Menstimulasi Sifat Humoris Anak [Part 2]


B A L I T A

Karena anak sudah lebih lancar bicara, sudah tentu ia punya variasi humor yang lebih luas. Ia mampu menertawakan dongeng lucu. Ia juga mampu menangkap humor dari hal-hal yang tak selaras, contohnya melihat film anjing bersuara ayam. Untuk menstimulasinya, perbanyak
jenis humor yang mengandung kata-kata.
> Bacakan cerita-cerita lucu dan tertawalah bersama.

> Ajak menonton film kartun anak yang lucu.

> Lakukan permainan ‘kata yang salah’. Contohnya, menyebut ‘hidung’, tapi justru menunjuk ‘telinga’. Atau sebaliknya, menyebut satu benda tapi dengan kata yang salah. Contoh, “Mama mau gandeng Baba, eh maksudnya Dada, eh Papa!”

> Ajak anak bernyanyi bersama, namun sesekali liriknya Anda ganti. Contohnya, “Balonku ada sepuluh..., eh, kok sepuluh!”

> Beberapa anak menyukai humor toilet, misalnya menyebutkan benda-benda di toilet atau pura-pura melakukan sesuatu yang biasa dilakukan di toilet. Ajari di mana humor ini bisa diterima. Contohnya, boleh ketika di rumah bersama mama dan papa, tapi tak boleh ketika di luar rumah atau bersama orang lain bukan mama dan papa.

> Kadang anak berusaha menceritakan hal lucu, namun, sejujurnya tak terlalu lucu. Hargai usahanya dengan tertawa. Boleh, lho, setelahnya memberikan saran supaya ceritanya tambah lucu. Ingat, setiap komedian juga butuh latihan, kan.

> Katakan hal-hal hiperbolik. ‘Membesarbesarkan’ sesuatu adalah salah satu trik membuat kekonyolan. Contoh, “Aku lapar sekali, rasanya bisa memakan roti sebesar gajah!”

> Katakan kata-kata sehari-hari secara hiperbolik. Contoh, “Di soup kita ada wourtoel, jagoeoeoeng, dan babababaksousousou.”

> Lakukan hal-hal konyol dalam keseharian, misalnya melompati lantai keramik warna tertentu ketika berjalan-jalan di mal, berjalan mengendap-endap dari pintu ke tempat tidur agar tak ‘membangunkan boneka beruang yang sedang tidur’, mengubur brokoli ke dalam
tumpukan nasi di sendoknya dengan sepengetahuannya agar brokoli ‘tak menjerit ketika masuk ke dalam gua’ (tentu saja gua artinya mulutnya!).

A N A K  B E S A R (>6 tahun)
Anak usia ini kadang menganggap hal yang kasar sebagai hal yang lucu. Mereka bisa tertawa terbahak-bahak ketika melihat tokoh di film yang ditontonnya jatuh dan gepeng lalu timbul kembali. Untunglah, dibandingkan anak usia lebih kecil, mereka sudah memahami bahwa yang mereka tonton itu tidak betul-betul terjadi. Oleh karena itu, selain rajin mengingatkannya tentang hal-hal sarkasme, tetap tawarkan humor aman kepadanya.
> Selalu ingatkan bahwa humor yang lucu adalah yang bisa ditertawai oleh semua orang, bukan yang menghina siapa pun.
> Bacakan cerita, dan tambahkan komentar lucu Mama. Contoh, suatu hari saya membacakan buku tentang crane, alat berat untuk membantu pembangunan gedung tinggi. Disebutkan bahwa alat tersebut bisa mengangkat 5 ekor gajah sekaligus. Lalu saya tambahkan, “Dan
bukan hanya ekornya saja!”
> Rajinlah mencari berbagai teka-teki yang pas buat anak. Salah satu teka-teki lelucon klasik yang mampu membuat mereka tertawa, “Mengapa ayam jago berkokok sambil memejamkan mata? Karena sudah hapal teksnya.”
> Carikan alat-alat sulap dan biarkan anak bereksperimen membuat sulapnya sendiri.
> Buat tantangan dalam keluarga “Siapa yang paling lucu?” Secara bergiliran, tiap anggota keluarga bisa membanyol atau melakukan gerakan-gerakan lucu sekreatif mungkin.
> Minta anak membuat video lucu. Bantu anak merencanakan kegiatan lucu, lalu Anda yang merekamnya. Kemudian tontonlah bersama sambil tertawa terbahak-bahak.

Foto : TPGNews

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia