Yuk, Uji Kesabaran Anak dengan Tes dari Psikolog!



 

Anda mungkin pernah melihat beberapa selebriti atau selebmom mengunggah video uji kesabaran anak-anaknya dengan cara memberikan permen di hadapannya dan melarangnya memakan tanpa pengawasan. Nah, sebenarnya ini adalah tes yang juga digunakan oleh psikolog untuk menguji keterampilan anak untuk delay gratifications atau menunda keinginannya.
 

The Marshmallow Test

Psikolog Walter Mischael dari Universitas Colombia mengadakan penelitian yang populer. Penelitian ini melibatkan 653 anak usia 4-5 tahun yang dibawa ke dalam ruangan dan masing-masing diberi satu marshmallow. Mereka diminta untuk tidak menyentuh dan memakannya selama 15 menit tanpa pengawasan. Mereka juga sudah diberitahu sebelumnya bahwa jika mereka berhasil, maka mereka akan mendapat satu marshmallow tambahan sebagai hadiah.
 

Cukup mengejutkan ketika hanya 3 anak saja yang berhasil. Yang lain memiliki kegagalan di level yang berbeda-beda. Ada yang gagal dalam satu detik setelah penguji keluar, ada yang 5 menit atau 10 menit, dan seterusnya. Bagi mereka yang berhasil, artinya termasuk anak-anak yang mampu menunda untuk memuaskan keinginannya atau patient postpone. Sedangkan, anak-anak yang tidak mampu menyelesaikan ujian ini, termasuk kategori instant gratifier.
 

Setelah 20 tahun, peneliti mencoba mendata kembali anak-anak yang pernah terlibat dalam The Marshmallow Test. Hasilnya, anak-anak yang mampu menahan diri tidak memakan marshmallow selama 15 menit tumbuh dengan konsentrasi dan logika yang sangat baik, mampu memelihara persahabatan, dan memiliki daya tahan dalam menghadapi tekanan.
 

Nah, dari riset yang populer ini kita bisa mengetahui bahwa konsep kemampuan menunda kepuasan atau delay gratification memiliki pengaruh positif pada anak-anak untuk jangka panjang.
 

David J. Bredehoft, Ph.D., pengajar psikologi keluarga di Concordia University, Kanada, membeberkan karakteristik anak instant gratifier dan patient postponer di masa depan seperti berikut:
 

Anak-anak Instan Gratifier:

 

  • Tidak berorientasi pada tugas.

  • Mereka jarang membuat rencana ke depan dan secara rutin menunda-nunda. Mereka menunda hal-hal yang seharusnya mereka lakukan untuk hal-hal yang benar-benar mereka sukai.

  • Mereka adalah pembeli yang impulsif. Mereka menginginkan sesuatu sekarang.

  • Mereka tidak pernah menabung untuk hal-hal yang mereka inginkan; sebaliknya, mereka membelinya secara kredit dan membayarnya nanti.

  • Sering frustasi dan marah ketika mereka harus menunggu sesuatu atau ketika sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan mereka.
     

Anak-anak Patient Postponer:
 

  • Sangat berorientasi pada tugas.

  • Mereka membuat rencana ke depan dan menyelesaikan pekerjaan mereka sebelum membiarkan diri mereka bersenang-senang.

  • Kecil kemungkinan mereka menjadi pembeli yang impulsif.

  • Mereka hampir selalu menabung untuk hal-hal yang mereka inginkan daripada membelinya secara kredit dan membayarnya nanti.

  • Jarang merasa frustrasi atau marah ketika mereka harus menunggu sesuatu atau ketika orang lain mengganggu rencana mereka.

 

Sudah siap memberikan ujian ini pada si kecil?

 

Baca juga:

Yuk, Latih Kesabaran Anak untuk Menunggu!

Melatih Delay Gratification, Keterampilan Penting untuk Anak

Mengapa Literasi Keuangan Penting Dikenalkan pada Anak Sejak Dini?

Trik Ajarkan Literasi Keuangan Sesuai Usia Anak

Sejak usia 3 tahun, Balita Anda Sudah Dapat Memahami Konsep Keuangan

 

LELA LATIFA

FOTO: FREEPIK

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia