Jika Asisten Rumah Tangga Mengajak Anaknya Bekerja


Sebenarnya, semua terserah kebijakan Anda dan kesepakatan bersama, saat mengizinkan si mbak membawa anaknya ke rumah Anda. Berikut ini beberapa pengalaman mama mengenai hal itu.
  • Saya pernah mempunyai mbak yang membawa anaknya bekerja di rumah saya. Karena tidak setiap hari ia bawa anaknya dan mbak tidak menginap di rumah saya, maka saya izinkan. Apalagi anaknya sudah cukup besar, seusia anak saya, sudah duduk di bangku SD, malah bisa jadi teman main. (Ida Farida, Jakarta)
  • Mbak di rumah saya sekarang bekerja dengan membawa anaknya. Awalnya, ia tinggalkan anaknya di kampung, sehingga sering sekali pulang, paling tidak sebulan dua kali. Repot juga, kan. Akhirnya, saya tawari ia membawa saja anaknya, asal ia bisa membagi konsentrasi dengan baik dan tetap bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan seperti biasanya. Pertimbangan saya juga, anaknya sudah cukup besar, bukan bayi atau toddler yang butuh perhatian besar dan harus selalu diawasi. Ia bersedia. Pada praktiknya, ia bisa, kok, menjalaninya. Saat ia bekerja, anaknya tidak banyak mengganggu, dan malah bisa bermain dengan anak saya. (Sasya, Tangerang)
  • Saya menerima asisten bekerja di rumah saat usia anaknya baru usia 2 bulan. Ia sangat butuh uang, karena hidup sendirian, dan tetangga belakang rumah saya. Karena anaknya masih bayi yang banyak tidur, ia bisa tenang bekerja. Anaknya diletakkan di sofa atau tempat tidur anak saya. Rupanya, membawa anak justru membuat ia bekerja lebih efisien dan cepat. Tetapi, begitu anaknya mulai bisa berguling-guling, baru ia kurang tenang. Ia jadi sering menggendong anaknya sambil bekerja. Dan, semakin besar, anaknya sudah tidak mau banyak digendong. Maunya merangkak dan dituntun jalan. Saya mulai khawatir, bukan hanya pekerjaan di rumah jadi tidak tertangani dengan baik, tetapi juga karena takut kalau-kalau si mbak lalai dan anaknya mengalami cedera. (Ayumi, Jakarta)

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia