Jangan Pernah Katakan 10 Hal Ini Ke Anak


Foto: Dok. Shutterstock

Beberapa kalimat yang biasa orang tua katakan, walaupun maksudnya baik, bisa jadi tidak baik untuk anak.

Simak beberapa kalimat yang dilansir dari laman Redbookmag ini, siapa tahu ada yang pernah Anda katakan tanpa mengetahui dampaknya ke anak.

1. "Bukan begitu caranya. Sini ibu/ ayah ajari!"
Sesederhana ingin anak cepat bisa memakai baju atau sepatunya sendiri, tapi ini justru menjauhkan anak dari pelajaran 'memecahkan masalah'.
"Ini memberi kesan pada anak bahwa ia tidak bisa melakukannya dengan benar. Hanya orang dewasa yang bisa melakukannya. Ini justru menghancurkan rasa percaya diri anak," ujar Dr. Tovah Klein, Direktur Barnard Center for Toddler Development juga penulis buku How Toddler Thrive.

2. "Kamu kenapa, sih?"
Kalau diucapkan orang tua dengan nada marah atau kesal, hati-hati, anak bisa saja menginternalisasi kalimat dan mempercayainya sebagai kenyataan.
"Anak akan mempertanyakan pada dirinya sendiri, 'apa, sih, yang salah?' dan mereka tidak akan mampu mencari jawabannya. Ini kemudian diterjemahkan anak sebagai 'aku nggak mampu' atau 'aku bukan anak baik'. Kalimat inipun akan diingat anak sepanjang hidupnya atau dalam waktu yang cukup lama," ujar Karyl McBride, Ph.D., L.M.F.T, Terapis Keluarga dan Pernikahan bersertifikat di Amerika Serikat.

3. "Ibu/ Ayah nggak tahu lagi bagaimana membayar tagihan bulan ini."
Anak-anak jangan diberi TMFI (Too Much Freaking Information).
"Kita, orang tua, tidak boleh melibatkan anak-anak dalam urusan yang ia tidak berdaya menghadapinya. Memberikan beban terlalu banyak pada anak dapat membuatnya cemas," ujar Dr. Brad Klontz, Psikolog Klinis dan penulis buku Mind Over Money.

4. "Kamu, tuh, selalu tidak pernah berubah."
Hindari menggunakan kata "selalu" "tidak pernah" saat bicara atau ingin menegaskan sesuatu pada anak. Ini menghancurkan harapan mereka.
"Pernyataan seperti ini hanya akan menjerumuskan anak ke dalam negativitas maupun ketidakmampuannya yang bisa menjadi permanen. Selain itu, kalimat ini seperti mengizinkan anak untuk tidak pernah berubah," ujar Daniel Patterson, penulis buku The Assertive Parent juga pendiri the Patterson Perspective.

5. "Latihan akan menyempurnakan."
Versi alih bahasanya adalah "practice makes perfect". Lho, apa yang salah dengan kalimat ini?
"Ini memberi pesan bahwa jika anak melakukan kesalahan, artinya ia belum latihan dengan benar. Anak akan menekan dirinya sendiri berlebihan, lalu (ketika ia gagal) akan bertanya-tanya 'Apa yang salah denganku? Aku sudah berlatih dan berlatih, tapi kenapa belum berhasil menjadi yang terbaik?'. Ini yang terjadi bila Anda mengatakan kalimat tersebut kepada anak," ujar Joel Fish, Ph.D., penulis buku 101 Ways to Be A Terrific Sports Parent: Making Athletics a Positive Experience for Your Child 

6. "Nggak apa-apa. Kamu kuat."
Saat anak kesal, jangan buru-buru mengatakan jika semuanya baik-baik saja. "Anak Anda menangis karena tengah merasakan hal yang tidak baik. Tugas Anda adalah membantunya memahami dan berdamai dengan (mengatasi) emosi, bukan memotongnya," ujar Jenn Berman, Psy.D, penulis The A to Z Guide to Raising Happy, Confident Kids.

7. "Kamu boleh jadi apapun yang kau inginkan."
Orang tua yang mengatakan ini, mungkin ingin anaknya akan berkembang menjadi 'seseorang' sesuai keinginannya kelak kemudian hari. Tapi kalimat ini belum tentu tepat diungkapkan terutama pada anak yang terlalu muda.
"Mengatakan ke anak bahwa ia boleh melakukan apapun, akan mengaburkan peran utama kesuksesan itu sendiri. Tidak semua anak yang ingin menjadi dokter bedah ataupun atlet berprestasi, bisa meraihnya. Bahkan saat mereka sudah berusaha keras untuk meraihnya. Ada faktor bakat, kesempatan dan keberuntungan yang juga menentukan. Anak perlu belajar ini sehingga tidak mudah putus asa," ujar Erica Reishcher, Ph.D., psikolog dan penulis What Great Parents Do: 75 Simple Strategies for Raising Kids Who Thrive.

8. "Kamu hanya sedang sensitif saja."
Kalimat ini membuat anak berpikir bahwa perasaan sensitifnya adalah sumber berbagai masalah dalam hidupnya. Anak juga akan bingung membedakan, mana yang sifatnya perasaan, mana yang persepsi. 
"Ini sangat merusak pemikiran anak, karena ia akan belajar 'Apa yang kamu rasakan tidak penting bagi orang lain' dan 'Ini adalah kesalahanmu karena ada yang salah dengan perasaanmu' seperti itulah yang ia tangkap," ujar Peg Streep, penulis Daughter Detox: Recovering from an Unvolving Mother and Reclaiming Your Life.

9. "Ibu akan pergi sebentar sampai kamu tenang."
Jika kalimat ini diucapkan saat anak tantrum di tempat umum yang sangat asing baginya, akan menjadi sangat mengancam dan menindas perasaan anak.
"Melakukan ini, membuat anak kehilangan rasa aman. Mereka akan mengira, orang tuanya tidak akan selalu ada untuk menjaganya atau menyayanginya," ujar Dr. L. Alan Sroufe, Profesor Emeritus Psikologi dari Universitas Minnesota's Institute of Child Development, Amerika Serikat.

10. "Tolong tinggalkan ibu/ ayah dulu."
Ini bisa merusak kesan mereka soal waktu bersama orang tuanya. Anak akan menginternalisasi pesan dari kalimat tersebut sebagai penolakan.
"Mereka akan berpikir, tak ada gunanya berbicara dengan ibu/ ayahnya. Karena Anda dapat saja mengusirnya sewaktu-waktu. Jika Anda sering mengucapkan ini, saat anak beranjak besar, ia akan menjaga jarak dan semakin jarang mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya," ujar Suzette Haden Elgin, Ph.D., pendiri Ozark Center for Language Studies, Arkansas, Amerika Serikat.

Nah, dari 10 kalimat itu, mana yang pernah Anda ucapkan ke anak? Yuk, koreksi diri dari sekarang. (LAI)



 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia