Nilai Positif Anak Punya Benda Koleksi


Ada banyak hal yang membedakan kehidupan kita di masa kecil dengan anak-anak zaman sekarang. Anak-anak zaman sekarang mendapatkan stimulasi yang jauh lebih beragam dibanding zaman kita kecil. Jika dulu anak usia 2 tahun sudah bisa membaca akan dianggap sebagai anak jenius, kini itu adalah hal lumrah berkat teknologi flash card dan berbagai metode membaca dini lainnya. Jadi, jangan pernah kaget jika suatu hari Anda menemukan collectible item yang tak biasa dalam salah satu daftar benda berharganya, seperti benda-benda berbentuk tengkorak, daun-daunan kering, bahkan struk minimarket yang diambil dari dompet mama.

Keinginan si kecil untuk mengumpulkan benda-benda yang menarik minatnya sebenarnya datang dari pengamatannya sehari-hari terhadap lingkungan di sekitarnya. Menurut Sani B. Hermawan, M.Psi, psikolog anak dan remaja yang sekaligus merupakan Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, keinginan kuat untuk mengoleksi muncul ketika anak sudah masuk usia sekolah, sekitar 5 – 6 tahun. “Faktor pemicunya biasanya karena anak melihat orang tua atau teman sebaya yang melakukan hal itu,” kata mama 3 anak ini.

Tak usah marah karena anak meniru. Anda pasti tahu, meniru sesungguhnya merupakan salah satu proses belajar untuk anak. Ada banyak hal yang bisa si kecil pelajari dari proses meniru ini. Proses pendewasaan, kedisiplinan, dan kemampuan bersosialisasi, adalah beberapa hal yang bisa dipelajari si kecil lewat meniru.

Menumbuhkan rasa kepemilikan
Ada kalanya mama merasa kesal dengan perilaku si kecil yang kurang menghargai barang miliknya, misal menelantarkan mainannya yang baru berumur seminggu dengan alasan bosan (padahal mainan itu harganya mahal!), atau tidak berhati-hati saat memakai tas baru dengan menaruhnya begitu saja di lantai yang kotor. Nah, coba mama atasi hal ini dengan mengenalkan kepada anak benda koleksi. Mulailah dari benda-benda yang ada di sekitar anak, misal ajak ia mengelompokkan benda-benda yang sudah dimilikinya berdasarkan kesamaan motif, gambar, atau warna.

Dari benda-benda miliknya yang berhasil dikelompokkan tersebut, ajarkan pada anak betapa unik dan menariknya jika ia mengumpulkan benda-benda tersebut dan menjadikannya sebagai benda koleksi. Nah, seiring dengan munculnya keinginan mengoleksi ini, akan muncul juga kesadaran tentang kepemilikan atau sifat posesif. Hal ini tentu akan membuatnya ingin menjaga benda miliknya dari segala bentuk kerusakan ataupun kehilangan. Lama-kelamaan, akan tumbuh sikap disiplin dan bertanggung jawab dari dalam diri si kecil pada benda kesayangannya itu, misal membersihkannya secara teratur, meletakkannya di tempat yang aman, dan merapikannya ketika habis digunakan.

Mengajarkan tanggung jawab
Benda-benda koleksi si kecil tentu saja harus dirawat dan dijaga. Secara berkala, ajaklah ia mengeluarkan benda koleksi dari tempat penyimpanannya, kemudian bersihkan dengan cara dilap atau sekadar diangin-anginkan. Beri penjelasan pada si kecil bahwa membersihkan secara rutin dapat menjaga kualitas benda koleksi yang dimilikinya.

Mengoleksi benda juga memberi kesempatan kepada Anda untuk mengajarkan beberapa nilai dan perilaku positif. Salah satunya, tanggung jawab dalam membelanjakan uang jajan. Seandainya ia hendak membeli benda koleksi, Anda sebaiknya tidak langsung mengiyakannya, melainkan ajak si kecil untuk menabung terlebih dahulu. Menurut Sani, penting bagi orang tua untuk mengajarkan pada anak agar menabung supaya bisa membeli benda koleksi dan mengajarkannya agar anak tak dikendalikan oleh ‘nafsu’ dalam kegiatan mengoleksi ini.

“Justru, ajarkan pada anak agar menikmati proses bertambahnya benda koleksi sedikit demi sedikit,” kata Sani. Atau bisa juga lewat aktivitas barter (tukar-menukar benda koleksi dengan sesama kolektor), yang akan semakin mengasah kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, dan bersosialisasi si kecil.

Foto: Fotosearch




 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia