8 kejutan nyata buat mama (dan cara menghadapi naik-turunnya semangat)

Tak ada kurva pembelajaran
Malah jika dibuat grafik, tendensinya hanya akan naik terus. Begitu Anda menguasai cara menangani sakit perut bayi, masa-masa sakit perutnya sudah usai. Kebanggaan Anda karena merasa sudah ahli memakaikan popok pada batita yang sudah bisa berdiri tegak jadi akan ketinggalan zaman begitu ia sudah mulai memakai baju dalam anak-anak. Hasilnya, Anda tak akan pernah merasa jagoan.
Meski anak pertama menyiapkan Anda untuk mengasuh anak-anak selanjutnya, anak ke-2 biasanya sangat berbeda dalam hal temperamen, selera, atau kecepatan pertumbuhan sehingga apa yang telah Anda pelajari pertama kali sering tidak bisa diterapkan lagi. Anak sulung saya, Henry, hanya merespon pada teriakan-teriakan paling keras dan ancaman paling berat. Tapi saya tidak bisa menerapkan taktik pendisiplinan seperti itu pada adiknya, Eleanor, karena mendengar suara keras sedikit saja ia langsung gemetar dan menangis.
Hikmahnya: Anda akan mendapatkan latihan mental yang baik. Saya belajar banyak tentang perilaku manusia yang mungkin tak akan pernah saya dapatkan kalau tidak jadi mama, plus belajar banyak tentang musik dan buku anak, seni menempel plester, dan menyuapi anak dengan sabar.

Seolah tak ada habisnya
“Begitu selesai menuntaskan sesuatu, langsung ada hal lain yang harus dikerjakan,” kata Elizabeth dari Bintaro, tentang rutinitas tiada henti ketika dia punya bayi. Tiga bulan cuti di rumah seusai melahirkan tak kalah sibuk dibanding hari-hari kerja di kantor. Mulai dari memandikan bayi, memberikan ASI selang beberapa jam sekali, memakaikan popok, dan jam tidur yang masih perlu dilatih. Bagi para mama seperti Elizabeth, yang sudah terbiasa menyelesaikan banyak proyek dan meniti karir, rutinitas membingungkan dan tiada henti dalam mengasuh anak seperti itu bisa bikin frustrasi dan mati rasa.
Apalagi jika ada lebih dari satu anak. Aktivitas bisa mulai saling tumpang tindih. Sementara si adik mulai menangis menagih ASI, si kakak sedang bersiap-siap untuk pergi sekolah. “Bingung mana yang harus didahulukan,” kata Neni Triana dari Serpong. “Si kakak maunya ‘disiapkan’ mama untuk ke sekolah, sementara si adik sudah tak sabar ingin segera menyusu.”
Hikmahnya: Begitu menyadari Anda tak punya kontrol atas semua itu, sebetulnya Anda justru memegang kendali. Jadi, Anda bisa bilang, “Oke, akan aku jalani saja apa adanya.”
    
Anda kerap merasa tak berdaya
Anda siap dan bersedia melakukan apa saja agar anak Anda aman dan bahagia. Namun, bahkan di taman bermain atau di rumah sekalipun, situasi bisa berada di luar kendali. “Rasanya sedih melihat anak saya dikerjain atau dikucilkan di playgroup,” kata Ann Douglas, ibu empat anak dari Peterborough, Ontario, dan pengarang The Mother of All Parenting Books. Ketika dua anaknya ‘ditindas’ di sekolah, ia sering bertanya-tanya adakah yang bisa ia lakukan untuk membantu mereka.
Hikmah: Karena ia anak Anda, Anda akan takjub melihat betapa Anda bisa mencari solusi, atau menemukan teman yang pernah mengalami hal serupa. Douglas berusaha lebih banyak berkomunikasi dengan para guru; begitu mereka tahu problem anak-anaknya, ia jadi bisa lebih tahu keadaan anak-anaknya di sekolah.

Anda tak bisa langsung meralat
Kadang-kadang Anda mengucapkan kata-kata yang salah, melakukan hal-hal yang salah. Tentu saja itu hal biasa. Tapi kalau sudah soal anak, ini sulit sekali, karena seringkali Anda harus mengambil keputusan penting saat itu juga—dan akibat dari keputusan-keputusan tersebut akan turut membentuk jiwanya.
Saya yakin sekali dulu putri saya, Margaret, waktu itu 3 tahun, pasti membenci saya selamanya ketika ia bertanya apakah ia boleh menonton Star Wars bersama kakaknya, dan langsung saya bentak, “Tidak boleh! Ini waktunya tidur! Kamu sudah terlalu banyak nonton TV! Mama buang saja nanti TV-nya!” Selalu begitu, menumpahkan kekesalan yang berhubungan dengan pekerjaan pada anak kecil tak bersalah dan tidak tahu apa-apa. (Tujuh tahun kemudian, saya yakin kok ia masih menyayangi saya…dan kami juga masih punya TV.)
Hikmah: Kehilangan kontrol bisa menjadi pengingat agar lain kali Anda menghitung dulu sampai 10 sebelum membuka mulut. Tetapi hal-hal seperti itu juga membuat Anda lebih manusiawi, kok. Tak selamanya salah langkah akan melukai anak Anda. Jadi minta maaflah jika memang perlu minta maaf, dan teruslah melangkah, karena anak Anda juga akan terus melanjutkan hidupnya.

Tidak ada privasi
“Saya sedang di kamar mandi ketika anak saya yang waktu itu baru 6 tahun melihat ada tali menggantung dari bagian tubuh saya yang paling pribadi dan berkata, ‘Mama tadi duduk di atas permen karet ya?,” kata Kristine Breese, ibu dua anak dari Los Angeles yang menulis Cereal for Dinner. “Setelah jadi mama, Anda bahkan tidak bisa memasang tampon tanpa gangguan.”
Hikmah: Anak-anak Anda bisa belajar sabar, mengurus diri sendiri, dan mengerti arti privasi, jika Anda menentukan batasan. “Ada saat di mana Anda mulai mengunci kamar mandi atau mengatakan sesuatu agar ia tidak menerobos masuk,” kata Breese. “Langkah ke depan yang sangat berarti jika Anda sadar, selalu ada untuknya setiap kali ia membutuhkan Anda, sebenarnya bukanlah apa yang ia butuhkan.”

Bayi Anda akhirnya akan bikin jengkel  
Suatu pagi, Anda tiba-tiba ingin jadi ibu yang baik dan hebat, dan membuat wajah roti tawar spesial di piring batita Anda. Siapa sangka kreativitas Anda itu justru disambut dengan raungan marahnya? (“Rotiku nggak kayak gitu!”). Sedetik lalu Anda merasa jadi orang paling hebat di dunia, tapi detik berikutnya Anda merasa tidak berarti. Dengan suasana hati yang seringkali cepat berubah khas anak yang sedang bertumbuh, Anda takkan pernah tahu kapan dan apa yang akan terjadi.
Hikmah: Tikaman verbal yang berulang-ulang akan membuat Anda lebih kebal mendengarnya. Kecuali itu benar-benar kekasaran anti-sosial yang disengaja (ini jarang sebelum usia sekolah). Semua itu karena masa pertumbuhan anak, dan jangan diambil hati. Anak usia 2 tahun, misalnya, dikenal menentang perubahan karena mereka sedang berusaha keras memahami dunia.
    
Anda harus menahan diri
Kalau seperti saya, Anda adalah tipe tukang kontrol, pasti rasanya seperti perjuangan terus menerus untuk berusaha tidak ikut campur dan menyelesaikan semua masalah. Sudah waktunya untuk mengerem sedikit untuk tidak setiap 10 detik sekali mengingatkan apa yang harus ia lakukan, katakan, atau ingat.
Hikmah: Semakin Anda menahan diri, mereka akan semakin bisa memenuhi kebutuhan sendiri, dan memang begitulah semestinya. Anak-anak perlu melakukan banyak hal sendiri—dan rasa mampu menyelesaikan semuanya juga sehat bagi mental mereka. Suatu pagi saya melihat anak saya yang baru 5 tahun bersusah payah mencoba dan mencoba lagi untuk pakai sepatu sendiri padahal saya sudah tak sabar ingin buru-buru. Tapi saya menahan diri untuk tidak ikut campur asalkan ia tenang dan fokus—dan akhirnya ia berhasil! Kebanggaannya jauh lebih berharga daripada sikap sok ‘pahlawan’ saya.

Anda tak akan tahu apakah telah melakukan tugas sebagai ibu dengan baik sampai, yah, 20 atau 30 tahun lagi.
Setiap keputusan yang Anda ambil—mulai dari disiplin sampai kegiatan ekstrakurikuler—menimbulkan akibat tersendiri, meski biasanya tidak separah yang Anda perkirakan. Mungkin Anda sudah bisa menduga akan seperti apa nantinya, tapi Anda takkan benar-benar tahu orang seperti apa yang akan Anda ‘hasilkan’ sampai anak Anda benar-benar tumbuh dewasa.
Hikmah: Itulah kehebatan misteri pengasuhan. Begitu banyak waktu, uang, harapan, dan kasih yang terkucur untuk sesosok makhluk kecil—tetapi saya tak bisa memikirkan cara lain yang lebih baik untuk memanfaatkan semua sumber daya itu.
PAR 0308

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

8 kejutan nyata buat mama (dan cara menghadapi naik-turunnya semangat)

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia