Serba-serbi Masker Kain


 

PT Kereta Commuter Indonesia selaku operator KRL melarang penggunaan masker dari bahan scuba dan jenis buff. Pelarangan ini lantaran masker tersebut dinilai terlalu tipis karena hanya terdiri dari satu lapis saja. Sehingga, efektivitas perlindungannya juga rendah, yakni hanya maksimal 5% saja.
 
Masker Kain Standar WHO

dr. Grace Hananta, C.Ht, Holistic Medical Doctor & Pengurus Komite Kampanye Publik Gerakan Pakai Masker, mengatakan bahwa di pasar memang ada berbagai jenis masker kain. Akan tetapi, ia menekankan bahwa standar masker non-medis atau masker kain dari WHO adalah minimal terdiri dari tiga lapis. “Karena kalau satu lapis saja, pada kenyataannya rongga-rongganya masih lebar. Jadi partikel virus yang berukuran 65 nano ini akan bisa masuk, tetap bisa kita hirup,” terangnya.
 
Standar WHO untuk masker kain adalah:

  • Lapisan pertama terbuat dari bahan anti-air

  • Lapisan tengah merupakan lapisan filter

  • Lapisan paling dalam yang menyentuh kulit terbuat dari bahan katun yang memiliki daya serap tinggi

 
Dokter sekaligus hipnoterapis ini mengatakan, “Masker kain efektivitasnya kalau tiga lapis bisa mencapai 80% untuk membuat kita terhindar dari penularan COVID-19.”
 
Masker Saya Tidak 3 Lapis

Sudah terlanjur membeli masker yang tidak memiliki tiga lapisan dalam jumlah banyak? Tenang, dr. Grace mengatakan bahwa untuk masker dua lapis, Anda bisa menyelipkan tisu di tengah-tengah lapisan luar dan dalam sebagai lapisan filter.  
 
Akan tetapi, ia menambahkan, “Tapi, harus hati-hati untuk yang alergi, suka bersin pagi-pagi. Saya nggak saranin selipin tisu di maskernya. Karena, debu dari tisu bisa stimulasi jadi alergen untuk dia. Bisa bikin alergi.”
 
Lalu bagaimana dengan jenis masker scuba? Masker jenis ini sudah banyak dimiliki oleh orang-orang dan merupakan salah satu jenis yang laris di pasaran. Menanggapi ini, dr. Grace mengatakan, “Saran saya, kalau masker kain satu lapis gini harus ditambahkan dengan lapisan yang lain, masker yg lain.”
 
Ganti Tiap 3-4 Jam
Anda tidak bisa memakai masker kain Anda selama seharian penuh. dr. Grace menjelaskan bahwa masker kain akan menyerap udara pernapasan kita sehingga membuat area mulut dan hidung yang tertutup masker jadi lebih lembap. “Kalau sudah basah, filter nggak enak, napas jadi nggak nyaman,” ujarnya.
 
Di samping itu, ada masalah lain yang muncul bila Anda tak rutin mengganti masker tiap 3-4 jam, yakni masalah kulit seperti jerawat. “Udara dari dalam pernapasan kita aja itu nggak 100% clean, lho. Kalau ada gigi bolong, itu juga mengandung kuman-kuman, kan. So. Saat kita bernapas (di balik masker), sanitasi mulut dan gigi kita juga nggak bagus hygiene-nya. Akan ada bakteri dari mulut kita yg akan tersebar ke area kulit kita,” jelasnya.
 
Akan tetapi, dr. Grace juga mengatakan bahwa apabila Anda merasa area yang tertutup masker sudah lembap dan basah, maka kita bisa segera menggantinya tiap 1-2 jam.
 
Kapan Anda Butuh Beli Masker Baru?

Ternyata, masker kain yang kita miliki juga harus diganti secara berkala. Sebab, proses pembersihan masker dengan deterjen yang terus menerus akan mengurangi kerapatan kain. “Kalau kita pakai-cuci, pakai-cuci, itu, kan, rongga kain akan mulai renggang. Pada saat mulai renggang inilah, droplets masih bisa keluar (dan masuk) dari situ,” terangnya.
 
Ia mengatakan bahwa Anda perlu membeli masker kain untuk menggantikan yang lama paling cepat setiap satu bulan, bergantung pada kondisi kainnya. Oleh karenanya, Anda perlu selalu memerhatikan apakah masker kain Anda masih layak dengan memeriksa tingkat kerapatan bahan kainnya.
 
 
Baca juga:
6 Kesalahan Paling Sering Saat Memakai Masker
7 Pertanyaan Seputar Pakai Masker
Cara Benar Pasang-Lepas Masker
Terlalu Lama Pakai Masker Sebabkan Jerawat
Melindungi Bayi dan Balita dari COVID-19 Saat Harus Keluar Rumah
 
 
(LELA LATIFA)
FOTO: FREEPIK


Topic

#corona #coronavirus #covid19 #covid-19

 





Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia