Pilihan Sekolah Untuk Anak Autis

Sekolah yang nantinya akan Anda pilih harus sesuai kondisi anak. Misalnya, penyandang ASD (Autism Spectrum Disorder) yang memiliki hambatan sosialiasi disarankan mengikuti terapi secara intensif dulu sebelum masuk sekolah umum.

Selain itu, terapi terhadap penyandang autis di atas usia 5 tahun berbeda dengan penyandang autis di usia 5 tahun. Terapi untuk anak di atas usia 5 tahun lebih pada pengembangan bina diri agar bisa bersosialiasi dengan lingkungan sekitar. Hal ini penting untuk persiapan anak masuk sekolah.

Bila hasil terapi menunjukkan perkembangan menggembirakan, anak bisa masuk sekolah inklusi atau sekolah umum. Jika hasilnya tidak sesuai standar untuk masuk sekolah umum, jangan dipaksakan. Lebih baik masuk sekolah khusus, sehingga anak bisa mendapat penanganan yang lebih tepat. Selain itu, lingkungan sekolah harus menjadi pertimbangan utama.

Di setiap kesempatan, Adriana  selalu mengingatkan, pilihlah lingkungan sekolah yang ‘ramah’ terhadap ABK. Kenapa? Tidak jarang lingkungan justru bersikap tidak siap menerima menerima anak disabilitas. Akibatnya, mereka menjadi sasaran bullying, disisihkan, mengalami tindakan pembodohan (seperti disuruh-suruh melakukan sesuatu), dll.

Menjadi penyandang disabilitas saja sudah merupakan perjuangan berat bagi anak. Dan, ia masih ditambah lagi harus menerima trauma dari lingkungannya.

Sekolah inklusi negeri umumnya menerima semua ABK, namun jumlah yang diterima rata-rata hanya 1 siswa dalam 1 kelas. Jadi, siapa cepat dia yang dapat.  Juga, sekolah negeri tidak menyediakan guru khusus untuk mendampingi ABK.

Meski begitu, para guru sudah dibekali pelatihan khusus untuk menangani ABK. Dan, tidak disediakan ruangan khusus untuk menenangkan murid ABK yang sedang tantrum, sehingga biasanya menggunakan ruang kepala sekolah untuk hal ini.

Bagaimana dengan sekolah inklusi swasta? Biasanya, lebih ketat seleksi penerimaannya. Persyaratannya adalah ABK tertentu dengan minimal intelektual tertentu pula. Tetapi, mereka lebih siap dengan sarana yang dibutuhkan, seperti psikolog pendamping serta ruangan khusus untuk menangani anak yang sedang tantrum. Khusus untuk ABK yang agak berat, orang tua akan diminta menyediakan pendamping.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia