Saat mama kecanduan narkoba

Dalam artikel “Bila terjerat narkoba yang terdapat di Parenting edisi Agustus 2007, menceritakan kehidupan 2 orang mama yang pernah jatuh ke dalam perangkap narkoba namun saat ini dapat kembali menata hidupnya. Yuniarti Tanjung, sang penulis berbagi pengalamannya saat pembuatan artikel ini.

Awalnya sempat merasa ragu juga saat diminta membuat artikel tentang ibu pecandu narkoba. Tak ada satupun yang mau berkenalan dan berurusan dengan narkoba. Apalagi membicarakan masa lalunya dengan narkoba kepada orang lain. Jika sudah terlanjur diikuti oleh virus HIV/AIDS, akan lebih tertutup lagi mereka. Menceritakannya seperti membuka aib yang sudah berusaha dibungkus rapat.

Langkah pertama yang diambil Yuni adalah menghubungi Wulan Sekar Sari, Direktur Program Stigma yang memiliki perhatian besar pada penderita HIV/AIDS yang mempunyai latar belakang dengan penggunaan narkoba. Tak perlu terlalu lama mencari, Stella (33 tahun), salah satu aktivis di Stigma bersedia menjadi responden. Pengalaman hidup ibu satu orang putri ini pun mengalir lancar dari mulutnya.

Pada kali pertama wawancara memang jawaban yang diberikan hanya sebatas iya dan tidak, ataupun jawaban pendek lainnya. Untuk menyiasatnya, Yuni harus bersabar dengan cara memutar-mutar pertanyaan sampai akhirnya mendapatkan jawaban yang diinginkan. Mengingat Stella adalah seorang ibu, pendekatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keluarganya dilakukan secara perlahan. Misalnya saat menanyakan kabar anaknya dan perkembangan sekolahnya, barulah dari situ Stella terpancing untuk dapat bercerita secara terbuka.

Dari Stella, Yuni mendapat informasi mengenai Maylina (35 tahun). Pertemuan pertama berlangsung di RS Ketergantungan Obat Fatmawati karena memang dia masih menjadi pasien rehabilitasi di rumah sakit tersebut. Maylina sudah terlepas 3 tahun dari putaw, namun sampai sekarang dia masih memakai metadon. Metadon adalah heroin sintesis yang biasanya diberikan peserte rehab sebagai pengganti heroin. Metadon mempunyai efek meghilangkan kemampuan memakai putaw sehingga tidak sedikit yang masih memakai metadon karena takut kembali lagi memakai putaw.

Maylina mengaku dalam sehari setidaknya membutuhkan 1 butir metadon. Namun berbeda dengan Stella, Maylina lebih cuek dan tidak begitu terbuka mengungkap pengalamannya. Pada awalnya cukup sulit menghubungi Maylina, setelah hari ke-3 barulah di bersedia menjadi responden. Itupun dengan beberapa syarat untuk memalsukan nama asli, foto, nama anak, dan daerah tempat tinggal.

Efek dari narkoba tetap melekat walaupun mantan pecandu tidak memakai narkoba lagi. Ini terlihat dari caranya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pikiran yang tidak jernih membuatnya bercerita secara tidak runtun dan loncat-loncat. Karena itu Yuni harus benar-benar menyimak dengan seksama agar tidak terlewat urutan ceritanya.

Sebagai ibu dari 4 anak, Maylina tidak berani menyusui bayinya. Tidak hanya dia, temannya sesama pemakai narkoba pun tidak menyusui anaknya karena ada ketakutan anak akan terkena imbas dari zat-zat yang ada dalam narkoba. Menurut pengakuannya apabila setelah ‘memakai’ si ibu menyusui anaknya, si anak akan terlihat seperti teler. Perasaan sedih karena tidak bisa menyusui kerap timbul, namun ketakutan akan efek narkoba terhadap si kecil lebih besar. Walaupun begitu, susu botol pun jarang diberikan karena uang yang ada sudah habis untuk membeli putaw.

Tak hanya itu, banyak teman-teman Maylina yang melahirkan anaknya dalam keadaan membiru, “Terlihat seperti orang lagi sakaw gitu, Mba.” Untunglah pada saat Maylina melahirkan, anaknya lahir dalam keadaan sehat.

Dengan segala pengalaman hidupnya, Maylina tetap merasa bersyukur kehidupan perkawinannya tidak berantakan. Suaminya masih ada di sampingnya, begitu juga dengan anak-anak mereka. Saat ini ke empat anaknya tumbuh dengan baik dan dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya. Inilah yang membuatnya tetap kuat dan tegar menjalani hidup berkeluarga.

Lihat coverline Parenting edisi Agustus 2007 untuk mengetahui kisah Stella dan Maylina dalam artikel "Bila terjerat narkoba". Bagi Anda yang ingin berbagi pengalaman dengan kami, silahkan saja. Kami tunggu tanggapan dan komentar Anda.

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia