5 Kesalahan Orang Tua Merespons Kebiasaan Bayi


Banyak hal yang kelihatan sederhana sekalipun, bisa menumbuhkan rasa percaya diri anak. Yang diperlukannya adalah Mama, Papa, dan lingkungannya memberinya kebebasan serta mengizinkannya mengeksplorasi lingkungan. Artinya, sebaiknya Anda tidak terlalu membatasinya, dengan sedikit-sedikit melarangnya melakukan ini-itu. Berikut ini beberapa kesalahan persepsi yang kerap terjadi, yang bisa menghambat percaya diri anak, dan bagaimana sebaiknya orang tua masa kini bersikap.

1. Cepat angkat bayi Anda, Ma!
- Dulu
Kalau bayi buru-buru diangkat dari boks setiap kali menangis, ia akan menjadi anak yang cengeng.

- Sekarang
Bayi yang menangis justru harus segera diangkat dan dihibur agar merasa nyaman. “Tidak ada istilah memanjakan bagi bayi, karena dia memang menangis untuk survival,” jelas Lia Boediman, psikolog di Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Itulah cara anak berkomunikasi ketika lapar, ada yang kurang nyaman, atau ada sesuatu yang mungkin menyakitinya. Memperoleh apa yang diinginkan, baik itu berupa pelukan, susu, atau popok bersih, membuatnya belajar untuk memiliki ‘trust’ terhadap orang tua atau pengasuhnya. Dari sini, ia akan mengembangkan keyakinan dan rasa percayanya terhadap lingkungan.

Hal ini menjadi landasan untuk perkembangan rasa percaya dirinya kelak. Jadi, tak perlu ragu untuk segera mengangkatnya dari boks ketika ia menangis. Menurut Daniel J. Siegel dalam bukunya Neurons to Neighborhoods, interaksi positif berupa respons yang cepat sesuai kebutuhan juga akan mendukung perkembangan otak, maupun kemampuan kognitif dan berbahasa anak. Kalau sudah begini, jangan biarkan anak menunggu terlalu lama.

Terlebih bila ia masih berusia kurang dari 6 bulan. Di usia ini, anak tak bisa menunggu lebih dari beberapa menit saja. Lebih baik, cepat Anda menimangnya sebelum tangisan lirih itu berubah menjadi lengkingan.

2. Agar si kecil tak jadi pemalu
- Dulu
Bayi yang pemalu akan tumbuh menjadi anak yang pemalu juga.

- Sekarang
Kalaupun bayi Anda memiliki karakter bawaan, Anda bisa membantu membentuk responsnya terhadap lingkungan. Beberapa anak memang sulit beradaptasi saat kecil. Ada bayi yang langsung menyembunyikan wajah di pelukan pengasuh kalau bertemu orang lain, apalagi yang baru pertama kali dijumpainya. Ada pula anak yang sensitif terhadap sapaan yang dilakukan dengan suara keras, atau tidak suka bila orang mencubit pipinya. “Tiga bulan pertama, bayi ‘bertugas’ menerima sensori di lingkungan sekelilingnya,” kata Lia.

Begitu lahir, ia meninggalkan rahim yang ‘gelap’ dan nyaman, lalu ‘disambut’ lampu ruangan operasi yang terang benderang, suara orang di sekelilingnya, atau bau antiseptik rumah sakit yang menyengat. Sementara, beradaptasi dengan semua itu, ia juga harus belajar menenangkan diri sendiri.

Tak mengherankan kalau hingga bulan-bulan berikutnya, masih ada bayi yang belum mampu menyesuaikan diri, dan itu ditunjukkan dengan sikap pemalu atau menarik diri. Kalau sudah begini, bantu dan tenangkan ia. Tentu saja, tidak dengan memaksanya langsung bersalaman dengan orang baru. Kesabaran dan dukungan Andalah yang anak perlukan. Biarkan ia sesekali mendengarkan dan melihat betapa gembiranya Anda saat bercakap-cakap dengan orang lain, agar lama-lama ia terbiasa berinteraksi dengan orang lain dan meninggalkan sikap pemalunya.

3. 'Tidak boleh'
- Dulu
Terlalu banyak memberikan batasan, akan mematahkan semangat dan rasa percaya diri bayi.

- Sekarang
Memberi batasan tidak akan menghambat perkembangan rasa percaya dirinya. Sebaliknya, hal itu justru membantu bayi merasa lebih aman. Misalnya, jauhkan barang pecah—belah dari kemungkinan jatuh menimpanya, amankan obat-obatan di kotak obat, dll. Lingkungan yang babyproof dan peraturan yang diterapkan sejak dini akan membuatnya merasa aman dan nyaman.

“Sesuatu yang teratur dan bisa diprediksi akan membuat anak merasa aman,” kata Lia. Hindari terlalu banyak larangan karena bayi Anda tak akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri jika tak pernah mengeksplorasi dan menguji kemampuannya sendiri. Jadi, biarkan ia melakukannya dengan batasan yang Anda terapkan. Misalnya, berikan majalah bekas yang bisa ia robek sesukanya, dll. Dari sini, ia akan membangun rasa percaya dirinya.

4. Hati-hati dengan kalimat yang Anda ucapkan, ia sangat peka.
- Dulu
Anda tak mungkin ‘menyakiti’ perasaan bayi Anda, karena ia belum mengerti apa yang Anda katakan.

- Sekarang
Walau belum mengerti apa yang Anda katakan, bayi sangat peka terhadap nada suara, ekspresi wajah, atau cara Anda menyampaikan sesuatu. “Ia bahkan bisa ‘tahu’ kalau pikiran Anda tidak sedang fokus kepadanya, meski kalimat yang Anda tujukan untuknya sangat positif,” kata Lia.

Suara yang lembut dan menenangkan, wajah yang penuh kesungguhan, itulah seharusnya yang Anda tampilkan saat berinteraksi dengannya. “Dari sini, anak menangkap nuansa yang membuatnya belajar tentang diri dan lingkungan. Bila interaksi tidak berjalan mulus, berbagai hal negatif bisa timbul, seperti interaksi sosial yang terganggu atau keterlambatan bicara,” jelas Lia.

Katakan hal positif dengan ceria dan sungguh-sungguh. Semakin Anda terlihat riang dan bersemangat terhadap apa yang dilakukannya, bayi akan tahu bahwa ia benar-benar penting bagi Anda.

5. Ulurkan bantuan di awalnya saja
- Dulu
Bila Anda selalu membantu si bayi, ia tidak akan pernah memiliki rasa percaya diri.

- Sekarang
Ada perbedaan besar antara membantu anak yang sedang belajar dan selalu melakukan segalanya untuknya. Menimang sambil menyanyikan lagu untuknya, misalnya, akan membantunya tidur lebih cepat dibanding membiarkannya menangis di boks sendirian sampai terlelap, hanya karena Anda ingin ia belajar menenangkan dirinya sendiri. “Ekspektasi kita juga harus sewajarnya,” kata Lia.

Jadi, kalau ia masih perlu ditemani sampai terlelap, jangan langsung meninggalkannya di boks sendirian. Anda bisa menemaninya dulu sampai tertidur, setelah itu pelan-pelan biarkan bayi belajar tidur sendiri. Lakukan secara bertahap, hingga akhirnya ia bisa terlelap tanpa kehadiran Anda. Pendekatan yang sama juga bisa dilakukan untuk melatih kemampuannya yang lain. Misalnya, ketika anak belajar duduk, awalnya Anda perlu membantu menyangga tubuhnya. Setelah lebih kuat, ia bisa melakukannya sendiri. Jadi, ulurkan bantuan pada awal, ketika ia memang sangat membutuhkannya. Setelah itu, seiring perkembangan kemampuannya, pelan-pelan biarkan ia melakukannya sendiri. Begitu berhasil menguasai berbagai kemampuan itulah, rasa percaya dirinya akan terbentuk. (foto: 123 rf)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia