Anak Punya Teman Khayalan

Menjelang usia 3 tahun hingga sekitar 5 tahun, biasanya anak memiliki teman khayalan. Ia akan mengajak si teman mengobrol dan bermain bersama, seolah si teman itu benar-benar nyata. Mengapa ia perlu memiliki teman khayalan? Bukankah ia bisa bermain dengan teman sebaya yang benar-benar nyata?

Menurut Robin Goldstein, PhD., penulis The New Baby Answer Book, teman khayalan adalah bagian penting dan kreatif dari pertumbuhan seorang anak. Teman khayalan akan membantu anak berhadapan dengan emosi dan masalah yang semula mungkin tak bisa ia atasi. Berikut beberapa contoh masalahnya:

- Ia mungkin menciptakan si teman setelah pindah ke rumah baru, karena tidak langsung menemukan teman baru yang pas.

- Ia mungkin juga menciptakan teman khayalan seekor anjing karena di satu sisi ia ingin punya anjing seperti teman-temannya, tapi di sisi lain ia takut pada anjing.

- Ia mungkin menciptakan teman yang selalu menerima dan menyukai dia karena di rumah ia merasa kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua.

- Ia mungkin menggunakan teman khayalan untuk menutupi rasa bersalah karena telah melakukan suatu kesalahan. “Aku tidak merusakkan mainan kakak, kok. Temanku yang melakukannya.”

Tak apa jika Anda bersikap seolah-olah menerima teman khayalannya, tapi tetapkan batasan. “Kamu boleh bermain dengan temanmu, tapi kalau sudah waktunya tidur, ia tak boleh mengganggumu.”

Sementara itu, doronglah ia untuk lebih banyak berteman dengan anak-anak seusianya, misal dengan mengajaknya bertemu lebih banyak teman di taman bermain, atau undang­lah sepupu-sepupunya untuk lebih sering berkunjung agar ia tak perlu lagi teman khayalan.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia