Persaingan Saudara Jadi Penyemangat


Persaingan saudara sekandung tak selamanya negatif, lho, Ma. Ini terbukti dalam audisi Parenting Cover Hunt (PCH) 2016 keempat di Pejaten Village, Jakarta Selatan, yang berlangsung pada 25 September 2016 lalu. Beberapa kakak beradik yang ikut ajang ini mampu bersaing sehat, bahkan saling menyemangati satu sama lain.
          
Dylan (6) dan Kevin (3), contohnya. Kakak beradik putra Mama Ana itu jadi lebih berani bergaya di depan kamera fotografer di Main Atrium karena melakukannya bersama-sama. “Dylan jadi terpacu ikut pemotretan karena adiknya bilang, mau ikut PCH. Saat melihat adiknya berani difoto, Dylan pun tidak takut maju ke panggung dan difoto,” ujar Ana yang mengaku tak memberi latihan khusus bagi mereka berdua. Saat Dylan ditanya siapa yang gayanya paling keren, ia pun spontan menjawab, “Aku, dong, yang lebih keren.”
             
Selain Dylan dan Kevin, ada pula kakak beradik Kayyisa dan Ashraf yang saling menyemangati saat sesi pemotretan. Saat si adik yang masih balita tak mau tersenyum, si kakak melompat-lompat di belakang fotografer demi memancing senyum si adik. Lucunya, walau sang mama sudah berusaha keras mengajak si adik tersenyum, justru tingkah polah  kakak yang menarik perhatian dan senyum tipis di wajah Ashraf. Pemotretan berakhir bahagia.
           
Semua pengalaman dalam PCH 2016 kali ini menambah catatan buat para mama bahwa anak-anak juga bisa belajar sisi positif dari sebuah persaingan. Wajar, bila anak ingin lebih menonjol dan diperhatikan dari saudaranya. Mereka memang berhak merasa istimewa. Namun di luar itu, mereka juga harus belajar bijak dalam menghadapi perselisihan dengan saudara kandung. Salah satunya, membawa persaingan menjadi pemupuk keberanian berhadapan dengan orang banyak.
           
Satu hal lagi yang paling penting, selain mengarahkan pemahaman anak akan persaingan, yaitu jangan pernah memaksa anak melakukan sesuatu sebelum ia sendiri merasa mampu melakukannya. Seperti pesan Kak Henny yang memandu acara di hari itu, “Biarkan anak-anak menentukan kapan ia mau beraksi. Kalau anak dipaksa, justru itu akan melemahkan harga diri mereka di hadapan orang lain.”