Berdamai dengan Kehamilan Tak Direncanakan


 

Kehamilan yang tak direncanakan tentu menjadi kabar yang membingungkan bagi Anda. Entah itu kehamilan yang tak diinginkan, atau belum direncanakan seperti kesundulan. Berbagai emosi negatif pun muncul seketika: sedih, khawatir, dan takut soal kesanggupan dalam menjalani kehamilan serta mengasuh kelak, marah pada diri sendiri dan pasangan, bahkan bisa jadi mengurangi minat untuk menjaga kandungan.
 
Psikolog Anak & Keluarga, Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si., mengatakan bahwa sekalipun hal ini memang berat untuk diterima, akan tetapi akan terus jadi musibah bila Anda tidak segera menemukan cara untuk berdamai. “Kalau ini tidak diterima sebagai anugerah, maka akan terus jadi musibah,” ujarnya. “Kejengkelan, kekesalan, kesedihan, ketakutan, semua masalah psikologis perlu diselesaikan. Kalau ini selesai, maka kehamilan akan lebih baik,” lanjutnya.
 
Psikolog yang kerap dipanggil Nina ini mengatakan bahwa semua emosi negatif akibat kehamilan tak direncanakan harus segera dinetralisir dalam 2 minggu agar tak menjadi beban bertumpuk bagi calon ibu.
 
Lalu bagaimana cara berdamai dengan semua ini? Nina memberikan beberapa saran:


1. Menerima

Yang paling pertama adalah menerima. “Bicarakan, keluarkan semua emosi negatif tersebut,” ujar Nina. Nina melanjutkan, “Penting sekali punya waktu nangis, tapi juga jangan berlarut-larut.” Menurutnya, waktu untuk menangis juga bisa menjadi cara mengeluarkan semua beban. “Misal, saya mau nangis sehari 3 kali aja. Saya nggak kepingin diganggu gugat, Cuma pingin nangis, doang,” katanya memberi contoh.
 
Menurut Nina, Teknik mencicil seperti ini membantu kita untuk merasa lebih baik. “Justru dengan mencicil, kita seperti melakukan ventilasi terhadap semua emosi negatif kita. Kalau dicicil, lebih mungkin hilang,” ungkapnya.


2. Mengakui

Anda perlu mengakui bahwa bagaimana pun ini adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang sedang menyiapkan kehidupan yang lebih baik untuk Anda, pasangan, dan keluarga. Berhenti menganggap ini sebagai sebuah kesalahan.
 
Selain itu, akui perasaan apa saja yang membuat Anda merasa terbebani: apakah itu perasaan takut akan ketidaksanggupan mengasuh anak di kemudian hari, kecemasan akan masalah finansial, dan juga hambatan akan capaian-capaian pribadi.


3. Diskusikan

Diskusikan dengan pasangan tentang bagaimana melanjutkan kehamilan ini. Bicarakan bagaimana Anda dan pasangan membagi peran, misalnya suami akan lebih terlibat mengasuh si sulung selagi Anda menghadapi morning sickness, Anda akan membantu mencari uang tambahan untuk mempersiapkan segala kebutuhan persalinan, juga isu lain yang membuat Anda merasa terbebani. Dukungan dari pasangan akan membantu Anda dalam melewati ini.
 
Anda juga bisa mencari dukungan lain dari keluarga atau teman terdekat. Mereka barangkali bisa menjadi inspirasi tentang bagaimana mengelola keluarga dengan jumlah anak yang bertambah.


4. Koneksi dengan Diri Anda Sendiri

Terhubunglah dengan diri Anda sendiri, tentang siapa Anda, apa yang Anda inginkan. Ini akan membuat Anda lebih bisa menerima dan mencintai diri Anda sendiri.

5. Koneksi dengan Janin di Kandungan

Setelah mampu mencintai diri sendiri, Anda akan bisa mencintai janin yang sedang Anda kandung. Rawat kehamilan Anda dan rutin berkomunikasi dengan janin akan meningkatkan ikatan Anda dengannya.
 
Nina menegaskan bahwa bila emosi-emosi negatif tersebut tidak kunjung hilang, maka harus ada penanganan yang lebih intensif dengan meminta bantuan profesional.
 
 
Baca juga:
Alasan Punya Anak Kedua
Agar Cepat Hamil Anak Kedua
Benarkah Hamil Anak Kedua Lebih Sulit?
4 Penyebab Hamil Lagi Meski Masih Menyusui
Hamil Lagi Setelah Baru Melahirkan
 
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK
 

 
 
 
 
 
 
 

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia