5 Hal Tentang Tantrum

Ternyata, hal berikut perlu diperhatikan jika anak sering tantrum:

1. Tantrum memiliki pola yang bisa diprediksi. Misalnya, fase pertama berupa jeritan dan teriakan, lalu fase berikutnya adalah melempar sesuatu atau dirinya ke lantai. Saat meronta-ronta di fase kedua terlihat meninggi, sebenarnya itu tandanya tantrum sudah melewati masa puncak, mulai menurun, dan timbullah fase ketiga, yakni menangis dan merengek-rengek. Nah, orang tua harus menunggu hingga fase ketiga untuk menenangkan si kecil.

2. Abaikan, dan akan hilang dengan sendirinya. Tinggalkan anak jika memungkinkan, serta jangan marah dan menjadi emosional. Dari perspektif anak, bersikap negatif seperti ini lebih baik daripada sama sekali tidak melakukan apa-apa. Kelihatannya gampang dilakukan, ya, padahal tidak begitu adanya. Yang pasti, jika Anda cuma diam, anak bisa menangis sekitar 1 menit.

3. Tidak perlu alasan apa pun. Anak yang sedang tantrum biasanya tidak bisa berpikir logis. Jadi, tak perlu repot menjelaskan mengapa ia harus memakai sepatu di luar kamar. Jangan pula bertanya karena hal ini hanya akan membuat sirkuit di otaknya kelebihan kapasitas sebab mencari cara untuk memberi respon yang diinginkannya. Sebaliknya, berikan perintah yang jelas, seperti “diam” atau “pergi ke kamar kamu.” Hindari perintah yang tidak jelas, seperti “jangan nakal.”

4. Tantrum itu normal, tapi tidak dilakukan setiap hari. Penelitian yang meneliti sekitar 1.500 anak usia 3 – 5 tahun oleh Lauren Wakschlag pada Northwestern University’s Feinberg School of Medicine menunjukkan, 84 % anak di antaranya mengalami tantrum pada sebulan terakhir. Namun, bila si kecil sering tantrum dalam interval yang bisa diprediksi saat capek atau tidak mau memakai baju, bawalah ke dokter. Bisa jadi, ia mengalami masalah psikologis, seperti ADHD.

5. Bersikap fleksibel. Bila Anda terjebak di antara 2 situasi, seperti Anda terlambat menuju suatu tempat dan si kecil merengek-rengek meminta kue, kadang kala Anda harus bersikap rasional. “Di sini, anak akan belajar bahwa kalau saatnya tepat, mereka bisa, kok, mendapatkan apa yang diinginkan. Hal tersebut merupakan latihan untuk tantrum jarak jauh,” kata Michael Potegal dari University of Minnesota. “Bila Anda tidak bisa menang, ya, jangan cari masalah.”
    

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia