Pentingnya Mengenalkan Otonomi Tubuh Pada Anak Sejak Dini


 

Anda mungkin berada di situasi yang tidak menyenangkan ketika balita Anda mengelak memberikan ciuman atau pelukan perpisahan kepada kerabat Anda. Bagaimana tidak, kerabat Anda sudah sangat berharap bisa memeluk dan mencium lantaran merasa gemas sekaligus sebagai bekal pengobat rindu karena tidak dapat segera bertemu lagi dalam waktu dekat.

Anda pun dengan beragam cara membujuk si kecil untuk mau mencium dan memeluk. Beragam rayu biasa Anda gunakan, mulai dari pujian, “Ohh, anak penyayang. Sini cium tante dulu, sayang. Nanti lama, lho, nggak ketemu lagi,” atau menggunakan iming-iming, “Sini peluk dulu. Besok kalau bude sama pakde ke sini lagi, adik dibawain oleh-oleh.”

Tahukah Anda, ketika Anda membujuk dan memaksa si kecil untuk memberikan pelukan serta ciuman kepada orang lain (kerabat atau teman Anda), sebetulnya Anda sedang mengirimkan pesan yang rentan disalah pahami olehnya?

“Dengan tetap memaksa mereka, artinya orang tua membiarkan anaknya berpikir bahwa mereka harus selalu menuruti permintaan sentuhan fisik dari orang dewasa, sekalipun itu membuat mereka tidak nyaman. Ia menuturkan bahwa orang tua tetap tidak boleh menempatkan anak-anak mereka dalam situasi fisik yang tidak nyaman karena takut melukai perasaan kerabat.” – Deborah Gilboa, M.D., pakar pengasuhan dan penulis buku Teach Respect: That’s My Kid!

“Kan, Masih Kecil.”
“Dia kan, masih kecil, menggemaskan. Nanti kalau makin besar pasti sudah mengenal malu dan nggak mau dicium atau dipeluk.” Pernah mendengar kalimat ini? Ini bukan soal usia, melainkan soal otonomi tubuh, seperti yang dikatakan Gilboa. Ini tentang otonomi dan persetujuan.
 
Otonomi tubuh adalah hak untuk menolak sentuhan fisik dengan orang lain. Anak-anak sama seperti kita juga, merupakan individu yang punya hak untuk memperlakukan tubuhnya sendiri tanpa ada paksaan.
 
 “Tidak perlu menunggu anak menjadi dewasa untuk membuat mereka memahami otonomi tubuh, karena tidak pernah terlalu dini bagi anak-anak untuk mempraktikkannya. Balita usia 3 tahun sudah harus memahami otonomi tubuh.” – Airial Clark, M.A., pendidik seksualitas serta pendiri komunitas How to be a Woman.

Satu pesan yang menurut Clark perlu diinternalisasi oleh anak-anak bahkan sejak kecil adalah bahwa “tubuhmu sangat penting bagi dirimu dan kamu berhak mengaturnya.” Si kecil perlu diberi pemahaman bahwa Anda tetap menghargai pilihannya dan menyayanginya dengan tulus sekalipun ia menolak untuk memeluk dan mencium. Biarkan ia tahu bahwa penolakan yang ia lakukan seharusnya tidak akan membuat kasih sayang keluarga dan kerabat padanya pupus.

Manfaat Mengatakan “Tidak”
Anda mungkin sering memperingatkan si kecil untuk tidak berinteraksi dengan orang lain dan mencari cara untuk menghindar bila mereka mulai tidak nyaman. Namun, menurut Gilboa, orang tua justru seringkali tidak menerapkan prinsip yang sama pada orang yang sudah dikenal. Mengapa hal ini penting? Untuk menjaga anak-anak dari predator kejahatan seksual. Karena, predator kejahatan seksual justru bisa saja adalah orang terdekat si kecil sendiri.

Gilboa mengatakan, "Anak-anak perlu belajar bahwa 'tidak' adalah hal yang baik untuk dikatakan dan diharapkan orang akan mendengarkan." Bila seorang anak tidak dibiasakan punya otonomi atas tubuhnya sendiri, ia bisa saja merasa wajib mematuhi ketika predator memintanya melakukan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman. Sebaliknya, bila ia telah diajari tentang otonomi tubuh, ia akan lebih mudah mengatakan tidak dan menghindar. Dengan demikian, si kecil akan lebih terlindungi dari risiko kejahatan seksual.

Baca juga:
Ajari Anak Kenali Anggota Tubuh
Ajari Anak Pintar Menjaga Diri
Tahap Perkembangan Fisik & Psikologis Anak
Ajari Batita Kenali Bagian Tubuh
 

(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 
 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Pentingnya Mengenalkan Otonomi Tubuh Pada Anak Sejak Dini

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia