Mengapa Orang Tua Jangan Menyogok Anak?

Pernahkah Anda menyogok si kecil dengan iming-iming seperti, “Kalau kamu tidur siang tepat waktu, maka saat bangun nanti kamu boleh menonton YouTube,” atau “Kalau kamu menurut duduk di car seat sampai tujuan, Mama akan belikan es krim nanti”? Tanpa disadari, Anda mungkin sering mengucapkan, “Mama akan…,” untuk setiap perilaku si kecil yang Anda harapkan di saat kepepet.
 
Dr. Laura Markham, Ph.D, penulis Peaceful Parent, Happy Kids mengatakan bahwa menyogok anak adalah salah satu kebiasaan buruk orang tua.  Bahkan, menurutnya strategi ini hanya dilakukan orang tua yang putus asa.
 
Mengapa Anda sebaiknya meninggalkan kebiasaan menyogok si kecil? Berikut ini Dr. Markham menyebut alasannya.

1. Melatihnya Berperilaku Buruk
Menurut Dr. Markham, meminta si kecil untuk mematuhi Anda secara instan bukanlah win-win solution yang baik. Sebab, justru anak Anda sedang memenangkan sesuatu atas hal yang tidak seharusnya. Tawaran ‘hadiah’ di tengah-tengah anak berkelakuan buruk akan mengajarkannya bahwa Anda akan memberikan sesuatu yang menyenangkan saat ia berkelakuan buruk.
 
Oleh karenanya, alih-alih menyogok di tengah kelakuan buruk mereka, pastikan Anda dan si kecil menyepakati reward untuk perilaku kooperatif sejak awal. Misal, bila anak-anak tidak menolak saat jam pulang dari taman bermain tiba, maka besok mereka boleh main lagi.
 
Baca juga: Hindari Melakukan 6 Hal Ini Saat Si Kecil Tantrum

2. Merugikannya Saat Dewasa
Dr. Markham mengatakan bahwa ketika anak-anak bertambah besar, mereka tidak akan mendapatkan imbalan karena melakukan hal yang seharusnya mereka lakukan. Anda tidak mungkin terus-terusan menyogoknya dengan imbalan untuk memintanya mengerjakan PR. Anak-anak akan menjadi dewasa dan tidak selalu di samping Anda. Jangan sampai ia berpikir ia melakukan pekerjaan kantor hanya dengan motivasi bahwa ia akan mendapat imbalan dari bos. Sebab, anak-anak harus memahami konsep berdaya, yakni bahwa kita akan melakukan banyak hal untuk membuat diri berkembang lebih baik.

3. Menghilangkan Kesempatan Belajar Hal Baik
Saat Anda memberi hadiah cokelat bila si kecil menghabiskan sayurannya, maka ia akan memaknai bahwa makan sayur adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga harus ada imbalan untuk melakukannya. Sogokan dalam hal ini bukan hanya hadiah materi, melainkan juga pujian seperti, “Waaah, hebat! Anak pintar!”
 
Yang ada di pikirannya adalah ia akan dapat hadiah makanan favorit bila ia melakukan hal yang tidak disukainya: makan sayur. Cara manipulatif ini mengaburkan manfaat dari hal baik yang Anda harapkan dari si kecil. Ia tidak akan belajar bahwa makan sayur memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan tubuhnya.
 
Baca juga: Katakan 6 Hal Ini Tentang Sayur & Buah pada Si Kecil

4. Tumbuh Jadi Pamrih
Dr. Markham berpendapat ketika anak-anak terbiasa dengan hadiah instan untuk melakukan apa yang kita minta, kita melatih mereka untuk menjadi anak yang pamrih. Mereka akan terbiasa untuk bernegosiasi, seperti, “Apa yang akan aku dapatkan bila aku melakukannya?” Dalam jangka panjang, ini akan menumbuhkan mereka menjadi anak-anak yang selalu pamrih untuk melakukan apa pun.
 
Baca juga:
Ubah Kebiasaan Menyogok Anak
Cara tepat ‘menyogok’ anak Anda
6 Tip Negosiasi dengan Anak
Barang atau Pengalaman? Ini Hadiah yang Membuat Anak-anak Lebih Bahagia
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
Updated: Mei 2022


Topic

#balita #pengasuhananak #parenting #parentingstyle

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia