Be Seen Be Heard: The Body Shop Indonesia Ajak Lakukan Aksi Nyata dalam Isu Perubahan Iklim

keluarga cinta lingkungan


Efek dari perubahan iklim seperti kenaikan suhu dan perubahan suhu yang ekstrem, musim kering dan hujan yang tidak konsisten, hingga bencana alam yang kian sering terjadi sangat bisa kita rasakan saat ini. Bahkan menurut data yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatogi, dan Geofisika (BMKG), dalam rentang 100 tahun, Jakarta sudah mengalami kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat. BMKG mengungkapkan bahwa hal ini seharusnya baru terjadi di tahun 2030. Kenaikan suhu udara tersebut merata di hampir semua provinsi di Indonesia.
 
Fakta tersebut diungkap dalam peluncuran kampanye Be Seen Be Heard oleh The Body Shop Indonesia, akhir Mei lalu. Kampanye ini memfokuskan pada peran serta dan suara kaum muda yang lebih aktif lagi dalam menjawab isu perubahan iklim. Secara global, kampanye ini telah diluncurkan di awal bulan Mei bersamaan dengan penerbitan laporan Be Seen Be Heard: Memahami Partisipasi Politik Anak Muda, yang dilakukan bersama antara The Body Shop dan Kantor Utusan Pemuda Sekretaris Jenderal PBB.
 
“Kampanye Be Seen Be Heard secara global bertujuan untuk menciptakan perubahan struktural jangka panjang dalam hal pengambilan keputusan agar lebih inklusif terhadap kaum muda. Di Indonesia, perubahan iklim adalah isu yang paling mengkhawatirkan dan telah memengaruhi kehidupan masyarakat. The Body Shop Indonesia ingin mengajak kaum muda untuk lebih ‘Dilihat dan Didengar’ (Be Seen Be Heard), sehingga bisa berperan aktif dan memegang peran sebagai Change Maker. Kami mengajak Anda untuk lebih lantang bersuara. Jadilah pionir dalam menanggulangi isu ini,” jelas Ratu Ommaya, Head of Values, Community & PR The Body Shop Indonesia.
 
Baca juga: 5 Cara Menumbuhkan Kepedulian Anak Pada Lingkungan
 
Aksi Sederhana Selamatkan Bumi
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa (27,94 persen). Sementara jumlah generasi milenial (kita, orang tua ‘zaman now’, ada di dalamnya) mencapai 69,90 juta jiwa (25,87 persen). Kaum muda sejak dulu merupakan agen utama yang dapat melakukan perubahan. Dengan energi dan semangat yang tinggi, serta pola pikir dan ide-ide yang kreatif dan inovatif, kaum muda bisa menjadi solusi atas krisis iklim yang akan mengancam masa depan mereka.

The Body Shop Indonesia
 
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam sesi diskusi, Ommaya menggarisbawahi peran penting kaum muda dalam mencegah fenomena perubahan iklim menjadi semakin buruk. “Kalau bukan generasi muda, siapa lagi yang akan memastikan masa depan planet ini. Seperti yang sering kita dengar dan baca: There’s No Future on The Dead Planet,” kata Ommaya. 
 
Baca juga: 8 Cara Menerapkan Organic Parenting yang Ramah Lingkungan
 
Hal senada disampaikan Angela Gilsha Panari, yang telah menerapkan gaya hidup berkelanjutan dalam kesehariannya. “Menurut saya, perubahan iklim bukan lagi fenomena, melainkan krisis. Jika kaum muda tidak mengambil langkah aktif, Bumi yang kita tempati ini tidak mempunyai kesempatan sebagai rumah kita semua dalam menggapai mimpi-mimpi dan cita-cita kita”, jelas Angela.
 
Untuk mencegah efek perubahan iklim menjadi lebih buruk, lanjut Angela, adalah dengan melakukan aksi-aksi sederhana. Misalnya, menggunakan barang-barang yang bisa didaur ulang, mengurangi konsumsi plastik sekali pakai, dan hemat energi, seperti lebih banyak menggunakan transportasi umum, dan mematikan lampu dan pendingin ruangan saat kita tidak membutuhkannya. 
 
Baca juga: Pilih Eco Fashion untuk Anak, Cara Ajarkan Peduli Lingkungan
 
Iqbaal Ramadhan, seorang aktor, musisi, dan mahasiswa yang juga telah memulai gaya hidup berkelanjutan mengatakan, “Menjadi Change Maker dalam hal berperan aktif terhadap efek perubahan iklim tidak perlu dimulai dengan hal-hal kompleks dan bisa kita jalankan dari sekarang. Misalnya selalu membawa kantong belanja sendiri untuk mengurangi konsumsi kantong plastik. Saya juga senang berbelanja di thrift store atau toko barang bekas. Barang-barang yang didapat dari thrift store ini mendidik kita untuk menerapkan konsep reuse sehingga lebih ramah lingkungan,” papar Iqbaal. 
 
Lebih jauh Iqbaal mengatakan sekecil apa pun langkah dalam mengurangi efek perubahan iklim, jangan ragu untuk menyuarakannya melalui media sosial, ataupun dalam percakapan sehari-hari dengan teman-teman kita. “Suara kita dapat menginspirasi lebih banyak lagi kaum muda dalam mencegah efek perubahan iklim,” kata Iqbaal. 
 
Hanya 5% Kaum Muda Berani Bersuara
Dari data yang dilansir The Body Shop Indonesia, sebanyak 84% orang setuju isu perubahan iklim perlu segera diatasi, tapi nyatanya banyak yang masing menganggap ini adalah masalah generasi muda berikutnya. Sementara, 50% generasi muda membahas isu lingkungan melalui media sosial, tapi hanya 23% yang berani berdebat. Dua dari tiga orang sadar perubahan iklim akan terus memburuk, namun 77% tidak tahu harus memulai perubahan dari mana. Mirisnya, perubahan iklim adalah isu no. 1 bagi generasi muda di Indonesia, tapi hanya 5% yang bersuara.
 
Beberapa fakta penting juga terungkap dalam sesi diskusi ini dari impact partners The Body Shop Indonesia, yaitu CarbonEthics dan Teens Go Green. Kedua organisasi ini bekerja sama dengan The Body Shop Indonesia dalam memastikan bahwa aksi-aksi seputar efek perubahan iklim akan tetap berkelanjutan dan mendapatkan suara yang lebih besar lagi. 
 
Bimo Listyanu, Chief Commercial Officer CarbonEthics mengatakan bahwa berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) di tahun 2018, para ilmuwan iklim berkesimpulan bahwa kita hanya punya 8 tahun lagi sebelum Bumi tidak dapat kembali seperti semula. “Bumi kita semakin panas. Karbon yang terlalu banyak membuat bumi menjadi terlalu panas dan terjadilah krisis iklim. Kita sudah mengalami 7 tahun terpanas berturut-turut sepanjang sejarah, dalam rentang tahun 2015 hingga 2021. Sebagai kaum muda, kita harus mulai mengubah gaya hidup kita dengan memperhatikan usaha mengurangi jejak karbon, dan menyerap karbon yang tidak bisa kita kurangi.”
 
Indonesia diprediksi menjadi negara di Asia Tenggara yang terkena dampak luar biasa dari perubahan iklim. Jakarta menjadi kota paling rentan yang akan mengalami dampak akibat krisis iklim karena kombinasi beragam masalah, seperti penurunan permukaan tanah dan minimnya infrastruktur pendukung. Saat ini diperkirakan sekitar 40% wilayah ibu kota berada di bawah permukaan laut. Demikian disampaikan Bambang Sutrisno, Co-Founder & Chairman Teens Go Green Indonesia.
 
How Sustainable Are You?
Menggelar kampanye ini, The Body Shop ingin mengajak masyarakat untuk berpartisipasi lewat tes How Sustainable are You? yang dapat diakses melalui website The Body Shop Indonesia, https://www.thebodyshop.co.id/about-us/activism/sustainable-quiz.html. Melalui tes ini, The Body Shop ingin menyediakan cara yang paling tepat untuk memerangi efek perubahan iklim ini.

“Mari bersama-sama meningkatkan kepedulian terhadap isu perubahan iklim di Indonesia. Aksi nyata yang harus segera kita lakukan bersama-sama dan bisa dimulai lewat aksi yang sederhana seperti mengurangi dan mendaur ulang sampah, membeli produk-produk yang berkelanjutan, hingga mengurangi jejak karbon. Kami juga mengajak konsumen The Body Shop untuk membeli The Changemakers Self Love Kit. Dari tiap pembelian kit tersebut, konsumen memberikan kontribusi sebesar Rp5.000 kepada impact partners kami, yaitu CarbonEthics dan Teens Go Green untuk membantu generasi muda melawan krisis iklim melalui program edukasi lingkungan,” tutup Ommaya.
 
Baca juga:
Tembakau Mengancam Kesehatan Keluarga dan Merusak Lingkungan
Perilaku Ramah Lingkungan Berawal dari Keluarga
Cara Kenali Produk Ramah Lingkungan
Buat Produk Ramah Lingkungan, Yuk!
 
grc
Foto: Shutterstock, dok. The Body Shop Indonesia

 


Topic

#keluarga #lingkunganhidup

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Be Seen Be Heard: The Body Shop Indonesia Ajak Lakukan Aksi Nyata dalam Isu Perubahan Iklim

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia