Ketika mama & papa tak sepakat

Felicia (9 tahun) sangat senang ketika mamanya membelikan game-boy yang telah lama diinginkannya. Berjam-jam dia habiskan untuk bermain dan dia bilang, “ Terima kasih, Mama, aku senang sekali!” Tapi ketika adiknya, Aris, 7 tahun, pulang dari sekolah dan ingin meminjam mainan baru itu, Felicia tidak mau memberikan. Aris berusaha merebut. Felicia kesal lalu memukul Aris hingga berteriak kesakitan. Melihat kejadian itu, Mira, mamanya, segera turun tangan, “Saya suruh Felicia masuk ke kamar dan saya sita game-boy-nya.” Mira beranggapan, Aris tidak harus memaksa kalau saja Felicia mau berbaik hati meminjamkan game-boy itu untuk adiknya. Tapi Herdy, suami Mira, tidak setuju. “Seharusnya Aris tidak merebut mainan Felicia! Kita harus bicara sekarang,” ujar sang ayah. “Tapi Felicia juga tidak perlu memukul Aris! Dan tunggu sampai anak-anak tidur,” ujar sang mama. Nah lho, siapa nih sekarang yang malah ribut di depan anak-anak.

Mama-papa satu suara
Ada nasihat yang mengatakan, orangtua harus satu suara dalam soal disiplin, agar hanya ada satu aturan di rumah. Sayangnya, banyak pasangan mengaku susah menjalankannya. Bahkan di antara suami-istri, perdebatan tentang disiplin kerap terjadi. Ketika Anda tak setuju tentang sesuatu, Anda berdua punya kesempatan untuk menunjukkan sikap masing-masing dan melakukan pendekatan tertentu. Hal itu akan membantu Anda berdua untuk saling memahami sudut pandang satu sama lain. Yang lebih penting lagi, “Itu akan memimpin Anda ke arah penyelesaian yang lebih baik dan penuh pertimbangan,” kata Anthony Wolf, Ph.D, penulis dari Mom, Jason Breathing on Me!. Dengan kata lain, ketidaksepakatan dalam menghadapi kenakalan si kecil bisa menuntun kita untuk menetapkan peraturan yang sudah dipertimbangkan masak-masak, (plus konsekuensinya kalau dilanggar), yang adil bagi semua pihak. Tetapi tidak setiap kenakalan anak harus diberi hukuman langsung pada saat dia melakukan kesalahan. Misalnya, kalau sedang di depan umum dan situasinya tidak memungkinkan, atau kalau ternyata dia tidak bermaksud buruk. Anda bisa melakukannya dengan lebih baik pada saat yang tepat. “Anak Anda akan melihat bahwa setiap masalah punya dua sisi, dan keduanya penting untuk didengar,” kata Michele Borba, penulis 12 Simple Secrets Real Moms Know. “Selain itu, anak juga bisa belajar seni bernegosiasi, berkompromi, dan menciptakan kedamaian,” tambahnya.Jadi, si kecil sebetulnya bisa belajar dari cara orangtuanya bersikap: Anda hanya perlu mengikuti sejumlah aturan dasar berikut. (Tapi ingat lho, anak di bawah usia 3,5 tahun belum bisa melihat sisi positif apa pun dari pertengkaran mama-papanya. Kalau ada anak kecil, sebaiknya Anda membicarakannya di luar rumah, atau setidaknya pindah ke ruangan lain. Kalau hal itu tak memungkinkan, tundalah sampai si kecil sudah tidur).

Aturan dasar: Setuju saling mendengarkan di depan anak
Meski Anda amat sangat yakin bahwa Andalah yang paling benar (dan pasangan Anda yang tak masuk akal), sangat penting bagi Anda berdua untuk saling mengutarakan pendapat secara lengkap. Jangan saling menyela dengan teriakan, “Kamu salah besar!” Beda pendapat ini, misalnya, dialami Ida dari Jatiwaringin, ibu dari Kiki (8 tahun). Ida, yang dibesarkan bersama dua kakak laki-laki terbiasa bebas bermain game-boy, Nintendo, dan lain-lain. Sementara Nara, sang suami, dibesarkan dalam lingkungan yang tak membolehkan adanya mainan elektronik, karena dikhawatirkan akan menghambat kemampuan sosialisasi anak. Akibatnya, pertengkaran mulai terjadi ketika Ida menghadiahkan playstation2 kepada Kiki. Nara langsung protes, karena menurutnya, lebih baik Kiki bermain dengan teman-temannya, atau mengikuti berbagai kegiatan di luar rumah seperti les balet atau piano. Ketika Nara bicara, Ida mencoba mendengarkan tanpa menyela. Setelah Nara selesai, barulah Ida mengungkapkan pendapatnya. Setelah saling memahami, mereka sepakat mengijinkan Kiki bermain, dengan memberikan batasan waktu. Ida senang bisa membicarakan masalah tersebut di depan Kiki. Hal itu membuat Kiki belajar berpikir kritis, dan tahu bahwa pendapat orang mungkin berbeda-beda, tetapi bukan berarti mereka bermusuhan. Dia juga belajar untuk mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain.

Aturan dasar: Taktik mengurai masalah rumit
Satu cara bagus: Cari jalan untuk menentukan siapa pembuat keputusan utama pada satu waktu tertentu. “Suami saya bekerja di luar kota dan hanya pulang setiap akhir pekan. Dia selalu pulang Jumat malam dan biasanya baru sampai rumah menjelang tengah malam,” kata Lucie Suryanti dari Jakasampurna, Bekasi, ibu dari Putri (6 tahun) dan Aria (4 tahun). Ini membuat Putri selalu ingin tidur larut demi menunggu sang ayah. Padahal, biasanya pukul 20.00 dia sudah tidur. Telat tidur ini berlangsung hingga Minggu malam, padahal Senin pagi dia harus sekolah. Dan bila Lucie menegur agar Putri segera tidur karena besok harus sekolah, Putri selalu berdalih, “Aku kan kangen, ayah!” Sementara sang ayah justru membela, “Biar, deh, Bu, kan kita jarang ketemu. Biar saja kalau dia masih mau main sama ayah.” Akibatnya, setiap Senin pagi Putri mengantuk dan lalu malas ke sekolah. Setiap Senin pagi itu pula, Putri selalu merajuk dan membuat Lucie kesal. Akhirnya, Lucie berterus terang pada suami, dan setelah mereka berdiskusi, diputuskan bahwa Lucie yang akan memegang kendali pada hari-hari di mana Putri besok harus sekolah. Dan hanya di hari Sabtu ayah boleh memegang kendali terhadap waktu anak-anak. Siapa pun yang menjadi pengambil keputusan, pastikan untuk tidak ada yang merasa dikalahkan. Yang jelas, cara ini tak akan berhasil kalau mama yang selalu menang atau papa yang selalu mendominasi.

Aturan dasar: Tahu cara mengendalikan suasana
Pasti tak ada deh, yang ingin diskusi soal hukuman terbaik untuk si kecil yang menyelipkan Play-doh ke dalam DVD player hingga bikin macet. Tapi cepat atau lambat, perdebatan bisa jadi akan muncul di depan anak-anak. Kalau itu terjadi, Anda tak hanya akan memberi contoh buruk tapi juga berisiko membuat dia merasa disalahkan. Inilah saatnya untuk sedikit mengerem ketika nada suara Anda mulai meninggi, atau Anda sudah mulai membuatkecaman-kecaman pedas. Jelas bahwa suasana sudah mulai memanas, atau si kecil memang sedang berulah. Inilah cara untuk meredam suasana, yang sudah terbukti ampuh pada 3 pasangan.
Gunakan kata sandi. Bila ribut di depan anak, salah satu dari Anda yang sadar lebih dulu bisa menggunakan kata sandi untuk saling mengingatkan. Misalnya “Ssstt...”.
Beri “tatapan” penuh  arti. Kalau suami sudah mulai bikin Anda kesal, dan memancing perdebatan, berikan tatapan singkat penuh makna kepadanya. Selanjutnya Anda bisa mengatakan pada si kecil, “Mama dan papa akan membicarakan hal ini dulu ya, baru habis itu Mama kasih tahu apa keputusannya.”  Berlalu. Tinggalkan ruangan sejenak kalau Anda sudah mulai merasa naik darah. Anda bisa duduk di taman, atau ‘mengungsi’ ke kamar mandi. Tidak ada yang dapat dibicarakan hingga Anda dan pasangan bisa sama-sama kembali berpikir jernih.

Apakah cara mendisiplin seperti itu akan berhasil bila Anda terapkan? Semuanya tergantung pada Anda dan pasangan. Gaya mendisiplin kita akan mencerminkan seperti apa diri kita sebagai pasangan dan sebagai keluarga. Sebagai dua pribadi yang berbeda, yang sama-sama tahu, melalui sedikit perdebatan dan sentuhan kecil sindiran tajam, kita bisa, kok, menyelesaikan hampir semua masalah. Tak masalah juga bila suatu saat si kecil melihat perdebatan itu.

5 keadaan dimana Anda berdua harus “bersatu”

Tidak ada yang harus diperdebatkan untuk urusan berikut ini:
1. Keselamatan
Tidak pernah ada kompromi masalah keselamatan. Misalnya, saat anak berdiri di atas meja, bermain di jalan raya, atau memukul kepala adik.
2. Hormat pada orang yang lebih tua
Terdengar klise memang, tetapi bersikap kasar terhadap orangtua, kakek/nenek, atau guru adalah hal yang tak dapat diterima.
3. Kesehatan
Jangan kompromi untuk hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan anak, seperti menggosok gigi sebelum tidur, menghabiskan obat yang pahit, atau memakai sun block di taman.
4. Pendidikan
Setelah si kecil sekolah, mengerjakan tugas atau PR adalah keharusan. Tak ada tawar menawar.
5. Berbohong
Sebandel-bandelnya anak Anda, kebohongan adalah satu hal yang tak pernah bisa diterima.

PAR 0107

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia