Kenali Flu Perut yang Menyerang Anak



“Istilah ‘flu perut’ sesungguhnya banyak menimbulkan salah kaprah,” tutur dr. Barbara Frankowski, spesialis anak dari Vermont Children’s Hospital di Burlington. “Penyakit ini tidak sama seperti pilek yang ada vaksinnya.” Maka, ia pun lebih suka menyebutnya virus perut yang membuat mulas, mual, dan muntaber. Ada dua biang keladinya: rotavirus yang biasa menyerang ketika cuaca dingin, serta adenovirus dan echovirus yang banyak muncul di musim panas.

Bagaimana membedakan flu perut dengan keracunan makanan?
Menurut dr. Frankowski, flu perut punya beragam gejala. “Pada beberapa anak, mereka hanya sedikit sakit perut dan kurang nafsu makan, anak lain mungkin muntaber sementara ada juga yang mengalami keduanya.” Ada anak yang hanya muntah satu kali, ada juga yang demam. Makin banyak gejala yang dialaminya, bisa jadi makin serius juga kadar flu perutnya. Flu perut bisa terus menggejala 3-5 hari, bahkan seminggu. Sedangkan keracunan makanan memiliki sejumlah gejala serupa, biasanya muncul segera setelah mengonsumsi makanan yang menjadi penyebabnya. Keracunan makanan juga biasanya tidak menimbulkan demam (meski demam pun ditemukan juga pada beberapa kasus langka) dan biasanya cepat reda.

Perlukah mama cemas?
Salah satu masalah kesehatan yang kerap ‘terselubung’ di balik gejala flu perut adalah usus buntu. Gejalanya memang mirip, dari sakit perut sampai muntah. Bagaimana Mama dapat membedakan? Masalah usus buntu memiliki ciri-ciri sakit di sekitar pusar sampai ke perut kanan bawah, demam, tidak nafsu makan, dan sakitnya sangat intens sampai-sampai ia tidak mau bergerak dari tempat tidurnya, apalagi berjalan. Namun, jika setelah pup ia merasa enakan, itu pertanda flu perut.

Kapan sebaikya ke dokter?
“Selain muntaber, jika anak mengeluhkan sakit yang tidak biasa di perutnya, Mama sebaiknya segera ke dokter,” ujar dr. Frankowski. “Pada bayi di bawah usia satu tahun, Mama sebaiknya langsung ke dokter saat gejala tidak membaik dalam dua hari,” jelas dr. Frankowski. Masalahnya, gejala muntaber yang dialami anak bisa menjurus ke dehidrasi, dan anak yang lebih kecil lebih rentan terkena konsekuensi seriusnya. Menurut Centers for Disease Control and Prevention, 1 dari 40 bayi yang terkena flu perut harus diopname di rumah sakit. Selain itu, jika ada darah dalam pup atau muntahannya, Mama harus langsung ke dokter. “Kemunculan darah bisa mengindikasikan infeksi bakteri yang lebih serius, seperti E.coli,” ujar dr. Frankowski.

Prinsip serupa juga berlaku untuk anak di bawah 2-3 tahun. Bagi anak yang sudah lebih besar, dokter diperlukan ketika gejala tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Meski demamnya tinggi, tetapi jika trennya menurun dari hari ke hari, Mama tidak perlu membawanya ke dokter. Tetapi jika demamnya stabil setelah 3 hari (atau 2 hari, jika si kecil belum dua tahun) segera hubungi dokter anak. Waspada juga jika anak kelihatan dehidrasi atau kurang asupan cairan.

Foto : FOTOSEARCH

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia