Antara Pekerjaan dan Anak

Para ahli tumbuh kembang seringkali bicara tentang pentingnya kedekatan mama dan anak pada tahun-tahun pertama, bahwa tahun-tahun pertama adalah tahun-tahun emas yang menentukan perkembangan intelektual dan emosionalnya. 


Anda, mungkin seperti saya, sangat menyukai pekerjaan Anda. Dan mungkin beberapa kali Anda pernah berpikir, “Apakah seharusnya saya mendahulukan anak-anak daripada pekerjaan saya? Apakah tidak sebaiknya saya di rumah saja? Apakah jika saya meninggalkan anak dengan pengasuh, ia menjadi kurang stimulasi? Apakah jika saya titipkan anak kepada neneknya, ia kemudian menjadi lebih manja? Apakah anak saya akan menjadi anak yang lebih baik jika saya tidak bekerja?”

Bekerja di sekolah membuat saya senang mengamati sikap dan perilaku murid-murid saya. Apakah anak-anak dari mama bekerja berperilaku lebih buruk daripada anak-anak dari mama yang tidak bekerja? Apakah anak-anak dari mama yang tidak bekerja memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi daripada anak-anak dari mama bekerja? Setelah mengamati selama lebih dari lima tahun, saya berpendapat bahwa mama bekerja atau tidak bekerja bukanlah faktor penentu perilaku atau prestasi belajar si anak.

Hasil penelitian dari National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat pada tahun 2006 memperkuat dugaan saya. NICHD meneriti 1364 anak selama 15 tahun. Kesimpulan mereka cukup jelas, bahwa anak yang 100 persen diasuh sang mama ternyata tidak lebih baik daripada anak yang dititipkan kepada pengasuh. Maka, tidak beralasan bagi mama bekerja untuk merasa bahwa mereka ‘membahayakan’ anaknya jika memutuskan untuk tetap bekerja.

Satu hal yang perlu digarisbawahi: Banyak orang tak punya kemewahan untuk memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Namun jika Anda adalah sebagian dari orang yang memiliki kemewahan ini, Anda harus tetap membuat keputusan berdasarkan apa yang Anda percayai baik. Dalam penelitian di atas juga muncul bukti bahwa orang tua yang memilih untuk tinggal di rumah padahal ia ingin bekerja, atau sebaliknya, akan tampil sebagai orang tua yang tidak bahagia. Padahal, ketidakbahagiaan bisa memengaruhi hubungan orang tua dan anak.

Ingat, Ma, peran kita sebagai orang tua akan berlangsung selamanya, sementara peran pengasuhan hanya sementara. Penelitian NICHD juga mengatakan bahwa perilaku kita sebagai orang tua mempengaruhi perkembangan emosi, perilaku, dan kognitif anak empat kali lebih besar daripada bentuk pengasuhan sementara saat mama bekerja.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia