Mendidik anak jadi pengambil keputusan

Kemampuan mengambil keputusan tidak tercipta begitu saja atau merupakan bawaan anak sejak lahir. Proses ini dimulai sejak ia lahir, sejak Anda pertama kali membiarkannya memilih mainan yang ia suka. Masa usia sekolah menjadi masa sulit buat anak untuk mengambil keputusan karena dia harus memperhitungkan tekanan kelompok sebaya (peer group). Sebagai orangtua, Anda bisa mengajari anak untuk bertanya pada diri sendiri dengan serangkaian pertanyaan yang bisa membantunya memutuskan sesuatu. Menurut Jim Taylor, Ph.D., seorang ahli pendidikan, berikut rangkaian pertanyaan itu:

Mengapa saya harus memutuskan ini?
Pertanyaan ini membuat anak memahami motivasi dari keputusannya. Apakah memang untuk kepentingan diri sendiri atau semata terpengaruh peer group-nya?
Apa saja pilihan yang ada?
Mengetahui semua pilihan yang tersedia membuat anak punya alternatif seluas-luasnya, termasuk mengetahui pilihan yang baik dan buruk.
Apa akibat dari pilihan saya?
Nah, di sinilah Anda bisa membantu anak melihat konsekuensi dari setiap pilihannya. Di tahap ini diharapkan anak bisa melihat untung rugi tindakan yang ia akan ambil.
Apakah ini keputusan terbaik saya?
Ajak anak meninjau keputusan yang telah ia ambil, apakah ini yang terbaik? Apakah keputusan ini membuatnya merasa lega atau nyaman? Apakah ada alternatif lain yang terlewat?

Jika anak sudah mantap dengan keputusannya, dukunglah dia. Hindari menyalahkan anak jika ternyata keputusannya menghasilkan sesuatu yang mengecewakan. Bagaimanapun juga, anak Anda telah belajar sesuatu yang penting, yaitu berani mengambil keputusan sendiri. PAR 0107

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia