Skrining Ideal untuk Deteksi Dini Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan masalah serius di negara berkembang. 

Di Indonesia kanker ini menempati urutan kedua setelah kanker payudara dan 70% terdeteksi pada stadium lanjut. Hal ini disebabkan tingkat kesadaran masyarakat dalam skrining rutin masih kurang. Tes LBC & HPV Genotyping merupakan tes skrining ideal untuk deteksi dini kanker serviks. Berikut adalah ulasan dari kedua metode tes tersebut. 

Nama Tes

Tujuan

Prosedur

Kelebihan/Kekurangan

Cocok untuk

Sensitivitas

Pap Smear Konvensional

Pemeriksaan sitologi dengan mengambil lendir leher rahim dan disapukan di kaca obyek

Deteksi lesi prakanker

Periksa dalam untuk dapatkan sample lendir leher rahim, tidak sakit dan tidak membuat perlukaan

Sensitivitas rendah, sel banyak terbuang, lendir dan darah dapat mengganggu penilaian oleh patolog

Wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual maksimal 3 tahun sejak hubungan seksual yang pertama

58%

LBC (Liquid-based cytology)

Pap smear berbasis cairan

Sel tidak ada yang terbuang, lendir & darah tak mengganggu pandangan sehingga sensitivitas lebih tinggi, sample yang sama dapat sekaligus digunakan utk tes HPV

84%

HPV (Human Papiloma Virus) Genotyping

Pemeriksaan adanya infeksi virus hingga mendeteksi subtipe virusnya

Deteksi virus penyebab kanker

Sensitivitas 100% tapi tidak dapat melihat kondisi sel serviks lainnya misalnya infeksi

Wanita usia 30 tahun ke atas yang sudah pernah melakukan hubungan seksual

100%

LBC + HPV Genotyping

Pemeriksaan gabungan dengan akurasi maksimal

Deteksi lesi prakanker & virus penyebab kanker

Skrining ideal karena akurasi 100%, praktis karena sekali sambil sample utk 2 tes sekaligus & efisiensi biaya karena bila hasil keduanya negatif maka baru perlu periksa lagi 3 tahun lagi

100%

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia