Gejala Anak Alami Gangguan Sensori Integrasi



Lampu merah dari disfungsi sensori integrasi adalah adanya respons yang tidak lazim terhadap sentuhan dan gerakan. Perilaku anak yang mengalami gangguan sensori integrasi ini kadang sulit dipahami oleh orang tua. Bahkan, gejala disfungsi ini sering kali salah ditafsirkan sebagai masalah psikologis. Karenanya, masalah ini haruslah ditangani seorang profesional yang tepat atau yang memang mendalami masalah sensori integrasi. Bila tidak segera dilakukan intervensi, anak bisa saja berkembang dengan ketidakmampuan untuk mengatasi kesulitan emosional, fisik, dan sosial kelak.

Anak dikatakan mengalami disfungsi sensori integrasi jika menunjukkan 1 atau lebih gejala yang umum muncul, dengan frekuensi, intensitas, atau durasi tertentu. Frekuensi artinya gejala tersebut itu muncul beberapa kali dalam sehari. Intensitas artinya anak sangat menghindari stimulasi sensori tertentu dengan keras dan sangat tegas, atau justru meleburkan dirinya ke dalam stimulasi sensorik yang diinginkannya.

Sedangkan durasi artinya ia tetap melakukan perilaku atau respons yang tidak lazim itu dalam waktu yang cukup lama. Beberapa anak dengan disfungsi sensori integrasi juga memiliki masalah dengan perilaku.

Anda bisa mendeteksinya lewat beberapa masalah berikut:
1. Mempunyai tingkat kegiatan yang sangat tinggi/rendah.
2. Mudah terdistraksi.
3. Ada masalah dengan tonus otot dan koordinasi motorik.
4. Kesulitan menggunakan satu pilihan tangan yang sebenarnya sudah dikuasai saat usia 4 atau 5 tahun.
5. Koordinasi mata dan tangan buruk.
6. Kesulitan berpindah dari 1 situasi ke situasi yang lain.
7. Tingkat frustasi tinggi.
8. Problem pengaturan diri.
9. Masalah akademis.
10.Masalah sosial.
11.Masalah emosional.

Foto : Foto Search


 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia