Bekerja Atau Ibu Rumah Tangga?

Mama yang bekerja di luar rumah pasti pernah mengalami dilema ini: tetap bekerja atau berhenti untuk mengurus anak. Pertimbangkan beberapa hal sebelum ambil keputusan, tetapi yang paling penting ditanyakan adalah: Apakah ini terbaik untuk saya? Ya, yang pertama kali harus mama tanya adalah: diri sendiri. Apakah saya siap untuk tidak bekerja full time? Apakah keputusan ini terbaik untuk saya?  

Banyak wanita menunjukkan eksistensi dirinya melalui karier profesional. Pendapatan pribadi adalah kebanggaan sekaligus identitas sebagai individu mandiri. Namun, ini sering berbenturan dengan peran lain ketika wanita menikah. Kewajiban pun berlipat ganda. Terlebih jika memiliki anak.

Dengan menjawab secara jujur pertanyaan di atas, Mama sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi risiko di kemudian hari. Misalnya, bosan, merasa tak berdaya karena tidak memiliki penghasilan sendiri. Ketika akhirnya memutuskan berhenti bekerja, Anda harus berpikir bahwa ini saatnya Anda harus mengalihkan perhatian utama pada anak yang sedang bertumbuh.

Mungkin ada yang menyayangkan keputusan Anda untuk resign, karena karier Anda sedang bersinar. Tapi, masalah keluarga Anda adalah pertimbangan teratas, dan prioritas masing-masing mama berbeda.

Ketika Anda hendak memutuskan terus bekerja atau tidak, perhatikan baik-baik kebutuhan anak. Sehingga, apa pun pilihan Anda, kebutuhan anak untuk tumbuh kembang tetap bisa berjalan dengan baik. Masing-masing anak memiliki keunikan. Ada anak yang bisa tetap tenang dipegang oleh siapa pun, sehingga mama tidak khawatir bila harus menitipkannya sehari penuh kepada pengasuh atau keluarga di rumah.

Tapi, ada juga anak yang harus dipegang oleh mamanya baru mau diam. Selain  itu, ada juga anak yang membutuhkan perhatian ekstra dalam pertumbuhannya, sehingga tidak bijak bila pengasuhannya diserahkan kepada orang lain. Mamalah yang memahami kebutuhan anaknya, pasti tahu apa yang terbaik.

Menurut psikolog Ratih Pramanik, di masa 0-1 tahun seluruh hidup anak sangat bergantung pada siapa yang mengasuhnya, baik untuk makanan, kasih sayang, kehangatan, perhatian dan keselamatan. Karenanya, masa ini sangat tergantung pada kualitas hubungan antara mama dengan anaknya (maternal relationship).

Lebih lanjut, konselor Personal Growth, Counseling and Development Center ini mengingatkan, masa awal kehidupan seorang anak itu adalah masa yang fundamental bagi seorang individu. Di masa ini anak belajar untuk percaya kepada lingkungannya. Dan, hal ini penting, karena anak yang berhasil membangun rasa percaya kepada lingkungannya akan tumbuh menjadi seorang yang percaya diri, mampu bersosialisasi dengan baik dan mudah beradaptasi dengan lingkungan fisik dan sosial.

Tentunya, anak dengan kondisi seperti ini akan senang melakukan eksplorasi, belajar hal baru, bergaul dengan siapa saja dan survive di lingkungannya. Karenanya, masa ini sering disebut sebagai pondasi bagi perkembangan anak selanjutnya.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia