3 Penyakit Autoimun Kulit yang Kerap Kambuh Selama Pandemi

penyakit autoimun menyerang kulit

 

Pandemi menjadi masalah baru bagi beberapa orang, salah satunya adalah mereka yang mengidap penyakit autoimun kulit. dr Anthony Handoko, SpKK, FINSDV, CEO klinik Pramudia mengamati peningkatkan kasus autoimun kulit di klinik Pramudia seperti vitiligo, psoriasis, dan urticaria (biduran). "Berdasarkan hasil observasi kami di klinik, dalam masa pandemi dari 2020 hingga beberapa hari kemarin kasus-kasus penyakit autoimun seperti biduran, vitiligo dan orpsiasis itu meningkat di klinik Pramudia pada pasien yang datang berobat," ujarnya.

Menurut dr. Amelia Soebyanto, Sp.DV, Spesialis kulit dan kelamin (Dermato-venereologi) di Klinik Pramudia,  “Perjalanan penyakit autoimun kulit ini cenderung kronis jangka panjang dan bersifat kambuhan.”
 
Amelia mengatakan bahwa kambuhnya pasien autoimun kulit ini bisa dipicu lantaran meningkatnya stres selama pandemi. Bahkan, kondisi kekambuhannya bisa lebih berat daripada sebelum pandemi. "Karena keterbatasan aktivitas di luar, orang takut memeriksakan diri, jadi yang dilakukan biasanya melakukan pengobatan sendiri. Akhirnya baru datang ke dokter spesialis dalam kondisi terlambat, padahal kalau dari awal atau deteksi dini, pengobatan lebih pendek durasinya," ujarnya.
 
Penyakit autoimun terjadi akibat gangguan sistem imun, yakni ketika  sistem imun ini salah mengenali sel tubuhnya sendiri. Bila normalnya sistem imun membantu melawan infeksi virus dan bakteri, pada penyakit autoimun, sel tubuh justru dianggap sebagai benda asing yang akhirnya menyerang tubuhnya sendiri. Salah satu organ yang dapat mengalami gangguan autoimun adalah kulit.

Amelia menjelaskan, “Secara umum, gejala autoimun kulit yang biasa ditemukan adalah berupa bercak kemerahan atau berwarna putih yang dapat terjadi pada permukaan kulit, rambut maupun kuku. Kadang disertai dengan lepuhan dan keterlibatan mukosa seperti mukosa mulut, mata, maupun kelamin.”
 
Penyakit tidak menular ini dijelaskannya dapat terjadi karena  faktor genetik, misalnya ada anggota keluarga yang juga mengidap penyakit yang sama. Secara eksternal, autoimun kulit ini bisa terjadi akibat infeksi, obat-obatan, merokok, obesitas, atau paparan sinar UV yang berlebihan.

Berikut ini adalah tiga penyakit autoimun yang kerap muncul selama pandemi ini:


1. Psoriasis
Amelia menjelaskan bahwa psoriasisadalahpenyakitperadangan kulit yang kronik dan sering kambuh. Autoimun kulit ini dapat timbul pada semua usia, terutama15-30 tahun dan 50-60 tahun. “Di Indonesia sendiri dilaporkan sekitar 2,5% dari populasi, dan dapatmengenailaki-lakimaupun perempuan,”jelasnya.
 
Psoriasis ini memiliki beberapa jenis, antara lain plaque psoriasis yang menyebabkan bercak kulit yang kering dan terangkat, nail psoriasis yang dapat memengaruhi pertumbuhan kuku tidak normal dan berubah warna, psoriatic arthritis yang menyebabkan bengkak serta nyeri sendi, guttate psoriasis yang banyak memengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak dan biasanya dipicu oleh infeksi bakteri seperti radang tenggorokan, dan lainnya.
 
Gejala Klinis:
  • Kulit dengan psoriasis biasanya terdapat bercak merah, disertai dengan sisik berwarna putih  keperakan.
  • Terjadi pada bagian kulit yang banyak mengalami trauma atau tekanan seperti siku atau lutut
  • Pada anak-anak lebih sering muncul dalam bentuk bintik-bintik kecil.
  • Kulit terlihat kering dan pecah-pecah, terkadang mengeluarkan darah terutama apabila sisik dikelupas atau digaruk.
  • Keluhan subjektif gatal tidak selalu ada, namun dapat pula terasa, terkadang disertai sensasi panas atau perih.
  • Kelainan kulit akan menebal, bahkan bisa menyerang sendi hingga bengkak dan kaku.
2. Vitiligo
Vitiligo merupakan kelainan kulit berupa bercak putih seperti kapur. Dalam beberapa kasus, kadangdisertaigatal.vitiligodapatterjadipadasegalausia. Akan tetapi, sekitar50%kasus terjadi sebelum usia 20 tahun dan prevalensinya meningkat seiring dengan pertambahan usia.
 
Gejala Klinis:
  • Bercak putih seperti kapur
  • Paling sering dimulai dari wajah, area genital, tangan, dan kaki
3. Urtikaria
Sering dikenal sebagai biduran. Amelia menerangkan bahwa urtikaria merupakankondisi di manaterdapat lesiberwarnamerah padakulit yang meninggidangatal, hingga perih.“Prevalensi urtikaria autoimun dilaporkan sekitar 0,05-3% dan ditemukan 2 kali lebih banyakpadaperempuandenganrentangusia40-49tahun,”tuturnya.
 
Baca juga: 8 Jenis Penyakit Autoimun Ini Paling Sering Dialami Wanita
 
Penyebab biduran pada umumnya adalah reaksi alergi terhadap suatu benda atau zat yang mengakibatkan sistem imun mengeluarkan zat histamin. Zat histamin inilah yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala biduran.

Selain reaksi alergi, biduran juga dapat timbul akibat stres, reaksi terhadap suhu panas, olahraga, infeksi, atau penyakit tertentu, seperti penyakit tiroid atau kanker. Suhu dingin atau panas juga terkadang bisa menjadi faktor pencetus munculnya biduran.
 
Gejala Klinis:
  • Muncul bentol atau ruam yang umumnya berbentuk oval dan berwarna kemerahan
Berdasarkan durasi terjadinya, biduran dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
 
  • Biduran akut, yaitu biduran yang muncul secara tiba-tiba, namun akan sembuh dan reda dalam hitungan hari, terjadi selama kurang dari 6 minggu
  • Biduran kronis, yaitu biduran yang bertahan lebih lama (lebih dari 6 minggu)
 
Penanganan Autoimun Kulit di Masa Pandemi
Dokter Amelia merekomendasikan agar penderita autoimun kulit tetap rutin periksa bila memang dibutuhkan. “Pada intinya, jangan takut memeriksakan diri ke dokter spesialis kulit di masa pandemi ini,” katanya.

Terkait dengan vaksin, pasien autoimun kulit tentu dapat memperoleh vaksin COVID-19, asalkan kondisinya terkontrol dan penggunaan obat sesuai dengan anjuran dan dibawah pengawasan dokter spesialis kulit. Anthony mengatakan, “Yang paling penting adalah pengetahuan yang cukup dari pasien dan masyarakat secara umum terkait penyakitnya, bagaimana mencegahnya agar tidak kambuh, cara pengobatan yang benar dan kapan harus berobat, sampai akhirnya jika semuanya sudah terskrining dengan baik, dokter akan bisa memberikan saran kapan mereka bisa melakukan vaksinasi COVID-19. Tentu bisa divaksin, tapi pastinya ada pemeriksaan terlebih dahulu.”
 
Pemeriksaan tersebut meliputi konsultasi menyeluruh pada pasien dengan penyakit penyerta seperti nyeri sendi, kadar gula yang tinggi, dan tekanan darah tinggi.
 
Baca juga:
Kulit Kering Karena Sering Cuci Tangan, Ketahui 8 Solusinya!
Akhirnya Puber, Ini 5 Masalah Kulit yang Bisa Dialami Anak Mama
Perut Sering Nyeri, Waspada Penyakit Autoimun Inflammatory Bowel Disease
 
LTF
FOTO: SHUTTERSTOCK

 


Topic

#keluarga #kesehatan #autoimun

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

3 Penyakit Autoimun Kulit yang Kerap Kambuh Selama Pandemi

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia