Fakta Tentang Pemanis Buatan

Simak penuturan Prof. Dr. Nuri Andarwulan, peneliti SEAFAST Center dan pengajar IPB, Bogor. terkait beberapa isu pemanis buatan yang beredar, mana yang fakta, mana yang hanya hoax dan tak perlu Anda khawatirkan?
  1. Studi epidemiologi di Amerika menunjukkan adanya kecenderungan meningkatnya obesitas (ditunjukkan dengan BMI) dengan kenaikan jumlah konsumsi pemanis buatan.Studi dengan menggunakan hewan percobaan menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan memberikan pengaruh respons saraf terhadap penurunan tingkat kepuasan atas rasa manis. Efek selanjutnya adalah hewan coba berusaha memenuhi kepuasannya dengan mengonsumsi makanan lain, sehingga terjadi obesitas.
  2. Pemanis buatan yang digunakan sebagai bahan minuman sesuai kadar yang diizinkan oleh BPOM telah diketahui aman dan tidak terbukti menyebabkan kerusakan kandung kemih. Senyawa dalam minuman bersoda yang diduga berperan sebagai diuretic adalah kafein, bukan pemanis buatan.
  3. Aspartam diserap oleh usus dan dirombak secara cepat dan sempurna dalam sel menjadi asam amino asam aspartat, fenilalanin dan metanol melalui jalur metabolisme normal.  Seperti dijelaskan di atas, bagi penderita fenilketonuria, fenilalanin bisa menumpuk dalam darah dan dapat menumpuk di otak. Penumpukan fenilalanin di otak dapat menyebabkan penderita mengalami pusing, mual, merasa ‘mabuk’ hingga muntah.Mungkin karena alasan itulah yang memunculkan isu ini. Dalam kondisi normal (tidak ada kelainan), pada prinsipnya gejala penumpukan fenilalanin tidak akan terjadi.
  4. Aspartam disintesis secara kimia dari asam aspartat dan fenilalanin. Memang ada peranan bakteri, tetapi bukan bakteri E.Coli, melainkan Bacillus thermoproteolyticus. Dan yang perlu digarisbawahi, yang digunakan adalah enzim dari bakteri, bukan bakterinya.
  5. Sukralosa tidak dapat dicerna oleh enzim dalam saluran pencernaan dan tidak diserap oleh usus halus. Selanjutnya, sukralosa akan dikeluarkan melalui feses. Jadi, sukralosa tidak akan masuk ke darah sehingga tidak memengaruhi kerusakan organ, termasuk ginjal dan hati.
  6. Aspartam menyebabkan kanker. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2005 mengungkap kaitan antara aspartam dan kanker darah pada tikus. Menurut peneliti, mengonsumsi aspartam secara berlebihan bisa memicu kanker darah. Faktanya : Hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang bisa mengonfirmasi isu ini. Studi keamanan pangan terhadap aspartam adalah seperti dijelaskan di atas.
  7. Perut buncit disebabkan oleh timbunan lemak pada jaringan adipose di bawah kulit perut.  Lemak ini berasal dari lemak makanan atau kelebihan konsumsi karbohidrat yang kemudian dikonversi menjadi lemak dan disimpan di dalam jaringan adipose. Jadi, jika mau dihubung-hubungkan antara pemanis buatan dengan perut buncit dan kegemukan, jawabannya sama dengan isu nomor 1 di atas.
  8. Efeklaksatif (penyebab diare) pemanis buatan dapat terjadi jika mengonsumsi pemanis jenis poliol (sorbitol, laktitol, maltitol dan lainnya) lebihdari 20 gram.  Namun, hingga kini konsumsi poliol dari pangan secara berlebih belum pernah terjadi karena formulasi pangan yang menggunakan pemanis ini mengikuti kaidah cara pengolahan pangan yang baik.




Photo : Getty Images


 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia