Pengetahuan tentang Hubungan yang Sehat, Cegah Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual




Anak-anak praremaja umumnya sudah mengenal pacaran. Di usia ini, mereka mulai membuat definisi mengenai hubungan romantis. Maka, tak ada salahnya bila orang tua juga mendiskusikan perihal hubungan seksual yang sehat. Hal ini bertujuan agar anak kelak tidak terjebak dalam hubungan yang manipulatif, beracun, dan melibatkan kekerasan seksual, termasuk dalam pernikahan kelak.
 
Zoya Amirin, M.Psi., FIAS., sexual psychologist sekaligus seksolog klinis mengemukakan beberapa hal yang bisa didiskusikan dengan anak mengenai hubungan yang sehat, antara lain:
 

  • Hubungan yang sehat adalah yang menghargai boundaries atau batasan tiap orang yang terlibat di dalamnya. Seseorang berhak memiliki batasan mana saja perilaku yang membuat mereka tidak nyaman sekalipun dengan orang terdekat, tanpa mendapatkan penghakiman dan mengalami penolakan. Ini juga tidak berlaku hanya dalam hubungan. “Bisa juga saat ada orang antre terlalu dekat dan tidak menghargai intimate space,” ujar Zoya.
 
  • Hubungan yang sehat adalah yang mengutamakan otoritas tubuh bahwa tiap orang di dalamnya berhak untuk berkata, “Tidak,” bila mereka tidak siap melakukan hubungan seks, sekalipun dalam hubungan pernikahan. Sebab, hubungan seks butuh persetujuan (consent) antara dua belak pihak.
 
Hal ini berlaku baik bagi perempuan maupun laki-laki. Sebab, dalam budaya kita, maskulinitas laki-laki juga dikaitkan dengan hubungan seks. Maka, ketika laki-laki menolak untuk melakukan hubungan seks, maka dia dianggap tidak wajar dan bisa diremehkan.
 
  • Hubungan yang sehat adalah yang memungkinkan tiap orang mengembangkan self respect, perasaan berharga atas tubuh dan diri sendiri. Sebaliknya, hubungan yang tidak sehat sering kali membuat seseorang merasa terancam dan tidak berharga dengan perkataan seperti, “Tidak ada yang mau dengan orang sepertimu selain aku. Makanya, kamu seharusnya bersyukur bisa aku terima.”
 
  • Hubungan yang sehat mengutamakan cinta tanpa syarat, yang mana seseorang tidak perlu membalas kebaikan pasangan romantis mereka atau orang lain dengan seks yang tidak mereka inginkan.
 
  • Hubungan yang sehat tidak mengisolasi seseorang dari lingkaran sosial lainnya. Sebab, ini adalah salah satu tahapan yang juga dilakukan oleh pelaku grooming (‘persiapan’ dalam rangka menjerat korban). Perlu diingat bahwa hubungan tidak memiliki prinsip ‘kepemilikan’.
 
Pernikahan Orang Tua Contoh Terdekat untuk Anak
“Anak belajar bahasa cinta pertama dari ayah-ibunya,” ujar Zoya. Ia mencontohkan hal sederhana seperti perbedaan kebiasaan ayah yang tampak biasa saja dan tidak menyambut kedatangan ibu yang baru saja datang dari luar dengan kebiasaan ibu yang selalu langsung berdiri menyambut kedatangan ayah dan menawarkan membuat minuman.
 
Dari contoh ini, anak perempuan akan belajar bahwa bila mereka mencintai laki-laki, mereka harus melayani. Akan tetapi, perempuan harus terima diperlakukan seperti itu. Sedangkan, anak laki-laki akan belajar bahwa wajar-wajar saja bila perempuan melayani mereka, sementara mereka tidak harus melakukan hal yang sama.
 
“Ini akan menumbuhkan anak perempuan yang ‘digampangin’ oleh anak laki-laki, dan menumbuhkan anak laki-laki yang semena-mena,” ujar Zoya.
 
 
Lela Latifa
Foto: Shutterstock
 
 
 
 
 

 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Pengetahuan tentang Hubungan yang Sehat, Cegah Anak Jadi Korban Kekerasan Seksual

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia