Aturan Memakai Nebulizer

Nebulizer yang merupakan alat terapi inhalasi, dianggap efektif meringankan batuk-pilek dan gejala asma pada anak, baik asma sebagai reaksi alergi maupun akibat infeksi saluran napas.  Pada anak dengan down syndrom, serebral palsi dan kelainan motorik lain yang menyebabkan kemampuan pembersihan diri tidak optimal –sehingga lendir di saluran napas menumpuk dan mengganggu sistem respirasi- terapi inhalasi dengan nebulizer akan membantu. Yuk, ketahui cara kerja dan cara menggunakannya dengan benar?
 
Bagaimana cara kerjanya? 
Nebulizer mengubah obat cair menjadi gas atau aerosol, sehingga dapat langsung menyasar reseptor saluran nafas paling bawah, dan bereaksi cepat melegakan saluran napas yang penting untuk selalu bersih dan lega. Lendir atau dahak yang terlalu lama menyumbatnya, akan menyebabka sesak, sehingga jaringan tubuh kekurangan oksigen. Dalam kondisi normal, cilia atau bulu getar di saluran napas membentuk sistem pertahanan  tubuh yang berfungsi mendorong lendir ke atas kerongkongan, untuk dikeluarkan lewat hidung atau mulut, atau bisa juga ditelan dan disalurkan ke lambung, guna dibuang lewat feses. Bila mekanisme ini terganggu, maka napas anak jadi berat, ia perlu dibantu dengan terapi inhalasi, sesuai dengan anjuran dokter.
 
Kapan digunakan?
Nebulizer digunakan saat serangan sesak nafas datang, baik akibat alergi, asma, serta batuk dan pilek berat. Diharapkan pada pemakaian pertama sudah terlihat perubahan pada kondisi anak sesak napas. Namun bila dalam 2-3 kali pemakaian anak belum juga membaik, segera bawa ke rumah sakit. Karena, terutama penyakit asma, bila hanya diatasi di rumah cenderung akan berkembang semakin parah.

Pemakaian nebulizer menyasar bagian tenggorokan ke bawah yang mengalami sumbatan lendir dan menyebabkan sesak napas. Oleh karenanya, pada kasus batuk pilek ringan yang normal terjadi selama  5-10 hari, dan anak masih bisa beraktivitas seperti biasa, penggunaaan nebulizer tidak diperlukan. Cukup penuhi kebutuhan cairan anak dengan memberinya minum air putih dan makan buah-buahan.
 
Bagaimana pemakaiannya yang aman?
Sebelum membeli nebulizer dan obatnya, pastikan Anda berkonsultasi ke dokter anak, sehingga mendapat:
  • Spesifikasi yang tepat. Untuk pemakaian di rumah, belilah nebulizer kecil. Saat ini tersedia model dan karakter untuk anak yang lucu.
  • Resep obat dan pelarutnya. Jenis obat cair yang akan diubah menjadi gas  mesti sesuai resep dokter. Pada anak asma umumnya golongan salbutamol, yakni ekspetoran untuk mengencerkan dahak dan steroid untuk meredakan radang saluran napas. Sedangkan pelarutnya adalah Natrium chlorida fisiologis atau NaCl 0,9%.
  • Penyuluhan cara menggunakan, membersihkan dan menyimpan nebulizer. Rakit alat sesuai petunjuk pada kemasan. Pada wadah yang disediakan, larutkan satu ampul obat dengan NaCl sehingga menjadi 0,5 ml obat cair. Pasang wadah obat di nebulizer. Selesai pemakaian, keringkan seluruh bagian nebulizer, dan simpan di wadah bersih untuk pemakaian selanjutnya. 
  • Perawatan sebelum, ketika dan pasaca-terapi, Sebelum menggunakan nebulizer, anak mesti dalam kondisi tenang dan dapat bernapas dengan baik (tidak sedang menangis atau bergerak aktif) mengamuk) sehingga obat yang dihirup bekerja optimal. Lakukan inhalasi sebelum jadwal makan dan minum untuk menghindari makanan masuk ke paru-paru. Posisikan anak setengah duduk,  (bila terpaksa, boleh juga memposisikannya berbaring, duduk atau berdiri asal  obat tidak tumpah). Pasang sungkup inhalasi sesuai ukuran pada mulut dan hidung. Nyalakan nebulizer 15-20 menit. Setelah itu lepas sungkup, bersihkan cairan hidung anak, dan tepuk ringan dada dan punggungnya untuk meluruhkan lendir yang menempel di saluran napas. Setelah pemakaian, ajarkan anak kumur-kumur untuk membersihkan sisa obat yang tertinggal, guna menghindari perkembangan dan infeksi jamur di rongga mulut.
Adakah efek sampingnya?
Umumnya terapi inhalasi dengan nebulizer aman digunakan untuk segala kalangan usia. Namun dalam beberapa kasus,  ada tubuh yang meresponnya dengan debaran jantung, gelisah dan sulit tidur setelah pemakaian karena kondisi jantung lemah. Selain itu, bisa juga terjadi sensitif pada kulit seperti gatal-gatal dan kemerahan di sekitar mulut. Bila ini terjadi,  dokter akan mengurangi dosis obat, dan dalam beberapa kasus akan dihentikan pemakaiannya. (DEN)

Foto: 123RF

Baca juga:
Kenali 6 Tanda Bayi Sakit
Demam Bukan Selalu Tanda Sakit
Antibiotik Lebih Cepat Sembuhkan Anak Sakit?

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia