Waspada DBD, Kenali Berat-Ringan Gejala dan Fase Kritis




Pola demam pada demam berdarah dengue (DBD) cukup khas. Perjalanan infeksi dengue mulai pada hari pertama hingga ketujuh, terbagi menjadi fase-fase yang penting untuk menjadi perhatian Anda. Fase demam terjadi pada hari pertama hingga ketiga. Selanjutnya fase kritis pada hari ketiga hingga keenam, lalu setelah itu baru masuk fase penyembuhan.
 
Pada fase demam tinggi, biasanya anak malas minum. Nah, ini yang harus menjadi perhatian, harus dipantau minumnya atau kecukupan asupan cairannya, jangan sampai terjadi dehidrasi. Mengapa penting memberikan banyak cairan? Pada fase kritis (hari ketiga hingga keenam), akan terjadi kebocoran pembuluh darah pasien dengan infeksi dengue, yang bisa menyebabkan syok hipovolemik, yakni ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah.
 
Pembuluh darah bocor, sehingga plasmanya keluar dari pembuluh darah intravaskular, menyebabkan pembuluh darah bisa kolaps. “Jika cairan yang dikonsumsi penderita kurang, maka bisa terjadi syok, dan bisa berakibat fatal. Di sinilah masa-masa kritis DBD. Setelah hari keenam, cairan terabsorbsi kembali ke intravaskular, inilah disebut fase penyembuhan,” papar dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp. A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dalam pertemuan media acara ASEAN Dengue Day 2021 yang diadakan Kementerian Kesehatan RI.
 
Dijelaskan lebih lanjut, pada fase kritis, terlihat trombosit akan turun rendah, dan hematokrit naik tinggi. “Ini parameter yang bisa kita pantau bahwa ada kebocoran pada pembuluh darah. Kalau ada keterlambatan pemberian cairan sampai pembuluh darah kolaps, sirkulasi darah akan berkurang ke ginjal, otak, bisa menyebabkan gagal organ dan kematian,” kata dr. Mulya.
 
Berat tidaknya gejala DBD ternyata berbeda-beda pada tiap penderita. Dijelaskan oleh Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, Sp.PD, KPTI dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), hal 
itu tergantung pada:
- Respons imunitasnya.
- Jenis virusnya, karena masing-masing virus mempunyai keganasan berbeda-beda.
- Berapa banyak virus yang masuk.

"
Ketika virus dengue masuk ke dalam tubuh seseorang, bisa tanpa gejala, bisa juga sakit atau tampak gejala. Orang tanpa gejala (OTG) tidak akan ke dokter karena tidak merasakan gejala sama sekali. Namun, dia masih bisa menularkan penyakit lewat nyamuk yang menggigitnya," kata dr. Erni.
 
Tapi, jika bergejala, lanjut dr. Erni, bisa banyak gejalanya. Dari demam, pegal linu, dan pada demam dengue, karena gejalanya lebih lengkap, ada yang sampai terjadi kebocoran pembuluh darah, tekanan darah turun dengan syok atau tanpa syok (hipovolemik), bahkan ada juga yang gejalanya tidak khas.
 
“Sesuatu yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menimbulkan respons saat sistem kekebalan tubuh orang tersebut bekerja. Jadi, jika imunitasnya bagus, justru gejalanya bisa lebih berat, karena sistem imunitasnya berespons, bereaksi terhadap virus,” kata dr. Erni.
 
Diperlukan pengecekan dan penanganan segera dan tepat, jika mulai terdapat demam. Ini juga untuk memastikan apakah pasien perlu dirawat di rumah sakit atau di rumah saja. “Tidak semua penderita DB (perlu) dirawat (di rumah sakit). Tapi, jika trombosit sudah mulai di bawah 30 ribu, darah tinggi, usia lanjut, tensi bisa naik sewaktu-waktu, tidak bisa masuk cairan karena mual muntah, dan sebagainya, tentu ini jadi pertimbangan untuk perawatan di rumah sakit,” kata dr. Erni.
 
Tentu, saran dr. Erni, untuk mengatasi DBD, diperlukan imunitas yang baik untuk bisa ‘berperang’ melawan virus dengue, juga pencegahan penderita jatuh ke kondisi lebih parah dengan mengatasi gejala secara proporsional, tidak berlebihan. “Misalnya, saat anak demam tinggi, tidak usah diberi obat penurun panas dengan steroid, karena malah jadi menurunkan imunitas. Berikan saja obat demam biasa, paracetamol, misalnya. Jangan lupa berikan minum cukup, kompres dengan air hangat. Jangan ‘dibom’ (dengan obat-obatan dan segala asupan). Kita harus memberi kesempatan pada badan untuk merespons, untuk mengembalikan sistemnya kembali dengan cara yang tidak jorjoran,” pesan dr. Erni.
 
Artinya, kita harus tetap rasional dalam memilih penanganan penyakit, termasuk memberikan asupan bagi penderita. “Boleh saja diberi jus jambu biji, misalnya. Tapi, jangan sampai diberi minum macam-macam (secara berlebihan), akhirnya malah jadi kembung atau diare. Walaupun sakit, tetap rasional,” kata dr. Erni.
 
grc
Foto: Freepik


 

 





Video

Lindungi Anak dari Kejahatan Pedofilia


Polling

Waspada DBD, Kenali Berat-Ringan Gejala dan Fase Kritis

Follow Us

angket

Most Popular

Instagram Newsfeed

@parentingindonesia