Saatnya Anda Rileks


 

Begitu cepat dunia berubah, dan Anda harus melakukan adaptasi dalam  sekejap. Pandemi Covid-19 merampas perhatian dan hidup kita. Rasanya seperti tak ada tempat untuk sembunyi.

Di saat Anda sedang berusaha memahami situasi, pertanyaan  dari anak-anak datang bertubi-tubi. “Ma, kita bisa mati karena corona, ya?”. “Ma, kata teman-teman, rajin minum air jahe bisa nggak ketularan corona, lho..”   “Ma, aku takut mama mati…”.
 
Lelah Emosi
Saat kita harus bisa menjaga diri, anggota keluarga juga harus dijaga. Ketika kita mengkarantina diri sendiri untuk menjaga keluarga,  anak-anak mulai jenuh dan rewel minta jalan-jalan. Work from home dan jadi guru dadakan karena online school, harus bisa berjalan tanpa salah satu dikorbankan.

Dalam kondisi demikian, pasangan Anda juga begitu rajin menyuapkan banyak informasi pada Anda; angka kematian yang terus meningkat, tetangga atau relasi yang meninggal akibat infeksi covid—tambah meresahkan.

Ma, kelelahan emosi yang Anda alami, adalah hasil dari tantangan emosi yang bertubi-tubi.  Kelelahan emosi yang Anda alami adalah reaksi terhadap segala peristiwa yang terjadi di dalam dan di luar kepala kita. Juga akibat dari kesadaran kita yang selalu ‘on’ untuk membentuk perilaku baru dan menjaga kebersihan di luar kebiasaan.
 
Atasi Kelelahan Emosi
Ada 3 hal yang menyebabkan kelelahan emosi selain pandemik itu sendiri, yaitu informasi berlebihan, rutinitas yang terganggu, dan membutakan diri terhadap kondisi.

Setelah lebih sebulan beradaptasi dengan situasi, saatnya Anda mencoba rileks. Caranya?


1. Kurangi informasi yang tidak penting

Otak kita mengunyah apa saja yang kita telan. Konten informasi yang kita tarik dari ingatan kita akan masuk dalam ‘kotak’ emosi.  Nah, tingkat emosi kita, sangat tergantung pada luasnya perhatian kita pada informasi itu, apa yang kita pikirkan, apa yang kita bicarakan, dan tindakan apa yang kita lakukan. 

Artinya, kalau kita begitu mendalami konten informasi yang negatif, menakutkan, tidak menyenangkan, dan mengecewakan, perasaan yang kita alami berada dalam kisaran itu. 

Tetap terinformasi dengan hal-hal yang harus kita lakukan untuk melindungi keluarga kita memang perlu. Abaikan wag yang memberikan info tanpa penulis atau bukan sumber yang dapat dipercaya. Pilih satu sumber berita yang paling terpercaya.

Cari informasi dan konten yang membuat Anda gembira atau tertawa. Misalnya tontonan atau komik komedi, dapat mengurangi kelelahan dan mendinginkan emosi Anda.


2. Makeover rutinitas sehari-hari

Kita menciptakan rutinitas agar segala sesuatu berjalan dengan baik. Tapi, sadarkah kita bahwa otak kita didedikasikan untuk membuat rute untuk semua yang kita lakukan?

Diperlukan waktu untuk membentuk koneksi saraf baru yang memungkinkan kita untuk melakukan rutinitas. Begitu rutinitas itu berjalan, akan berjalan dengan sendinya. Kita melakukan banyak hal tanpa perlu berpikir, kadang-kadang otomatis.

Sejak bangun pagi sampai tidur lagi di malam hari, kita melakukan rutinitas itu. Begitu lingkungan berubah, rutinitas harus berubah juga. Misalnya, bila biasanya Anda menggunakan commuterline untuk ke kantor, dengan pembatasan jam beroperasinya, Anda harus siap nyetir sendiri ke kantor.     

Sekecil apapun perubahan rutinitas, pastilah melibatkan penyesuaian mental. Misalnya saja mencari kendaraan alternatif, rute alternatif, dan memperkirakan waktu tempuh. Setelah keputusan work from home diberlakukan, Anda harus mengubah kebiasaan meeting dengan video call, zoom meeting atau google hangout. Kebiasaan baru harus dibuat dan akan menjadi hal rutin berikutnya. Mental Anda mengalami pemrograman baru. Otak mengalami ‘istirahat’. Anda hanya perlu sabar untuk membuat sesuatu yang baru menjadi normal.


3. Istirahat sejenak dari yang ada di kepala Anda

Membutakan diri atau “pura-pura buta” adalah istilah untuk kegagalan kita melihat sesuatu yang seharusnya kita lihat.  Artinya, kita kehilangan sesuatu yang jelas dalam pandangan kita, karena perhatian kita dikunci pada hal lain.

Misalnya saat kita mengemudi. Kita sedang tertahan lampu merah.  Tiba-tiba dari arah trotoar ada bola menggelinding ke arah persimpangan. Dan bersamaan dengan bola, kita tahu bahwa akan ada anak yang berjalan mengikuti bola, tetapi kita gagal memerhatikan anak itu. Kita hanya bengong sampai lampu hijau menyala.

Itu menyebabkan emosi kita lelah. Sebetulnya kalau kita mau memilih apa yang akan kita perhatikan, ini dapat meringankan emosi kita.  Aneh, bukan?

Pernah Anda rasakan? Kalau Anda meninggalkan rumah dengan malas, pergi ke kantor dengan ogah-ogahan, jalanan Anda akan tampak suram dan kusut, kita berpikir betapa bahayanya berdiri di dekat orang kurang dari 1 meter. Dan betapa menyeramkan melihat orang-orang di balik masker mereka.  Pemandangan di hadapan kita tampak depresif. Lalu jantung kita berdebar-debar. Wajah kita berkeringat. Lalu kita jalan terburu-buru setengah panik menuju halte. Itu membuat kita kelelahan.

Tetapi, kalau sebelum meninggalkan rumah Anda berniat melihat situasi dan memilih satu hal untuk Anda perhatikan, Anda akan terbebas dari kelelahan emosi.


Baca juga:
5 Cara Mencegah Stres Karena Corona
6 Pengaruh Stres Terhadap Kesehatan Fisik dan Emosional Anda
Ingat 4 Hal ini Saat Anda Stres Mengasuh Anak
7 Manajemen Stres untuk Mama
Cara Sederhana Untuk Rileks
 

(IMMA RACHMANI)
FOTO: PIXABAY
 
 

 
 


Topic

#corona #coronavirus #covid19 #covid-19

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia