Mitos Membedong Bayi

Membedong bayi tak hanya dilakukan masyarakat Indonesia. Tradisi ini dilakukan turun-temurun oleh masyarakat di Asia. Para orang tua sepertinya merasa bangga jika berhasil ‘membungkus’ anak dengan rapi dan erat. Bahkan, sampai menutup bagian kepalanya, seperti memakai hoodie. Konon, cara ini dilakukan untuk mencegah kaki anak menjadi bengkok ketika ia besar nanti. Selain itu, membedong juga diyakini dapat menghangatkan bayi, mencegah bayi kagetan, dan membuat bayi tidur lebih nyenyak. Tapi, benarkah begitu?

American Academy of Pediatrics menyebutkan manfaat bedong pada bayi, yaitu membuat bayi dan orang tuany
a tidur baik di malam hari. Biasanya, di bulan pertamanya, bayi akan sering terbangun di malam hari karena haus untuk minum ASI. Pada bayi yang dibedong, mereka akan kembali tertidur dengan mudah setelah kenyang disusui. Ya, membedong bayi memang terbukti secara klinis dapat membuat bayi nyaman. Membedong mengingatkan bayi pada tempat yang familiar baginya: Rahim mama. Selain itu bedong juga membantu bayi terhindar dari hipotermia atau kedinginan. Lalu, bagaimana dengan bentuk kaki O yang dikhawatirkan orang tua? Pendapat tersebut salah kaprah, Ma. Sejak lahir, bentuk kaki bayi memang membentuk huruf O.

Tapi, tidak usah khawatir, karena memasuki usia 6 bulan, kakinya akan mengalami pertumbuhan dan akan lurus dengan sendirinya. Membedong bayi terlalu kencang justru dapat menghambat pertumbuhan tulang dan mengakibatkan dislokasi panggul, terutama jika dilakukan pada bayi di atas usia 1 bulan yang sedang belajar bergerak. Selain itu, bayi juga berisiko mengalami hipertermia atau kepanasan jika dibedong terlalu erat menggunakan kain tebal.

Foto : Fotosearch

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia