5 Pelajaran Finansial untuk Mama Masa Kini


Seiring dengan perubahan zaman, cara pandang Anda terhadap pengelolaan finansial keluarga pun harus berubah. Inilah 5 pelajaran ‘baru’ seputar finansial yang harus diketahui oleh mama masa kini:

1. Terbuka soal keuangan
Jika Anda atau papa sakit, kehilangan pekerjaan, atau bercerai, Anda berdua perlu tahu kondisi keuangan keluarga. “Dua kepala selalu lebih baik ketika berurusan dengan uang, bahkan jika salah satu dari Anda kurang berpengalaman,” demikian dikatakan Janet Bodnar, Deputy Editor majalah Kiplinger’s Personal Finance, sekaligus penulis Money Smart Women.

Meski Anda sudah memiliki kesepakatan soal siapa yang bertanggung jawab atas pengelolaan uang harian (seperti, membayar tagihan, menabung, dsb.), Anda berdua perlu selalu update dengan pasangan mengenai kondisi keuangan keluarga. Tanpa keterbukaan, salah satu pihak bisa saja merasa curiga, jangan-jangan pasangannya menghabiskan uang yang lebih besar untuk dirinya sendiri atau keluarganya tanpa sepengetahuan yang lain.

Apa yang harus dilakukan? Sediakan waktu setidaknya 15 menit setiap minggu untuk membahas kondisi keuangan keluarga, tentang berapa banyak yang telah dihabiskan, untuk apa saja, dan berapa sisa uang bulanan yang tersedia. Boleh juga sertakan kwitansi, bon, atau lembar tagihan yang sudah dibayar minggu ini. Dengan begitu, Anda dan pasangan dapat saling mengetahui pengeluaran apa saja yang sudah terjadi selama seminggu kemarin, merevisi pengeluaran yang tidak penting, serta mencari solusi jika ada masalah dalam hal pengeluaran dan pembayaran.

2. Wajib ada rekening bersama, rekening pribadi, dan rekening pasangan
Rekening bersama adalah cara cerdas dan mudah untuk membayar biaya bersama atau biaya keluarga, seperti asuransi, uang sekolah anak, dan kebutuhan rumah tangga lain. Sumber rekening bersama bisa saja berasal dari pendapatan Anda dan papa (masing-masing menyumbang dengan persentase tertentu yang telah disepakati sebelumnya!), atau hanya berasal dari rekening Anda atau papa, jika hanya seorang yang bekerja. Nah, di luar rekening bersama itu, baik Anda maupun papa harus memiliki rekening pribadi, meski jumlahnya kecil atau tak seberapa. Uang di rekening pribadi itu adalah hak Anda sepenuhnya, yang boleh tidak Anda ungkapkan kepada pasangan, ke mana saja Anda menghabiskannya.

Apa yang harus dilakukan? Sisihkan sejumlah uang dengan nominal yang sudah disepakati setiap bulan untuk dimasukkan ke rekening pribadi masing-masing. Dan jangan lupa, sepakati pula tujuan dari rekening pribadi itu. Apakah anggaran membeli baju, kosmetik, dan hobi harus berasal dari rekening pribadi? Kemudian, bagaimana kalau salah satu dari Anda harus memberi uang kepada orang tua? Apakah boleh menggunakan rekening bersama, atau dari rekening pribadi? Buat kesepakatan sejelas-jelasnya, sehingga tak bakal ada lagi pertengkaran soal uang yang ‘dihabiskan’ tidak pada tempatnya.

3. Jaga sejarah kredit Anda
Jika Anda memiliki sejarah kredit yang sehat sebelum menikah, pertahankan itu. Hal itu sangat berguna untuk melakukan pembelian aset, atau mendapatkan kredit ketika Anda sedang kesulitan keuangan.

Apa yang harus dilakukan? Jika Anda memiliki kartu kredit, pastikan tepat waktu dalam melakukan pelunasan. Sejarah kredit yang sehat akan memudahkan akses Anda melakukan transaksi keuangan di perbankan. Bagaimana jika pasangan memiliki sejarah kredit yang tidak baik? Menurut Bodnar, jangan gabungkan kredit Anda dengan pasangan, karena akan menurunkan kepercayaan perbankan terhadap sejarah kredit Anda pribadi. Kemudian, jika Anda berencana melakukan pembelian aset besar, seperti rumah atau mobil, tunggulah sampai salah satu dari Anda membereskan utang-utang yang tertunda. Setelah urusan kredit lama beres, Anda bisa mengajukan kredit tersebut atas nama berdua.

4. Anda dan pasangan wajib memiliki polis asuransi jiwa
Ketika masih ada anak-anak (dan anggota keluarga lain) yang menggantungkan hidup kepada Anda, maka asuransi jiwa wajib hukumnya dimiliki. Asuransi jiwa bertujuan membantu membayar biaya hidup keluarga sampai anak-anak Anda berusia 18 tahun atau mampu mandiri. Selain asuransi jiwa, Anda dan pasangan juga sebaiknya melindungi diri dengan asuransi kesehatan, yang akan ‘bekerja’ ketika Anda dan pasangan pencari nafkah sakit, terluka, atau tidak mampu bekerja lagi.

Apa yang harus dilakukan? Bahkan seorang ibu rumah tangga yang tinggal di rumah pun membutuhkan asuransi jiwa. Jika terjadi sesuatu kepada mama, uang pertanggungan asuransi jiwa tersebut bisa digunakan untuk membiayai pengasuh anak-anak. Tidak ada rumus pasti mengenai berapa nilai asuransi yang diperlukan, tetapi Anda bisa mendiskusikan hal itu kepada agen asuransi atau orang lain yang mengerti tentang hal tersebut.

Carilah asuransi jiwa murni, yang tidak mengiming-imingi nilai tunai yang bisa Anda ambil setelah jangka waktu tertentu. Asuransi jenis itu biasanya akan menginvestasikan sebagian uang premi Anda — yang sebenarnya ada cara lain yang lebih baik untuk berinvestasi.

5. Dahulukan dana pensiun, setelah itu baru dana pendidikan
Anda bisa mendapatkan pinjaman untuk dana pendidikan anak, tetapi tidak untuk dana pensiun. Hal ini mungkin melawan naluri Anda sebagai orang tua. Tetapi menurut Helga Cuthbert, perencana keuangan bersertifikat di Decatur, Georgia, AS, yang sekaligus mama dari satu anak, mengkhawatirkan tentang cara Anda membayar biaya kuliah anak di perguruan tinggi padahal Anda dan suami belum memiliki persiapan dana pensiun yang pasti adalah pertanda ada yang tidak benar dalam prioritas keuangan Anda.

Apa yang harus dilakukan? Jika Anda dan papa sama-sama bekerja, Anda harus berusaha menyelamatkan 15 persen dari pendapatan Anda untuk masuk ke dana pensiun Anda (terutama, jika perusahaan tidak memberikannya!). Jumlahnya terlalu banyak untuk bisa Anda sisihkan? Tenang, Anda bisa memulai itu dengan persentase yang lebih kecil, kok. Atau, mulailah menyisihkan dari sisa bonus atau THR. Ketika dana pensiun sudah berjalan lancar (dan utang-utang keluarga sudah dilunasi!), barulah Anda bisa mulai memikirkan dana kuliah anak. “Ingat saja hal ini, ketika tiba waktunya anak-anak masuk perguruan tinggi, Anda dan pasangan seharusnya sudah berada di usia yang sangat mapan, dan biasanya memiliki kemampuan finansial yang jauh lebih baik,” kata Cuthbert.


Baca juga: Mengatur Keuangan untuk Masa Depan

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia