan verbalnya.
 
Tumbuhkan sifat integritas anak. Biasakan ia mengukur kemampuan dirinya, misalnya dengan meminta anak merapikan mainannya, tanya apa ia mampu mengerjakan sendiri, dan berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk melakukan itu. Tawaran-tawaran ini untuk mengukur kemampuan anak. Bila ia mampu, berarti ia sudah dapat menentukan target waktu untuk menyelesaikannya.
 
Anak harus berani. Beri anak kesempatan mengekspresikan pendapat dan keinginannya. Mulailah dari hal sederhana, seperti memilih baju yang akan dipakai, menu makanan, kado untuk teman, mengutarakan pendapat kepada mama dan papa, dsb.
 
Asah kekuatan sosialisasi. Di usia 3 tahun anak sudah bisa bermain bareng teman sebayanya. Ajak anak ke tempat-tempat di mana banyak anak sebayanya hadir. Ini penting untuk mengajar anak berinteraksi, bersosialisasi, melihat perbedaan-perbedaan yang ada pada tiap anak lain.
 
Menanamkan rasa tanggung jawab dapat dilakukan ketika anak berbuat salah, misalnya ajak anak melap tumpahan minuman. Jangan langsung memarahi anak atau jangan juga Bunda atau Mbak yang melakukannya untuk anak. Anak perlu belajar bertanggungjawab atas ‘kekacauan’ yang ditimbulkannya. 

Baca juga:
SD Kreativa: Belajar Jadi Pemimpin Dimulai dari Sekolah
Mencetak Anak Berjiwa Pemimpin


Foto: 123rf

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia