Belajar dari Keluarga Besar

Banyak pasangan masa kini mungkin sudah enggan punya anak banyak. Dua atau tiga anak dianggap sudah cukup. Tapi ternyata, masih ada, lho, yang merasa nyaman dengan empat anak atau lebih. Mereka pun tampaknya senang-senang saja, tuh, mengelola rumah tangganya, dan berkutat dengan suasana rumah yang tak pernah sepi.

Sulit dan repot? Tentu saja. Jaman sudah berubah, dulu mungkin ibu-ibu kita tidak hidup di tengah kesibukan kerja dan kepadatan lalu-lintas yang bikin penat seperti sekarang. Mereka benar-benar murni ibu rumah tangga yang sehari-hari bisa asyik dengan urusan domestik dan anak-anak.

Sementara gaya hidup para ibu jaman sekarang? Wah jangan ditanya. Seandainya angka jarum jam bisa ditambah satu lagi menjadi 25 jam sehari, mungkin tetap saja belum cukup. Selain para ibu sekarang banyak yang berkarier, mereka juga tetap harus menyelesaikan berbagai urusan lain, mulai dari urusan sekolah anak, anak kursus ini dan itu, ke dokter, mengatur jadwal supir, jadwal babysitter, dan masih banyak lagi.

Belum lagi urusan diri sendiri, seperti pergi ke spa, ke salon, atau ke berbagai arisan. Lalu bagaimana para ibu yang punya banyak anak membagi waktu untuk kegiatan yang seabreg itu? Kiat mereka mengelola keluarga mungkin bisa menjadi pelajaran berharga, juga bagi keluarga kecil Anda.

1. Catatan dan tugas-tugas

Sebagai ibu empat anak, Linda Sumendap dari Jakarta Selatan punya banyak cara dan trik agar segala hal menjadi lebih lancar. Itu termasuk membuat catatan tugas setiap hari agar tak lupa kegiatan dan kewajiban untuk anak-anaknya. Kewajiban masing- masing anak pun selalu dicatat besarbesar, dan ditempel di masing-masing kamar oleh Linda. Tujuannya, agar mereka ingat tugas masing-masing tanpa harus diteriaki.

Bahkan untuk si kecil Jeza (4 tahun) sudah ada tugas rutin yang ditetapkan, yaitu membereskan sendiri mainan, dan merapikan sepatunya sepulang dari bepergian. Memang, awalnya sulit membiasakan anak-anak untuk melakukan sendiri tugas masing-masing, tetapi semua itu harus dibiasakan. Selain penting untuk mendidik kemandirian mereka, tentu saja agar tidak merepotkan orangtua.

“Saya ingin anak-anak belajar untuk tidak merepotkan orang lain. Bayangkan
kalau kita harus membereskan setiap kamar mereka masing-masing. Bila satu anak punya kamar sendiri, itu berarti setiap hari ada empat kamar yang harus dibereskan….wah, saya harus punya berapa pembantu untuk melayani mereka,” kata Linda.

2. Serba terjangkau
Letakkan semua keperluan mereka (kecuali benda-benda berbahaya atau obat-obatan yang mengandung bahan kimia) di tempat yang mudah mereka lihat, mudah ditemukan dan mudah dijangkau. Mulai dari perlengkapan mandi, kotak-kotak mainan, pakaian, sepatu, dan lain-lain, hingga mereka tak harus selalu minta tolong Anda.

3. Tanggung jawab pada barang masing-masing
Banyak anak, tentu juga banyak barang milik masing-masing. Tertukar antara barang yang satu dengan yang lain adalah hal biasa. Oleh sebab itu, Herlina dari Bumi Serpong Damai yang punya lima anak, selalu rajin menandai pernak-pernik anak-anaknya dengan inisial nama masing-masing. “Begitu pula saat hendak bepergian, setiap anak bertanggung jawab penuh akan bawaan masing-masing. Mulai dari menyiapkan ransel, memilih perlengkapan yang mau dibawa, sampai membawa sendiri ranselnya. Kecuali tentunya si bungsu yang baru berusia dua tahun,” kisah Herlina.

4. Merapikan rumah jadi kegiatan menyenangkan
Banyaknya penghuni bikin rumah tak rapi? Tidak juga. Begitu kira-kira pendapat Linda. Pasalnya Linda paling tak tahan melihat rumah berantakan. Selain itu, Linda memang senang menata interior rumahnya. Jadi, ia kerap mengajak anak-anak untuk bersama- sama menata ruang-ruang favorit mereka, seperti ruang komputer. Di akhir pekan ketika tak ada rencana bepergian, Linda kerap mengajak anak-anak menata kamar masing-masing bersama-sama. Selain menambah keakraban, kesibukan itu juga meringankan pekerjaan rumah.

Membereskan yang berantakan
Menyimpan mainan pada tempatnya
Urusan mainan yang seabrek kadang jadi masalah serius. Maklum, tiap anak punya mainan favorit masingmasing. Agar tak berantakan, setiap anak sebaiknya punya kotak mainan sendiri-sendiri. “Bila memungkinkan dengan warna yang berbeda satu sama lain. Sehabis bermain, mereka wajib mengembalikan seluruh mainan ke kotak masing-masing,” kata Linda.

Wadah penyimpan yang mudah dijangkau
Wadah sepatu, gantungan handuk, gantungan baju, sebaiknya diletakkan di suatu tempat yang mudah dijangkau setiap anak. Letakkan di tempat yang relatif rendah, sehingga anak-anak dengan mudah menggantungkan handuknya atau bajunya sendiri pada tempat yang tepat. Bayangkan bila setiap habis mandi handuk tergeletak di atas tempat tidur, atau baju-baju seragam berserakan di lantai karena mereka kesulitan menggantungkan di tempat semestinya. Pasti Anda juga yang repot, kan?

Sortir yang tak perlu

“Saat anak kami hanya dua, mainan mereka masih sedikit. Tapi setelah punya lima anak, wah, jangan ditanya berapa banyaknya mainan di rumah. Saya jadi harus rajin-rajin menyortir setiap bulan,” papar Herlina. Anak-anak biasanya menyenangi satu atau dua mainan saja, sehingga kita tidak harus berlama-lama menyimpan mainan mereka. Apalagi untuk mainan yang sudah rusak atau pecah. Diandra, ibu lima anak dari Cinere, misalnya, sering menyumbangkan mainan bekas anak- anaknya untuk aksi amal gereja. “Dari pada dibuang, kan sayang. Masih banyak mainan bagus yang anak-anak sudah bosan,” katanya.

Manfaatkan setiap ruang yang ada

Agar lebih praktis dan mudah bagi anak-anak, sediakan sebuah kotak, atau keranjang kosong di setiap kolong tempat tidur. Wadah ini dapat digunakan untuk
menyimpan mainan atau baju-baju kotor. Diandra juga membuat rak-rak sederhana di dinding sekeliling tempat tidur anak-anak. “Sengaja, agar mainan bisa langsung mereka tata saat bangun tidur” katanya.

Kotak alat tulis
Alat tulis, buku gambar, buku tulis, kertas-kertas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan anak-anak. Araneta, ibu empat anak dari California
punya tip sendiri untuk mencegah agar rumah tak berantakan, yaitu menyediakan kotak alat tulis dengan karakter kartun kesukaan masing-masing anak. “Jadi, tak ada alasan bagi anak-anak untuk selalu bertanya di mana pensil warna mereka atau alat tulis lainnya… Soalnya saya paling pusing kalau sudah ditanya di mana gunting, di mana pensil, di mana lem dan sebagainya,” kata ibu yang juga wanita karier ini.

UNTUK PASANGAN
Selalu punya waktu untuk berdua
Linda tak pernah membiasakan anak-anak tidur bersama orangtua kecuali di akhir pekan, atau bila ada anak yang sakit. Tanpa ‘gangguan’ anak-anak, membuat Linda dan suami punya waktu khusus berdua setiap malam.
Kencan berdua
Sediakan waktu berkencan dengan suami. “Nonton bioskop adalah kegemaran saya dan suami. Biasanya bila suami tak punya jadwal lembur, atau saya tak disibukkan oleh jadwal ulangan sekolah anak-anak, Jumat malam adalah hari kami nonton bioskop. Tentu saja setelah semua anak tidur, baru kami berangkat nonton,” kata Diandra.
E-mail
Manfaatkan alat telekomunikasi yang tersedia guna menjaga komunikasi dengan pasangan. “Mencari waktu di hari-hari biasa untuk berlama-lama ngobrol atau sekadar menceritakan kejadian sehari-hari pada pasangan belum tentu mudah. Kalau pun ada waktu sedikit, biasanya sudah tersita untuk anak-anak.

UNTUK ANAK-ANAK
Sisihkan waktu khusus untuk masing-masing anak
Araneta selalu mengajak anaknya (bergantian) sekali seminggu untuk berbelanja keperluan sehari-hari di supermarket. Sambil memilih barang belanjaan Araneta bisa ngobrol santai dengan si anak. Minggu berikutnya giliran anak yang lain. Diandra selalu mengatur betul jadwal les masingmasing, agar setiap anak punya satu hari bebas bersama sang ibu setiap minggu.
Tamasya bersama
Tak perlu harus pergi berlibur yang serba wah karena sekadar piknik sambil foto bersama juga bisa jadi cara melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Meski hanya duduk santai di pinggir pantai sambil bersenda gurau, Araneta dan keluarga sudah merasa nyaman. Araneta memanfaatkan suasana santai itu untuk menanyakan hal-hal yang agak pribadi, agar si anak tak merasa dikorek.
Makan siang di resto kesayangan
Masing-masing anak punya makanan kesukaan. Diandra selalu mengingat betul resto kesayangan tiap anak. Bila tak sedang sibuk, Diandra mengajak makan siang si anak di resto kesayangannya.

UNTUK DIRI SENDIRI
Manfaatkan waktu ketika anak-anak sekolah
Bagi ibu rumah tangga, saat anak-anak sibuk belajar di sekolah adalah saat untuk memanjakan diri. “Ke salon, ke spa, pokoknya segala hal yang membuat saya merasa lebih santai. Jadi, sepulang mereka dari sekolah, saya sudah siap ‘melayani’ mereka kembali,” cerita Linda.
Jadwal tidur anak yang teratur
“Sepulang kerja, sekitar pukul enam sore, anak-anak menyambut saya, lalu meneruskan belajar. Sekitar pukul sembilan malam, mereka sudah harus siap tidur. Jadwal tidur yang teratur itu membuat saya bisa melakukan banyak hal untuk diri sendiri sebelum terlelap, seperti baca buku, atau olahraga singkat,” kata Diandra.
Berbagi tugas dengan pasangan
Diandra yang marketing director di sebuah perusahaan multinasional, sering tak punya banyak waktu di hari kerja. Mau tak mau, ia harus pandai- pandai berbagi tugas dengan suami. Jadi, Diandra kadang-kadang meminta sang suami menemani anak-anak jalan-jalan ke mal, sementara dia ke salon untuk creambath atau luluran.
Bangun lebih pagi
“Rutinitas sehari-hari dimulai pukul 05.30. Jadi, saya berusaha bangun 30 menit lebih awal. Di 30 menit pertama itulah, saya yoga atau berenang,” kata Araneta. Kadang-kadang Araneta juga mengisi waktu singkat itu dengan baca novel atau hanya duduk-duduk minum teh sambil menghirup udara pagi.

PAR 0506

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia