Anak Susah Gemuk, Hindari 2 Hal Ini!


Nunu merasa porsi makan Marsha (7) putrinya cukup besar, terutama untuk makanan yang ia suka. Setiap pagi, sarapannya pun harus sepiring nasi, dengan lauk. “Agak pemilih untuk buah dan sayur, tetapi ia mau, sayur untuk makan siang dan malam, buah dan susu saat snack time.” Yang membuat Nunu heran, dengan porsi makan besar, Marsha tergolong kurus dan mungil. Apa pasal?

Menurut Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.AK, dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Jaya, pola makan yang banyak, tetapi bila disertai pola buang air besar yang tidak baik, akan menyebabkan tidak semua kandungan zat makanan masuk ke tubuh anak, sehingga yang diserap tubuhnya hanya sebagian saja. Hal itu yang dapat menyebabkan anak kurus, walaupun makannya banyak.

Memastikan anak memiliki pola makan sehat adalah tugas penting Anda. Pastikan anak-anak mengonsumsi gizi seimbang setiap hari. Memang, ada jenis makanan yang bisa membuat berat badan naik. Yakni, makanan yang tinggi kalorinya, baik kalori baik, seperti avokad, kacang-kacangan, maupun kalori jahat, seperti keripik, sirup, es krim. Tentu saja, sesuai saran Victoria Djajadi, MNutriDiet.
, untuk menjaga tumbuh kembang dan kesehatan anak, pilihannya adalah makanan dengan kalori baik, Ma.

Tetapi, jangan lupa Anda perlu memerhatikan hal-hal lain di luar makanan sehatnya saja untuk menunjang pertumbuhannya. Seperti disarankan dr. Rini, aktivitas fisik yang disertai waktu istirahat yang cukup akan tetap menjaga tubuhnya, sehingga diharapkan anak memiliki status gizi baik.

Perlukah suplemen penambah nafsu makan?
Salah satu jalan pintas yang dipilih banyak mama untuk membuat anak mereka bertambah berat badan adalah dengan memberikan suplemen vitamin atau penambah nafsu makan. Menurut dr. Rini, pemberian suplemen vitamin bermanfaat untuk mencukupi kebutuhan vitamin, tidak meningkatkan nafsu makan anak. Boleh diberikan sesuai aturan yang berlaku.

“Suplemen multivitamin akan memberikan pengaruh, jika anak mengalami defisiensi vitamin/mineral yang kita tidak ketahui. Multivitamin, akan meningkatkan kerja metabolisme dan memperbaiki yang defisit. Namun, untuk jangka pendek, pemenuhan vitamin dan mineral sebaiknya
dari makanan utuh. Kalau makannya sudah baik, sudah beragam, dengan jam makan teratur, maka tidak diperlukan suplemen,” kata Victoria.

Stop memaksanya makan banyak!
Bukan tidak banyak mama yang merasa khawatir anak mereka kekurusan dan ‘kekurangan makan’, sehingga kerap memaksa mereka makan banyak, bahkan saat mereka menolak. Ketika anak-anak sudah kenyang, tetap saja suap demi suap nasi dipaksakan masuk. Jika itu Anda lakukan, hentikan, ya, Ma. Menurut Victoria, pemaksaan tersebut bisa merusak hubungan anak-anak dengan makanan. Mereka jadi tidak percaya diri dengan kemampuan mereka memilih dan menentukan porsi dan jam makan.

“Reaksinya nanti antara 2. Anak jadi rebellious dalam memilih makanan. Biasanya anak jadi memilih makanan yang tidak sehat karena sudah muak dipaksa makan yang menurut orang tuanya sehat. Atau, ia jadi penakut dan pemilih (picky eater),” kata Victoria. Jika tidak ada kondisi medis yang menyebabkan anak kurus, secara fisik ia sehat dan tidak terdapat gangguan apa pun, dan Anda pun yakin ada faktor genetis pula, maka tidak ada gunanya memaksa anak makan banyak-banyak, apa lagi mencekokinya dengan berbagai suplemen. Lebih baik ajari anak memahami kebutuhannya untuk makan sehat agar tubuhnya tumbuh dengan maksimal. Daripada memaksanya makan, biarkan ia belajar memahami tubuhnya dan sinyal lapar.

Tentu, Anda perlu menolongnya dengan membuat jadwal makan, beri jarak 2-3 jam antar makan dan camilan, agar ada waktu untuk pencernaan dan anak bisa merasa lapar. Jika anak tidak mau makan pada saatnya, tidak pula harus dipaksa dan dimarahi. Seperti Anda, ada kalanya Anda tidak merasa lapar atau ingin makan, bukan?

Yang penting, si kecil tahu, ia bisa makan di jam makan berikutnya, dan Anda selalu menyediakan menu dan camilan sehat. Bahkan, Anda bisa membuat jadwal makan berdasarkan kebiasaan anak lapar, yang mungkin berbeda dari jadwal yang Anda buat. Misalnya, Anda menyadari di jam snacking, anak justru dapat makan lebih banyak atau dengan porsi yang besar. Coba mengakomodasi itu dengan mengganti jam tersebut menjadi saat makanan utama, dan jam makan berikutnya menjadi snack time.

Karena, mungkin saja anak lebih merasa paling lapar saat pulang sekolah, misalnya, sementara waktu menunjukkan pukul 3 sore. Ikuti saja insting Anda dan tanda yang diberikan anak. Victoria tidak menyarankan cara makan grazing, yakni makan tanpa jadwal yang jelas sepanjang hari, atau makan sepanjang waktu tanpa disadari. Biasanya hal itu berkaitan dengan konsumsi snack, yang mana anak dibiarkan makan snack setiap saat. (foto: 123rf)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia